ABC

PM Tony Abbott ‘Cukup Suka’ Sampul Depan Charlie Hebdo Edisi Terbaru

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, mengatakan ia ‘cukup suka’ dengan halaman depan koran Perancis ‘Charlie Hebdo’ edisi terbaru yang kontroversial. "Saya percaya pada kebebasan berbicara – Saya sepenuhnya meyakini kebebasan berbicara," tuturnya.

Charlie Hebdo telah merilis edisi pertamanya sejak penembakan di kantor mereka di Paris, yang menampilkan sampul depan bergambar kartun Nabi Muhammad yang menumpahkan air mata di bawah spanduk berjudul "Semua dimaafkan."

Pada (14/1), PM Abbott mengatakan, ia "cukup menyukai" gambar di sampul depan Charlie Hebdo itu.

"Saya tak yakin jika saya akan menyukai segala sesuatu yang dibuat Charlie Hebdo, tapi ini adalah kartun Nabi dengan air mata yang mengalir di wajahnya dan mengatakan 'semua dimaafkan’," kata Abbott.

"Semangat pengampunan adalah hal yang kita butuhkan lebih banyak dalam dunia modern yang penuh kebencian ini," tambahnya.

Para pendukung Charlie Hebdo dalam aksi damai ‘Je Suis Charlie’ di Perancis. (Foto: AFP, Jean-Francois Monier)

Karikatur itu telah dikutuk oleh sebagian komunitas Muslim: seorang Ulama di Perth mengatakannya sebagai hal yang ofensif, sementara otoritas Islam di Mesir menyebutnya sebagai ‘provokasi terhadap perasaan 1,5 milyar Muslim yang tak bisa dibenarkan’.

Keysar Trad dari Asosiasi Persahabatan Islam Australia berada di halaman depan surat kabar Australia hari ini (14/1) dengan salinan karikatur Charlie Hebdo tersebut.

Berusaha menjelaskan keputusannya untuk difoto dengan karikatur itu, Keysar mengatakan, dunia sangat marah dengan serangan di Perancis, dan bahkan lebih marah karena adanya anggapan bahwa tindakan mereka dibenarkan oleh ajaran Islam.

"Itu adalah pesan kuat yang harus disampaikan, bahwa Islam adalah agama pengampunan dan bahwa umat Islam yang taat adalah orang-orang yang akan memaafkan dan orang-orang yang benar-benar lebih suka berdialog ketimbang kekerasan untuk menunjukkan protes dan menghadapi hal apa pun yang mungkin menyinggung mereka," tutur Keysar.

Ia mengatakan, sikapnya ini mendapat dukungan dari mayoritas masyarakat Muslim di Australia, tetapi sekaligus mendapat beberapa kritikan dari ‘kelompok tertentu dalam komunitas itu’.

"Ini hanya menunjukkan bahwa pekerjaan kita belum selesai, kita harus bekerja di dalam dan di luar komunitas untuk mencoba dan memastikan bahwa nilai-nilai kita dipahami dengan baik,” ujarnya.

Ia menambahkan, "Kadang-kadang ketika seseorang sangat tersinggung oleh sesuatu, sayangnya mereka tak melihat masalah secara detil."

PM Abbott tolak perubahan UU Diskriminasi Rasial

PM Abbott juga menolak seruan untuk mengubah undang-undang diskriminasi rasial Australia, seraya mengatakan bahwa pemerintah "tidak akan membahasnya saat ini".

Menyusul serangan di Paris pekan lalu, dua senator Liberal – Cory Bernardi dan Dean Smith – menyerukan perdebatan tentang perlunya kebebasan berbicara untuk dibuka kembali.

Sebelum pemilu terakhir, PM Abbott berjanji untuk mencabut ayat 18C dari Undang-Undang Diskriminasi Rasial, setelah kolumnis Andrew Bolt melanggar UU tersebut.

Seorang hakim Pengadilan Federal memutuskan setidaknya beberapa orang Aborigin berkulit putih telah "tersinggung, terhina atau terintimidasi" atas tuduhan yang disampaikan dalam artikel Andrew.

Tahun lalu, pemerintah mengumumkan rencana untuk mengubah UU itu dengan memperbaiki klausul "menyinggung, menghina dan mempermalukan", untuk memastikan tidak adanya pengulangan kasus Andrew.

Tapi setelah adanya reaksi dari beberapa kelompok etnis, sang Perdana Menteri-pun membatalkan rencana itu.

Ketika ditanya apakah karikatur Charlie Hebdo bisa diterbitkan di Australia, ia mengatakan, ada sejumlah pendapat yang beragam di antara anggota Komisi Hak Asasi Manusia.

Perdana Menteri Abbott mengatakan, dia "sepenuhnya" percaya pada kebebasan berbicara tapi "masyarakat harus menggunakan hak mereka untuk bebas berbicara secara bijaksana" dan tidak "terlibat dalam tindak penghinaan".

"Namun saya menyadari bahwa dalam demokrasi yang kuat, banyak orang akan tersinggung, banyak orang akan terhina," tambahnya.

PM Abbott mengatakan, jika ada harapan yang bisa disampaikan dari tragedi di Paris dan di Sydney baru-baru ini, itu adalah bahwa "semakin banyak orang Muslim mengatakan 'lihat, ada sebuah nilai dalam keragaman. Kami harus menyesuaikan diri dan melanjutkan hidup’."