Presiden Jokowi Ajak Pengusaha Australia Investasi Selain di Bali
Presiden RI Joko Widodo mendengarkan langsung berbagai tantangan yang dihadapi pebisnis Australia dalam berinvestasi di Indonesia saat melakukan pertemuan di Sydney, Sabtu (25/2/2017).
Pebisnis Australia yang hadir di antaranya dari industri farmasi, pertambangan, layanan wisata.
Presiden Jokowi mendesak pebisnis ini mempertimbangkan investasi di luar lokasi tradisional seperti Bali.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal RI Thomas Lembong mengatakan aturan yang menghambat perlu dihapus di kedua negara dan dia yakin kesepakatan perdagangan bisa diselesaikan tahun ini.
“Kami yakin akan dapat menyelesaikan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif dengan Australia tahun ini,” katanya.
“Tentu saja dengan waktu yang tersisa kedua belah pihak ingin mewujudkannya semaksimal dan seambisius mungkin,” tambah Thomas Lembong.
Sementara itu Menteri Kehakiman Australia Michael Keenan mengatakan Pemerintah Australia perlu membangun hubungan ekonomi dengan Indonesia.
“Kita masih kurang dalam hal ini. Dan masih banyak yang bisa kita lakukan. Perekonomian Indonesia terus tumbuh dengan cepat. Populasinya yang sangat besar,” katanya.
“Ini kesempatan besar bagi Australia. Kami ingin memastikan Australia dapat mengambil keuntungan dari hal itu,” tambah Menteri Keenan.
Awal tahun ini, Panglima Angkatan Darat Australia Letjen Angus Campbell menyampaikan permintaan maaf kepada mitranya dari Indonesia, menyusul ditemukannya materi yang dipandang menghina ideologi RI di sebuah markas pasukan khusus Perth.
Menteri Keenan mengatakan tidak ada keretakan antara kedua negara.
“Kita tidak perlu memperbaiki sesuatu dalam hubungan ini. Belum pernah hubungan ini sekuat sekarang,” katanya.
“Saya datang ke Indonesia bulan lalu. Hubungan, kerjasama antara Australia dan Indonesia berada pada puncaknya saat ini,” tambahnya lagi.
Jamuan pribadi
Dalam kunjungan ini, Presiden Jokowi bertemu dengan PM Malcolm Turnbull, Minggu (26/2/2017), untuk membicarakan kemungkinan kesepakatan perdagangan bebas, serta isu terorisme dan keamanan juga dalam agenda.
Sikap Presiden Jokowi yang menghormati PM Malcolm Turnbull diyakini sebagai hal yang membantu pemulihan hubungan setelah terjadinya penurunan akibat isu pemulangan perahu pencari suaka kembali ke Indonesia, perdagangan ternak dan skandal mata-mata.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Armanatha Nasir menjelaskan dalam kunjungan ini tidak ada jamuan makan formal kenegaraan, lebih diwarnai suasana santai di antara kedua pemimpin.
“Perdana Menteri Turnbull mengundang Presiden Jokowi untuk makan malam pribadi – sehingga hanya Presiden dan istrinya serta Perdana Menteri dan istrinya,” katanya.
Negosiasi atas kesepakatan perdagangan bebas antara kedua negara mendominasi pembicaraan.
Indonesia saat ini memiliki hubungan ekonomi yang bergairah dengan Australia, dengan perdagangan dua arah senilai sekitar $ 15 miliar.
Indonesia berada di 10 teratas mitra dagang Australia, padahal prakiraan pertumbuhannya bisa menempatkan Indonesia sebagai enam nomor enam teratas di dunia pada tahun 2030.
Presiden Jokowi terlihat lebih melirik tetangga utara Indonesia daripada tetangga di selatan, tapi komitmennya mengunjungi Australia dipandang sebagai isyarat positif.
Ketegangan di Laut Cina Selatan juga dibahas, bersama dengan kemungkinan patroli bersama Angkatan Laut di wilayah itu.
Pembicaraan juga berkonsentrasi pada risiko pejuang asing yang kembali dari Irak dan Suriah. Presiden Jokowi menyoroti keberhasilan pendekatan Indonesia melakukan deradikalisasi.
Indonesia masih belum memiliki UU yang khusus mengatur pendukung ISIS – lebih satu tahun setelah serangan teroris di Jakarta.
Presiden Jokowi menghadapi munculnya pendekatan Islam garis keras di Indonesia, termasuk aksi massa terhadap Gubernur Ahok yang menjadi terdakwa menistaan agama yang dipandang sebagai ujian bagi kalangan Islam moderat di Indonesia.
Internasionalisasi Bahasa Indonesia
Sementara itu Atase Dikbud KBRI Canberra Ronny Rachman Noor dalam rilis yang dikirim ke Australia Plus menjelaskan Presiden Jokowi juga menandatangani piagam peresmian Balai Bahasa Indonesia se-Australia.
Presiden Jokowi melakukan dialog dengan Karen Bailey, kepala Balai Bahasa Indonesia Perth yang merupakan Balai Bahasa Indonesia pertama di Australia.
Sebelumnya dalam pernyataan bersaman dengan PM Turnbull, disebutkan bahwa pengembangan dan pembelajaran bahasa Indonesia di Australia memiliki nilai strategis karena berperan penting dalam membangun pengertian yang lebih baik di antara masyarakat kedua negara.
Menlu RI Retno Marsudi menjelaskan keberadaan dan peran Balai Bahasa Indonesia di Australia dapat dijadikan model untuk mempercepat program internasionalisasi bahasa Indonesia yang dicanangkan pemerintah, mengingat organisasi nirlaba ini berfungsi sebagai ujung tombak promosi bahasa dan budaya di luar Indonesia.
“Saat ini di tingkat sekolah, Australia tercatat sebagai negara yang pembelajaran bahasa Indonesianya terbanyak di dunia,” jelas Ronni.
Dia menjelaskan, pada tahun 2016 diperkirakan sebanyak 160 ribu siswa di 500 sekolah mulai dari primary school sampai dengan college (SMA) mempelajari bahasa Indonesia.
“Komitmen pemerintah Australia mengundang 135 guru berprestasi untuk menimba pengalaman selama 3-5 minggu di Australia pada tahun 2016 lalu menunjukkan perhatian besar dalam bidang pendidikan dan bahasa Indonesia,” katanya.
Menurut Ronni, pada level masyarakat, telah berdiri Balai Bahasa Indonesia di Perth, Canberra dan Melbourne dan Tasmania. Dalam waktu dekat akan berdiri Balai Bahasa Indonesia di Brisbane, Darwin dan Sydney. Sedangkan di Adelaide bahasa Indonesia telah dikembangkan dalam bentuk lain yaitu melalui kerjasama antara Finders university dengan program “Jembatan”, Australia Indonesia Association dan swadaya masyarakat.
“Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia bagi Penutur Asing (UKBIPA) yang akan didirikan di Canberra menguatkan Australia sebagai pusat pengembangan bahasa Indonesia di luar Indonesia,” ucapnya.
Dia menambahkan, pengembangan dan promosi bahasa Indonesia telah memasuki era baru di tingkat internasional sekaligus sebagai langkah mewujudkan cita cita menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dunia.
Diterbitkan Pukul 11: AEST 27 Februari 2017 oleh Farid M. Ibrahim