ABC

Program Safari Berburu Buaya di NT ditolak Pemerintah Federal

Pemerintah Kawasan Teritori Utara (NT) terpaksa gigit jari karena rencana mereka menggelar kegiatan safari berburu buaya air asin di alam liar ditolak pemerintah federal.

Kegiatan safari berburu buaya air asin ini merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan populasi satwa tersebut di Kawasan Teritori Utara. 

Kebijakan ini membolehkan  para pemburu untuk menangkap total 50 ekor buaya air asin setiap tahun dengan dikenakan biaya,  untuk memberi ruang bagi 500 ekor buaya air asin di alam liar untuk  hidup dan berkembang biak serta menetaskan telurnya di alam liar setiap tahunnya.

Pemerintah Kawasan Teritori Utara (NT) berniat untuk mengujicobakan terlebih dahulu kebijakan ini, sebelum nantinya akan diberlakukan selama 2 tahun.

Namun proposal kegiatan itu ditolak oleh Menteri Lingkungan Hidup federal, Greg Hunt.
 
"Saya memandang kegiatan itu penuh resiko perlakuan yang kejam dan tidak manusiawi. Dan kegiatan itu saya lihat juga tidak pantas dilakukan,” tegas Greg Hunt.

"Kebijakan ini sebelumnya juga sudah dibahas dalam serangkaian pertemuan dengan kalangan menteri baik di pihak koalisi maupun oposisi dan tetap saja secara berkala pembahasan proposal ini selalu ditolak,” papar Greg Hunt.

"Jadi tidak ada safari berburu buaya di Kawasan Teritori Utara,” tegasnya.

Sementara itu penolakan kebijakan ini oleh pemerintah Kawasan Teritori Utara dinilai sebagai keputusan yang membiarkan kawasan NT penuh dengan buaya.

Menteri  Pengelola Tanah dan Sumber Daya NT,  Willem van Westra Holthe mengatakan safari berburu akan menyediakan pendapatan dan pekerjaan bagi masyarakat adat terpencil yang berharga.

"Warga teritori adalah orang orang yang sangat ahli dalam memahami upaya terbaik untuk mengelola buaya yang hidup di kawasan mereka,  di Northern Territory," katanya.

Sebaliknya Van  Westra Holthe menuding Menteri  Greg Hunt tidak punya gagasan sama sekali tentang  bagaimana mengelola buaya di kawasan NT.

"Saya yakin jika dia mendapati ada buaya di kolam renangnya atau halaman belakang rumahnya, dia pasti ingin buaya-buaya itu dikelola,” sindirnya.

Lobi pemerhati satwa

Sementara itu Sorang ilmuwan buaya juga ikut kecewa dengan keputusan Menteri Lingkungan Federal, Greg Hunt.

Profesor Grahame Webb, yang mengelola Taman Crocodylus di Darwin mengatakan pemerintah federal tidak siap menghadapi para pemerhati satwa.

"Pemerintah federal takut kalangan aktivis penyayang binatang akan melobi Canberra untuk membatalkan kebjikan itu, tapi menurut saya mereka itu tidak terlalu peduli dengan pemilik lahan dan nasib buaya-buaya itu di sekitar kawasan ini,” kata webb.

"Saya yakin pemerintah federal telah dilobi oleh orang-orang yang hanya berpikir kalau kebijakan safari berburu buaya itu tindakan yang keterlaluan,” tuturnya.

Jida Gulpilil dari perusahaan Aborigin Gupulul Marayuwu  mengaku program safari berburu buaya itu dapat mendukung pembangunan ekonomi yang sangat dibutuhkan di kawasannya.

“Ini bentuk lain dari tindakan pemerintah yang kerap merampas hak-hak  warga pribumi. Mereka tidak sadar kalau atas dasar alasan hukum, mereka sebenarnya merampas hak  warga Aborigin untuk terus berburu dan mengumpulkan hewan buruan di era  modern seperti ini. keputusan itu sangat tidak adil,” ungkapnya kecewa.

Kebanyakan buaya air asin ditemukan di lahan dan perairan milik warga pribumi. Dan populasinya lebih banyak lagi dikawasan yang sangat terpencil yang merupakan daerah favorit untuk wisata alam dimana banyak orang melakukan kegiatan berburu di alam liar atau safari.

Juru bicara warga pribumi setempat,  Alexia Wellbelove menilai pelaksanaan program safari berburu buaya air asin tidak akan memberikan keuntungan ekonomi bagi warga pribumi dan sebaliknya justru beresiko merusak potensi wisata alam yang menjadi andalan warga pribumi di kawasan NT.