Pria Tasmania Ciptakan Medsos Khusus Kaum Difabel
Sebuah situs media sosial yang diciptakan oleh seorang pria asal Tasmania, dan dirancang untuk penyandang disabilitas (difabel), dipuji oleh para pengguna sebagai tempat yang berguna untuk menjalin pertemanan serta mencari masukan tentang sejumlah layanan.
Dale Reardon, yang memiliki gangguan penglihatan, menciptakan situs ‘My Disability Matters’ setelah merasa frustrasi akan tata letak beberapa situs sosial populer.
Ia mengatakan, harapannya adalah bahwa situs yang dibuatnya bisa menyediakan forum bagi para penyandang disabilitas untuk saling mendukung satu sama lain dan menjalin pertemanan.
Saat ini, basis penggunanya masih kecil, dengan kurang dari 400 orang yang menjadi bagian dari komunitas daring ini. Namun kelompok ini beragam dan berbagai orang dari seluruh dunia ikut bergabung.
Di Brisbane, Karletta Abianac -yang menyandang autisme, kecemasan serta depresi -telah menggunakan jaringan sosial ini untuk mencari teman.
“Benar-benar menyenangkan untuk mengetahui bahwa orang lain memiliki cerita yang sama, bahwa saya bukan satu-satunya orang yang terkadang malu karena tidak bekerja, atau frustrasi dengan gejala yang kami alami,” tuturnya.
Anita Aldridge -yang tinggal di Tasmania utara dan memiliki cedera otak akibat kecelakaan kerja -mengatakan, ia sedang mencari masukan tentang sejumlah layanan.
“Saya tak mendapatkan akses yang sangat baik ke penyedia layanan dan jika saya tak tahu apa yang tersedia, tak mudah untuk menemukan berbagai hal,” sebutnya.
Ia menyambung, “Sehingga memiliki akses ke situs media sosial adalah cara yang sangat bagus untuk mencari tahu apa yang tersedia.”
Dale mengatakan, beberapa topik diskusi umum di situsnya adalah tips menemukan tempat bepergian yang melayani penyandang disabilitas dengan baik.
"Maksud saya, itu bisa sesederhana seperti meminta saran tentang di mana hotel yang bagus atau restoran yang bisa dikunjungi ke selama liburan Anda," ujar Dale.
“Sebagai contoh, banyak hotel menulis di situs mereka bahwa mereka menyediakan akses bagi penyandang disabilitas, tapi itu tak benar-benar berarti -orang memiliki ukuran kursi roda yang berbeda misalnya,” jelas Dale.
Kebijakan toleransi dibuat untuk melawan penganiaya daring
Dale mengatakan, mereka telah menetapkan kebijakan untuk menghargai dan toleransi demi memerangi masalah “pencemoohan dan penganiayaan terhadap penyandang disabilitas di media sosial”.
Ia mengungkapkan, banyak penganiayaan dan intimidasi -yang muncul -terjadi ketika penyandang disabilitas mengunggah foto-foto mereka di media sosial.
“Jadi, jika kondisi disabilitas membuat mereka terlihat sedikit berbeda, mereka bisa menjadi target ejekan, cercaan karena penampilan mereka,” sebutnya.
Dale juga mengatakan, situsnya tak terbatas pada penyandang disabilitas, seraya berujar bahwa keluarga dan pengasuh kaum difabel juga diterima.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterbitkan dn diperbarui: 20:30 WIB 27/12/2016 oleh Nurina Savitri.