ABC

‘Proyek Teh’ Hidupkan Kembali Kota Tua Pecinan di India

Komunitas Cina di Kolkata tengah berupaya menghidupkan kembali satu-satunya pecinan atau Chinatown di India. Pemerintah lokal mendukung rencana untuk mengubah kawasan yang tadinya dikenal tertutup dan suram menjadi salah satu objek wisata.

Sejumlah tokoh masyarakat Cina di kawasan Chinatown bersama Badan Nasional Seni dan Budaya India meluncurkan proyek yang diberi nama  “Cha Project” atau proyek teh  yang bertujuan untuk melestarikan satu-satunya kota tua pecinan yang berada di Toretti Bazaar.

Proyek ini menurut  rencana juga akan membangun kota pecinan baru di Tangra. Setelah direstorasi kedua kawasan itu nantinya akan dipromosikan sebagai kawasan wisata. Pemerintah setempat telah sepakat bermitra dalam proyek ini.

Dominic Lee, pemilik toko bahan makanan dan salah seorang penggagas mengatakan proyek ini berupaya mempertahankan keberadaan komunitas Cina di Kalkota.

"Kami berencana menghidupkankembali kota tua pecinan agar generasi lama dan baru tetap kembali kemari,” katanya.

Lee mengatakan untuk mendukung proyek ini, pihaknya akan menggandeng perusahaan Singapura dan tengah melakukan pendekatan dengan pemerintah.

“Semoga dalam waktu dekat kita akan menghidupkan kembali dan mengembangkan pecinan ini dan menjadi satu-satunya di India.” Katanya.

Berusia 200 tahun

Kawasan asli pecinan ini berlokasi di wilayah padat penduduk Tiretti Bazaar di pinggiran kota Kolkata.

Ini merupakan salah satu kawasan yang masih tersisa di India dimana orang bisa membeli makanan ringan khas Cina dan makanan lezat seperti roti daging babi kukus, dim sum dan bakso ikan.

Sebelumnya ada sekitar 25 ribu warga cina yang menghuni kawasan yang memiliki sekolah dan klub sosial sendiri, namun kini penduduknya menyusut hingga tinggal 1500 orang saja.

Komunitas Cina di Kolkata sudah menjadi bagian penting dari perkembangan budaya dan social di kota itu selama lebih dari 200 tahun.

Warga cina disana umumnya bermigrasi ke India pada akhir abad ke-18 untuk menghindari bencana kelaparan yang melanda Daratan Cina Tengah.

Mayoritas dari mereka berasal dari masyarakat Hakka dan bekerja di pelabuhan, membangun usaha penyamakan kulit dan membuka restoran.

Warga Cina banyak yang lari meninggalkan kawasan ini pada tahun 1962 menyusul terjadinya bentrokan dengan warga india setempat yang memicu perang singkat.

Kondisi semakin memburuk pada tahun 1900-an ketika Mahkamah Agung melarang usaha penyamakan kulit di Kolkata. Keputusan itu membuat banyak warga Cina menganggur dan sejumlah pabrik penyamakan kulit ditutup.

Aileen Lung, penduduk dari generasi ke empat di kawasan ini mengatakan populasi warga Cina dikawasan ini sejak saat itu terus berkurang.

"Banyak dari mereka bangkrut, dan mereka memilih bermigrasi ke Kanada dan Australia,” tuturnya.

Meski sudah mendiami kawasan tersebut sejak lama, namun masyarakat disana dikenal tertutup dan membatasi diri berhubungan dengan warga lokal serta jarang meminta bantuan pemerintah dalam membuka usaha di kawasan tersebut.

Lang Lee, seorang pemuda mengatakan pemerintah India seharusnya berbuat lebih banyak untuk merangkul warga Cina agar eksodus dari kawasan itu tidak berlanjut.