ABC

Pria Tetap Dominasi Dunia Industri IT Australia

Sebuah studi terbaru menunjukan sektor teknologi yang dianggap sebagai industri masa depan Australia tetapi masih sangat didominasi oleh kalangan pria.

Pendiri perusahaan start-up di Darwin Jude Ellen mendiskusikan gagasan mengenai ketertinggalan perempuan di sektor IT bersama entrepreneurs Sarah Price dan  Roopali Misra.
Pendiri perusahaan start-up di Darwin Jude Ellen mendiskusikan gagasan mengenai ketertinggalan perempuan di sektor IT bersama entrepreneurs Sarah Price dan Roopali Misra.

Perdana Menteri Malcolm Turnbull menekankan teknologi dan inovasi sebagai bidang utama yang akan menjadi fokus dalam kepemimpinannya.

Namun, secara global dan di Australia, industri ini masih harus berjuang untuk menjadi menarik dan mempertahankan wanita untuk mau berkarir di sektor ini.
 
Tercatat saat ini wanita hanya seperempat dari  tenaga kerja Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan banyak dari mereka meninggalkan karir mereka di pertengahan karir.nya
 
Sebuah laporan oleh peneliti yang berbasis di Darwin mengidentifikasi alasan utama perempuan menjadi kurang terwakili dalam industri ini.
 
Dr Susan Bandias dari Universitas Charles Darwin melakukan survei terhadap lebih dari 2.000 wanita dan menemukan wanita di industri Informasi dan Teknologi masih menghadapi terbatasnya pilihan untuk kemajuan karir mereka, mentoring dan dukungan di tempat kerja serta tokoh panutan.
 
Tidak seimbangnya kehidupan kerja, tanggung jawab merawat keluarga di luar pekerjaan dan kesenjangan gaji antar jender yang besar juga menjadi faktor kunci yang membuat wanita memutuskan untuk meninggalkan karir mereka di industri teknologi dan informasi komputer atau tidak sama sekali menjajal sektor ini.
 
"Saya pikir seluruh sektor di Australia, kesenjangan gaji berbasis gender adalah sekitar 17,2 persen, tetapi di sektor ICT besaran kesenjangannya bisa mencapai 20 persen," kata Dr Bandias.
 
Dr Bandias mengatakan stereotip juga memainkan bagian yang besar yang membuat wanita muda tidak terlalu berminat mempelajari ilmu komputasi.
 
Masalah ini menurutnya dimulai di ruang kelas dan ruang kuliah di perguruan tinggi.
 
"Di kampus sering kali kita memiliki 200 mahasiswa pria di bidang Internat dan teknologi komputer dan  hanya 4 mahasiswi,"  kata Dr Bandias.
 
Ellen mengatakan bahwa hal ini kemudian  diperluas ke tempat kerja.
 
"Sering saya mungkin pergi ke pertemuan dan masih akan ada dua perempuan dari 15, sisa jelas cowok," katanya.
 
Penelitian Dr Bandias akan dipresentasikan pada Konferensi Tahunan Penelitian Tokyo Bisnis di Jepang pada bulan November.
 
Di tengah Darwin, pengusaha perempuan bertemu di sebuah perusahaan start-up untuk mendiskusikan masalah ini.
 
Pendiri perusahaan start up baru ini yang juga pengusaha, Jude Ellen, mengatakan industri informasi dan teknologi komputer sedang mengalami perubahan pesat.
 
"Saya kira hingga sekarang sektor ini memang masih dikuasai laki-laki, tapi hal itu sangat tergantung dengan bagaimana cara Anda memangdang masalah ini, karena saya sendiri melihat saat ini mulai ada perubahan,” katanya.
 
Entrepreneur lainnya Sarah Price dan Roopali Misra mendukung pendapat ini.
 
"Sektor ini memang msih didominasi laki-lai,” kata Price, yang mendirikan pasr Teritori Darwin.
 
Namun dia mengaku dia melihat kurangnya perempuan yang menggeluti dunia informasi dan teknologi komputer ini sebagai tantangan ketimbang sebagai kendala.
 
Misra sepakat terus berlangsung asumsi yang tidak ada kalau wanita kurang melek teknologi.
 
"Tapi kondisi sekarang sudah berubah,” katanya.