ABC

PPI Australia Kirim Petisi Beasiswa Dikti

Persatuan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) hari Rabu (17/9/2014) mengeluarkan petisi yang ditujukan kepada apa yang mereka sebut pimpinan lembaga terkait mengenai belum dibayarnya beasiswa yang dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasional Indonesia.

Petisi yang mengatasnamakan Mahasiswa Dikti bersama Masyarakat Sipil Peduli Beasiswa mengatakan bahwa sampai sekarang banyak di antara penerima beasiswa Dikti yang belajar di Australia belum memperoleh kejelasan status kapan beasiswa mereka akan dicairkan.

Dalam petisi itu, mereka menulis bahwa "Terus terang kami merasa teramat sedih membaca berita dan opini yang berkembang di media masa terkait ketidakjelasan status kami sebagai pelajar Indonesia yang berkuliah di luar negeri dengan menggunakan mekanisme Beasiswa Dikti."

"Seperti tahun ini, kami menerima informasi pada bulan Mei 2014 bahwa pencairan beasiswa kami akan diupayakan setidak-tidaknya pada bulan Juli 2014 atau sebelum lebaran Idul Fitri. Namun hingga surat ini ditulis masih banyak dari kami yang belum memperoleh kejelasan status kapan dana beasiswa kami akan turun," tulis petisi tersebut.

Mahasiswa asal Indonesia dalam kongres PPIA 2014 di Brisbane. (Foto: PPIA)

Oleh karenanya, menurut petisi tersebut "sebagian dari kami sudah mendapat teguran baik secara verbal ataupun tulisan bahwa kami bisa saja tidak dapat melanjutkan studi kami jikalau dalam waktu dekat kami tidak dapat melunasi biaya pendidikan kami."

Dalam petisi ini lebih lanjut dirinci mengenai kesulitan yang dihadapi para mahasiswa asal Indonesia ini di Australia.

Disebutkan, "Perlu kami sampaikan bahwa status kami sebagai mahasiswa DIKTI, baik Magister ataupun Doktoral, terkendala hal yang sangat prinsipil, yaitu permasalahan finansial. Tidak sedikit dari kami yang mengalami keterlambatan pembayaran beasiswa untuk jangka waktu yang terbilang cukup lama."

Ditambahkan pula, "Hal-hal yang terkait di dalam skema beasiswa kami seperti living allowance, tuition fee, standard medical insurance, university application fee, thesis allowance dan sebagainnya kerap mengalami keterlambatan pengiriman yang kadang lebih dari 3 (tiga) bulan lamanya."

"Bukan suatu rahasia jika banyak dari kami yang harus bekerja atau meminjam uang kepada teman, saudara atau bahkan supervisor untuk dapat menyiasati kondisi keterlambatan pencairan beasiswa kami. Hal ini mencederai semangat kami. Hal ini sungguh menyesakkan hati kami," tulis petisi tersebut lebih lanjut.

Oleh karenanya, petisi ini mengharapkan bahwa  "perbaikan sistem beasiswa Dikti sehingga kami dapat kembali bermimpi bahwa kemajuan dunia pendidikan Indonesia merupakan mimpi kita bersama."

"Kami titipkan harapan kami, dan kami mengetuk dengan penuh asa agar hal ini menjadi perhatian Bapak atau Ibu sekalian. Satu kalimat yang mungkin dapat melukiskan perasaan kami: kami sudah lama menunggu hak-hak kami," ujar petisi itu.

Dari statistik yang diperoleh ABC dari situs Dikti mengenai jumlah penerima beasiswa, jumlah penerima terbanyak yang melanjutkan studi ke luar negeri adalah ke Australia.

Dari statistik sampai tahun 2012, mereka yang belajar ke Australia berjumlah 756 orang, disusul Jepang 614 orang dan Inggris Raya 384 orang.

ABC masih berusaha melakukan konfirmasi kepada pihak Dikti Depdiknas Indonesia.