Punya Dua Kewarganegaraan, Siswa Melbourne Ini Berharap Masuk AS
Seorang siswa asal Melbourne dengan kewarganegaraan ganda Australia dan Iran yang ditolak masuk AS -akibat larangan imigrasi sementara Presiden Donald Trump -mengatakan, kini ia berharap kebijakan itu akan berbalik.
Pouya Ghadirian, dari Hawthorn Timur, mengunjungi Konsulat Jenderal AS pada hari Senin (30/1/2017) untuk wawancara visa turis demi karya wisata sekolahnya, tapi permohonannya ditolak karena larangan imigrasi sang Presiden.
Kebijakan yang diterbitkan Presiden Trump itu memberlakukan larangan imigrasi 90 hari terhadap tujuh negara mayoritas Muslim: Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman.
Pada hari Selasa (31/1/2017), Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan, AS telah berjanji untuk membebaskan warga Australia dengan kewarganegaraan ganda dari larangan visa sementara.
Pouya mengaku, ia senang dengan respon cepat Pemerintah setelah ia melayangkan “protes” tentang kesulitan yang dialaminya itu.
“Sungguh lega, saya sangat menghargai semua dukungan media yang telah diberikan, dukungan yang saya terima di media sosial, dan saya juga harus berterima kasih kepada Pemerintah (Australia) karena berusaha keras melobi pejabat AS untuk mencoba membuat warga Australia dibebaskan (dari larangan itu),” tuturnya.
"Mudah-mudahan saya bisa mendapatkan visa saya sekarang sehingga seharusnya tak ada masalah … Saya benar-benar senang dan menaruh harapan ke depannya," ujar Pouya.
Meski demikian, terlepas dari adanya jaminan dari Perdana Menteri Turnbull, Pouya mengatakan, ia masih belum menerima konfirmasi dari petugas terkait apakah perjalanannya bisa dilanjutkan.
“Sampai sekarang kami masih belum menerima informasi apapun dari konsulat atau kedutaan, atau kementerian luar negeri AS,” akunya.
Ia memaparkan, “Mereka memiliki kontak kami, mereka mengatakan mereka akan menghubungi kami kembali jika ada perubahan dalam aturan itu -hingga detik ini kami masih belum menerima kabar apapun dari mereka.”
Informasi kunci:
• Pouya Ghadirian berencana bepergian ke AS dalam dua bulan mendatang untuk karya wisata sekolah
• Pemuda berkebangsaan ganda Australia-Iran ini mendapat penolakan bebas visa akibat larangan imigrasi AS
• PM Turnbull mengatakan, ia kini telah mengamankan pengecualian terhadap kebijakan Presiden Trump itu.
Gugup melihat Gedung Putih
Orang tua Pouya telah tinggal di Australia selama hampir 20 tahun dan pemuda inipun lahir di Australia, tapi ia dianggap tak memenuhi syarat untuk Program Bebas Visa AS, yang memungkinkan warga Australia untuk tinggal di negara itu selama 90 hari tanpa mengajukan visa.
“Saya tak percaya bahwa ini berlaku pada seseorang yang lahir di Australia, dan tinggal di Australia, ini cukup menjengkelkan,” ungkap pemuda ini.
“Saya tahu ada sejumlah pendukung di kedua sisi dari seluruh diskusi ini, banyak orang mendukung orang-orang seperti saya dan menolak larangan tersebut,” sambungnya.
Lebih dari 110.000 warga Australia lahir di salah satu dari tujuh negara yang terkena larangan.
Rencana mereka untuk bepergian ke AS terhalang hingga Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menginstruksikan para diplomat untuk mengamankan pembebasan seperti yang diberikan kepada warga negara Inggris dan Kanada.
Walau Pouya bersimpati kepada warga negara ganda lainnya yang terdampak larangan tersebut -dan menyadari adanya “perbedaan kelas” dalam kewarganegaraan Australia sebagai sesuatu yang “tak baik”, ia berhenti mengkritik larangan itu sepenuhnya.
Terlepas dari penolakan awal, siswa ini mengatakan, ia tak akan menunda rencananya untuk mengunjungi AS, dan sangat menantikan saat-saat untuk berkunjung ke tempat di mana larangan yang menimbulkan masalah baginya tersebut berasal.
"Jika saya mendapatkan visa saya, tentu saja saya masih akan pergi, saya tak akan membiarkan hal seperti ini memengaruhi saya -saya pikir, kemungkinan besar saya akan pergi," kata Pouya.
“Saya akan ke Washington DC, dan saya akan pergi ke Gedung Putih, jadi cukup menarik untuk menantikan ini. Mungkin itulah yang membuat saya paling gugup dan bersemangat,” akunya.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterjemahkan: 15:30 WIB 31/1/2017 oleh Nurina Savitri.