ABC

Puluhan Lumba-lumba Terjaring Kapal Nelayan di Pilbara

Jumlah lumba-lumba yang terjaring kapal pencari ikan di kawasan perairan Pilbara di Australia Barat semakin mengkhawatirkan. Riset yang dilakukan peneliti dari Universitas Murdoch menyebutkan setiap tahunnya ada sekitar 50 ekor lumba-lumba yang tersangkut dijaring kapal nelayan pencari ikan.  Mereka mendesak diterapkan aturan baru termasuk merancang ulang model jaring yang digunakan nelayan.

Saat ini ada 3 kapal bermesin penjaring ikan (trawl)  yang mendapat ijin operasi di kawasan Perikanan Pilbara di Australia Barat. Kapal itu umumnya menangkap ikan jenis ikan kakap dan ikan air tawar lainnya yang ada di kedalaman laut 50 – 100 meter.

Pada tahun 2006, pemerintah setempat telah menetapkan ukuran baru  mengenai ikan yang boleh ditangkap para nelayan di perairan tersebut untuk mencegah  sejumlah ikan besar, seperti lumba lumba, ikut tertangkap di dalam jaring mereka.

Meski demikian Kandidat PHD dari Universitas Murdoch, Simon Allen berpendapat meskipun terdapat kemajuan, namun sistem itu tidak efektif lagi.

"Aturan yang diterapkan pemerintah Negara Persemakmuran menunjukan adanya kemajuan, tapi tetap saja masih banyak lumba-lumba yang ikut terjaring setiap tahunnya,” katanya.

"Data terakhir menunjukan semakin sedikit saja ikan yang berhasil ditangkap kapal trawl pada tahun 2006,  namun sejak saat itu tidak banyak kemajuan yang terjadi,” tambahnya.

"Faktanya antara tahun 2011- 2012 tampaknya justru semakin banyak lumba-lumba yang terjaring kapal bermesin jaring (trawl),” kata Allen.

Data yang diungkapkan Allen merujuk pada data yang dikumpulkan pengamat independen maupun catatan buku log nakhoda antara tahun 2003 dan 2009.

Allen meyakini ada kebutuhan perancangan ulang alat untuk mengurangi tangkapan ikan dan diperlukan kehadiran pihak ketiga untuk memeriksa langsung jaring di kapal trawl untuk memastikan tidak ada ikan lumba-lumba yang terjaring.

"Pada dasarnya aturan yang ada sekarang sudah tidak cukup lagi,” tegas Allen.

Menurut Allen, lumba-lumba yang bernafas dengan menghirup udara, ketika tertangkap dalam jaring akan ketakutan dan akan berusaha naik ke permukaan air. Karenanya ia merekomendasikan penggunaan jaring yang bagian atasnya terbuka.

"Jaring yang memiliki kamera didalamnya juga sangat baik, namun tetap saja perlu ada pengawas independen di kapal untuk memastikan jumlah lumba-lumba yang terjaring,” tambahnya.

Kementerian Perikanan Australia Barat membantah data yang diungkapkan Allen.

Mereka menilai jumlah lumba-lumba yang tertangkap jaring kapal trawl setiap tahunnya hanya berkisar antara 11 – 24 ekor saja di perairan tangkap Pilbara.

Departemen Ilmuwan dari Universitas Murdoch, Dr Brett Molony mengatakan pihaknya tengah melakukan riset mengenai lumba-lumba berdasarkan data tangkapan sesuai dengan rekomendasi sejumlah riset, termasuk riset yang dilakukan oleh Allen.

"Kami baru saja merampungkan riset, dan dirilis Februari lalu dengan menggunakan kamera yang kami pasang di jaring dan di geladak kapal,” katanya.

"Dan riset itu kami dasarkan pada hasil studi yang dilakukan oleh Simon dan peneliti lain, yang tengah mempelajari sejumlah kapal trawl kecil dan mendesain jaring tangkapan, dan kami kemudian menindaklanjuti rekomendasi itu dan melakukan sedikit modifikasi,” tambah Molony.

"Industi penangkap ikan juga ikut berinvestasi dalam merancang ulang jaring dan peralatan baru untuk berusaha mencegah perilaku lumba-lumba,”

Dari hasil risetnya, Dr Molony mengatakan video pengawas di jaring ikan lebih bisa diandalkan dan lebih efektif dari segi biaya daripada menyewa orang untuk melakukan pengawasan.

Dr Molony menambahkan kalangan nelayan saat ini juga tengah merencanakan melakukan survey mengenai populasi lumba-lumba di pesisir Pilbara. Dan pihaknya sekarang sangat menanti keputusan Departemen Perikanan Federal mengenai pengelolaan ikan di Pilbara sebelum melakukan proses itu.