ABC

Pulau Christmas Ujicoba Pertanian di Bekas Lahan Tambang

Harga buah dan sayur di Pulau Christmas, yang terletak antara Australia dan Indonesia, amat mahal. Harga sebongkol selada di supermarket saja bisa mencapai 10 dollar, atau lebih dari Rp 100.000. Ini karena kebanyakan buah dan sayur harus diimpor dari Indonesia. Namun, saat ini sejumlah ilmuwan sedang mengadakan percobaan agar pulau itu bisa menghasilkan produk segar sendiri. Hasil percobaan tampak cukup menjanjikan.

Pulau Christmas terletak 360 km dari Jawa dan 2600 km dari Perth.

Sulit menumbuhkan produk makanan di pulau ini, karena kualitas tanahnya buruk, dan ada banyak hama cacing nematode. Selain itu, banyak juga kepiting merah yang memang terkenal sebagai satwa unik pulau tersebut.

Namun, saat ini sejumlah peneliti dari Murdoch University, Perth, sedang mengadakan beberapa percobaan bertani di atas lahan yang tadinya digunakan sebagai lahan pertambangan oleh perusahaan Christmas Island Phospates (CIP).

Proyek ini dinamakan MINTOPE, singkatan dari Mining to Plant Enterprises. Tujuannya, mencari tahu jenis tanaman apa yang bisa digunakan untuk memulihkan tanah bekas pertambangan, dan sekaligus menjadi sumber pangan masyarakat.

Direktur Penelitian Ilmu Tanaman Pangan dan Tanaman, Profesor John Howieson, mengatakan bahwa untuk tahap awal para ilmuwan ini menguji 15 tipe polong-polongan.

"Saat operasi pertambangan selesai, masih banyak zat fosfat yang tertinggal di tanah, sekitar 23 persen, tapi kadar itu terlalu rendah untuk menguntungkan kegiatan pertambangan," jelasnya.

Para ilmuwan itu pun kemudian mencari tahu tanaman apa saja yang bisa mentolerir kadar fosfat yang lumayan tinggi, dan mereka mendapati beberapa jenis polong-polongan berhasil tumbuh baik di lahan itu.

"Salah satu [tanamannya] adalah lab lab, yang amat terkenal sebagai pangan di India, yang satunya lagi adalah cow peas [sejenis kacang tunggak]," ucap Howieson.

Saat ini, diperkirakan kegiatan pertambangan di pulau tersebut akan tetap berlangsung selama puluhan tahun ke depan. Namun, harapannya adalah, begitu kegiatan tambang berhenti di lahan-lahan tertentu, lahan itu bisa dialihkan untuk memproduksi pangan.

Menurut Howieson, ujicoba dilangsungkan di empat lahan yang mewakili keadaan geologis yang berbeda-beda di pulau tersebut. Total lahan berpotensi di pulau ini mencapai ratusan hektar, hingga cukup untuk mencapai swasembada.

Tergantung pendanaan pemerintah, ada juga rencana untuk mengujicoba jenis tanaman biji-bijian seperti nasi.

"Gagasan percobaan ini dipicu oleh kerja serupa di kepulauan Cocos Keeling, yang terletak 1000 kilometer di arah barat pulau Christmas," jelas Howieson.

Meskipun jenis tanahnya berbeda, lab lab pun tumbuh subur di kepulauan tersebut, sampai-sampai panen tahun ini direncanakan akan menggunakan mesin.

Howieson ingin agar penduduk di wilayah Samudera Hindia lebih percaya diri dalam hal produksi tanaman pangan dan tidak terlalu tergantung impor.