ABC

Produk Mi Asal Taiwan yang Ditarik Masih Tetap Dijual di Australia

James Lacey senang makan mi ramen instan.

"Saya suka sekali produk mi ramen, khususnya yang dari Korea. Mereka memiliki berbagai jenis yang enak," kata Lacey.

Namun, guru bahasa Jepang yang tinggal di Brisbane tersebut mulai waspada setelah satu merek mi yang dibelinya di Australia, Nongshim, ditarik peredarannya di Taiwan pada Januari lalu.

Cabang Nongshim di Australia mengatakan kepada ABC bahwa produk yang bermasalah di Taiwan berbeda dengan yang dijual di Australia.

"Sebagai konsumen, ini jelas akan menjadi perhatian saya," kata Lacey.

Pihak yang berwenang soal pengawasan makanan di Taiwan mengatakan telah mendeteksi adanya bahan kimia etilena oksida dalam "bumbu" mi ramen yang berasal dari Korea Selatan tersebut.

Pihak berwenang mengatakan tingkat "sisa pestisida" masih terlalu tinggi dan produk tersebut sudah ditarik atau dimusnahkan.

Etilen oksida adalah adalah senyawa organik berbentuk gas tidak berwarna yang digunakan untuk mensterilkan peralatan medis.

Senyawa tersebut juga digunakan untuk melindungi bahan makanan dari serangga, produk seperti bumbu makanan, dan banyak digunakan di Australia sampai tahun 2003 sebelum dilarang karena kekhawatiran soal keamanannya.

Pihak berwenang di Australia saat ini tidak melakukan uji apa pun mengenai bahan kimia tersebut dan tidak mengetes produk yang datang dari luar negeri.

Cabang Nongshim di Australia mengatakan perusahaan tersebut "tidak menggunakan bahan baku yang dibersihkan dengan etilen oksida" dan produk bermasalah yang dijual di Taiwan berbeda dengan yang dijual di Australia.

Juru bicara Departemen Pertanian Australia, badan yang bertanggung jawab untuk menguji makanan impor mengatakan mi instan yang masuk ke Australia diperiksa dari label yang ada dan sejauh ini dianggap mematuhi aturan.

Namun, penarikan di Taiwan menimbulkan kekhawatiran di Australia sehingga sejumlah pihak menyerukan agar produk makanan impor juga diuji untuk mengantisipasi kemungkinan mengandung bahan kimia.

Mariann Lloyd-Smith, penasihat senior Jaringan Bahan-Bahan Berbahaya Nasional, Departemen Pertanian Australia, mengatakan pihaknya melakukan tes terhadap 108 bahan kimia yang digunakan di bidang pertanian dan hewan atas bahan impor, namun etilen oksida belum termasuk.

"

"Kalangan pengawas bahan berbahaya masih menganggap bahan kimia tersebut dianggap tidak bermasalah," kata Dr Lloyd-Smith.

"

"Dan ini tidak sejalan dengan cara berpikir modern."

Namun, juru bicara Departemen Pertanian mengatakan "tidak praktis dan tidak mungkin melakukan tes terhadap semua produk makanan impor untuk menemukan sisa bahan kimia yang ada."

Risiko kesehatan karena terpapar bahan kimia di tempat kerja

Badan pengawas keamanan makanan di Australia, Food Standards Australia New Zealand (FSANZ) mengatakan "kekhawatiran mengenai penggunaan etilen oksida dalam makanan muncul ketika bukti menunjukkan bahwa terpapar dalam jangka panjang bisa meningkatkan peluang terkena kanker."

Namun FSANZ mengatakan kekhawatiran utama mengenai etilen oksida adalah dampak kesehatan bagi mereka yang terkena bahan kimia tersebut di tempat kerja.

"Dampak kesehatan kecil kemungkinan terjadi di luar tempat kerja yang secara khusus menggunakan etilen oksida," kata FSANZ.

"Risiko kemungkinan konsumen Australia terhadap pencemaran dari etilen oksida yang masih ada dalam makanan membuat penggunaan bahan kimia ini terus dikurangi," katanya.

Namun badan perlindungan konsumen Eropa, Foodwatch, menganut pandangan yang lebih konservatif.

Dalam pernyataannya, kelompok ini mengatakan "tidak ada batasan yang bisa dikatakan aman untuk konsumen dan pencemaran dalam tingkat apa pun memiliki potensi risiko bagi konsumen."

Eropa sudah melarang penggunaan etilen oksida untuk produk makanan sejak tahun 1991.

Tetapi Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat mengatakan pencemaran yang dihadapi warga dari bahan kimia tersebut "biasanya dalam kadar yang rendah yang bisa menyebabkan masalah kesehatan."

Pusat tersebut mengatakan pekerja yang tercemar kadar tinggi etilen oksida – biasanya di tingkat puluhan ribu lebih tinggi dibandingkan populasi umum –  adalah mereka yang paling berisiko.

Pakar lain umumnya sepakat bahwa bahan kimia ini lebih berisiko bagi pekerja yang menghirupnya dibandingkan bila dikonsumsi lewat makanan.

"Bahan kimia ini cenderung larut dalam proses memasak," kata Tetyana Cheairs, asisten professor bidang patologi, mikrobiologi dan imunologi di New York Medical College.

"Ketika kita menggunakan bahan rempah dalam masakan, itu juga memengaruhi konsentrasi etilen oksida."

Tetyana mengatakan sudah mengkaji berbagai penelitian akademis mengenai bahan kimia dalam makanan.

Dia mengatakan dirinya bukanlah pihak berwenang namun memahami adanya aturan ketat terkait bahan kimia dan berharap lebih banyak penelitian dilakukan di bidang ini.

"Risiko dari makanan itu sendiri mungkin tidak tinggi, tetapi tentu saja kita semua ingin berhati-hati," katanya. 

Taiwan menarik merek mi instan lainnya 

Nongshim mengatakan bahan kimia yang terdeteksi dalam bumbu mi di Taiwan sebenarnya adalah 2-chloroethanol, dan bukannya etilen oksida.

Namun pernyataan tersebut bertentangan dengan keterangan dari badan pengawas makanan Taiwan yang secara khusus menyebutkan adanya "sisa pestisida etilen oksida."

Taiwan juga menarik dari peredaran beberapa mi impor dari negara seperti Vietnam, Jepang, Indonesia dan Filipina.

Menurut para pakar,  2-chloroethanol adalah bahan olahan yang muncul dari etilen oksida dan lebih mudah terdeteksi dalam uji dan bersifat lebih stabil.

Namun menurut Michael Bowyer, professor kimia di University of Newcastle, keduanya masuk dalam bahan kimia yang beracun.

"Munculnya 2-chloroethanol dalam makanan menunjukkan bahwa etilen oksida digunakan dalam produksi makanan," kata Professor Bowyer.

Walau sudah dilarang di Australia 20 tahun lalu, bahan kimia tersebut namun masih digunakan dalam produk makanan di banyak negara lain.

Dr Lloyd-Smith mengatakan Australia harus membentuk lembaga independen untuk memantau produk makanan impor, tidak saja terhadap mi instan untuk bisa melacak bahan kimia seperti etilen oksida.

"

"Jangan lagi pemantauan dilakukan secara sukarela oleh industri karena ini jelas ada konflik kepentingan dan serahkan ke monitoring yang diatur dengan peraturan yang jelas," katanya.

"

"Penting sekali untuk dipastikan bahwa lembaga ini independen."

"Ini bukan hal yang rumit, kesehatan publik harus diletakkan di atas kepentingan industri dan kepentingan komersial."


Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.