ABC

Pria Melbourne Bunuh Istri Karena Ribut Soal Bergabung Dengan ISIS

Pihak kepolisian memastikan seorang pria di Melbourne, Australia, membunuh istrinya dan kemudian memotong-motong tubuhnya di depan ketiga anaknya. Hal dilakukan karena sang istri tidak mau suaminya bergabung dengan kelompok teroris ISIS.

Pria berusia 35 tahun yang tinggal di daerah Broadmeadows di pinggiran Melbourne tersebut juga dituduh memukul kepala kedua anaknya yang berusia di bawah enam tahun. Pria ini juga dituduh menyiram balita perempuannya dengan air panas.

Identitas pria tersebut tidak bisa diungkapkan guna melindungi identitas anak-anaknya.

Menurut dokumen yang diajukan polisi ke pengadilan, pria ini ditahan dengan dakwaaan pembunuhan terhadap istrinya ketika polisi mendatangi rumah mereka bulan Juli 2016 dan mendapati anak-anak mereka juga mengalami cedera di kepala.

Ketiga anak tersebut dibawa ke RS Royal Children Hospital di Melbourne dan kemudian mengatakan kepada polisi bahwa mereka menyaksikan ayah mereka ‘memotong’ tubuh ibunya dengan pisau di ruang tamu.

Salah seorang anak mereka mengatakan bahwa tubuh ibu mereka ‘penuh dengan darah.”

Mereka mengatakan kepada polisi bahwa ayah mereka kemudian membungkus mayat istrinya yang berusia 27 tahun, dengan tape besar, dan plastik serta selimut, sebelum memasukkannya ke dalam bagasi mobil.

Pria tersebut kemudian membawa mayat istrinya ke semak-semak di dekat sebuah lapangan tenis, dan dibuang di sana, sebelum kemudian membawa anak-anaknya, yang juga ada di dalam mobil, ke toko roti untuk membeli penganan.

Mayatnya ditemukan dengan tubuh penuh sayatan tajam termasuk di wajah, kaki dan punggung bagian bawah.

Menurut dokumen pengadilan, pria tersebut memberitahu iparnya bahwa dia bertengkar dengan istrinya, berkenaan dengan keinginannya ke Suriah guna bergabung dengan ISIS.

Enam bulan sebelumnya dalam sebuah pertengkaran pria ini pernah melukai tangan istrinya.

Dilarang meninggalkan rumah

Beberapa bulan sebelum kematiannya, polisi mengatakan bahwa sang istri tidak diijinkan meninggalkan rumah, berbicara dengan sanak keluarganya atau menonton televisi.

Suaminya juga memasang terpal besar di pagar belakang rumah mereka guna mencegah tetangga melihat rumah mereka, dan juga memasang jendela depan rumah dengan penutup.
Anak-anak mereka tidak pernah bersekolah dan tidak memiliki kemampuan berbahasa Inggris dengan baik.

“Pria ini hanya ingin anak-anak mereka berbicara dalam bahasa Lebanon, dan belajar Al Quran,” demikain disebutkan dalam berkas tuntutan tersebut.

Sidang praperadilan kasus ini sedang dilangsungkan dan akan berakhir hari Senin (27/3/2017) dimana Magistrat akan memutuskan apakah terdapat cukup bukti untuk mengadili pria tersebut.

Diterjemahkan pukul 11:15 AEST 24/3/2017 oleh Sastra Wijaya dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini