ABC

Pinggiran Jalan di Kota Australia Ini Dijadikan Kebun Buah dan Sayuran untuk Umum

Lahan hijau di pinggiran jalan ditanami aneka pohon buah dan sayuran. Hasilnya pun untuk dinikmati bersama oleh warga setempat. Itulah yang dilakukan warga Buderim di Kota Sunshine Coast, Australia.

Inisiatif bernama Urban Food Street itu sudah dimulai sejak 2009 di sejumlah lokasi hijau sepanjang pinggiran jalan di Buderim. Kini, hasilnya yang luar biasa menjadi inspirasi bagi pemanfaatan lahan hijai di kota-kota lainnya di Australia.

"Tadinya kami hanya ingin menanam pohon jeruk nipis di pekarangan kami sendiri. Lalu kami putuskan, bagaimana kalau ditanam di luar sehingga setiap orang lewat bisa memetik buahnya kelak," ujar Caroline Kemp, penggagas Urban Food Street.

Duncan McNaught dan Caroline Kemp memulai inisiatif Urban Food Street di Buderim, Kota Sunshine Coast. (Foto: ABC/Harriet Tatham)
Duncan McNaught dan Caroline Kemp memulai inisiatif Urban Food Street di Buderim, Kota Sunshine Coast. (Foto: ABC/Harriet Tatham)

Namun, apa yang bermula dari sepohon jeruk nipis itu, kini berkembang ke 11 jalan di kawasan Buderim. Lahan hijau di pinggiran 11 jalan raya tersebut, kini dipenuhi pohon buah, sayuran, serta tanaman bumbu.

Memasuki daerah Buderim, rasanya seperti berjalan di kebun sendiri.

Duncan McNaught menjelaskan, tampilan kawasan yang kini hijau dengan pohon buah dan sayuran itu telah mengundang minat berbagai pihak.

"Salah satu problem saat memasak adalah, saat anda menyadari bahwa ternyata anda kekurangan bumbu pada pukul 8 malam. Kini, dengan tanaman di ruang publik ini, anda bisa langsung datang memetik di pohonnya," jelas McNaught.

Tahun lalu, jalan ini menghasilkan 900 kg buah pisang yang dinikmati warga setempat. (Foto: ABC/Harriet Tatham)
Tahun lalu, jalan ini menghasilkan 900 kg buah pisang yang dinikmati warga setempat. (Foto: ABC/Harriet Tatham)

Caroline Kemp menambahkan, meskipun tidak semua rumah yang berada di 11 jalan di daerah itu yang turut menanami jalur hijau di sekitar rumahnya, namun mereka bisa turut menikmati hasilnya.

"Biasanya, rumah yang tidak menanam pohon, akan turut menjaga tanaman dengan cara menyiraminya. Ada pula yang membantu membuat selai dari buah-buahan yang dihasilkan," kata Kemp.

Dikatakan, siapa saja yang tinggal di kawasan Buderim berhak untuk menikmati hasil kebun pinggiran jalan ini.

Meskipun bisa dikatakan bahwa inisiatif ini cukup sederhana, namun skalanya kini mulai meningkat menjadi semi komersial. Tahun 2015 misalnya, daerah itu menghasilkan 900 kg pisang serta 300 buah kubis.

Caroline Kemp memetik buah yang ditanam di pinggiran jalan depan rumahnya. (Foto: ABC/Harriet Tatham)
Caroline Kemp memetik buah yang ditanam di pinggiran jalan depan rumahnya. (Foto: ABC/Harriet Tatham)

Baik Kemp maupun McNaught menjelaskan, pengaturan lahan perumahan di daerah Buderim turut membantu berkembangnya Urban Food Street.

"Buderim memang selalu dipenuhi rerumputan di pinggiran jalan yang ada, sehingga turut membantu menangkap air untuk lahan sekitarnya," jelas Kemp.

Kini, dengan menanami lahan rerumputan itu dengan pohon buah dan sayuran, sekaligus menjadi tantangan bagi perencanaan kota yang berorientasi pada penggunaan mobil.

"Kami tidak lagi terkungkung dengan perlunya mobil dalam lingkungan tempat tinggal kami. Sebab selama ini perencanaan kota membuat kita hampir tidak bisa apa-apa tanpa adanya mobil," jelas Kemp yang juga seorang arsitek.

McNaught menambahkan, Urban Food Street dirancang sebagai kawasan perumahan dengan prinsip permakultur.

"Secara terstruktur kawasan perumahan di kota-kota seluruh negeri harusnya dirancang untuk mengakomodasikan dan memberdayakan warga untuk menamam bahan makanan mereka di ruang publik," katanya.

Tanaman kubis di pinggiran jalan Buderim pada September 2015. (Foto: Caroline Kemp)
Tanaman kubis di pinggiran jalan Buderim pada September 2015. (Foto: Caroline Kemp)

Kemp mengatakan hasil awal dari inisiatif ini, misalnya bahwa kini warga sudah bisa memetik bumbu segar, diharapkan berlanjut kepada terjadinya hubungan warga yang lebih luas.

"Hampir setiap sore jalan-jalan di kawasan ini dipenuhi anak-anak. Mereka main sepeda, main bola. Sementara orangtua mereka rebahan di rumputan," katanya.

"Benar-benar terjadi kohesi positif di antara sesama tetangga di sini," kata McNaught. "Ini telah menjadi bagian dari kehidupan kami sehari-hari."