ABC

Pianis Muda Indonesia Harumkan Nama Bangsa di Opera House Sydney

Michelle Wijaya  boleh saja baru berusia 14 tahun tapi ia telah membawa nama Indonesia di kancah musik klasik internasional dan memukau penonton di Opera House Sydney. Gadis muda ini mantap berkarir sebagai pianis untuk menyambut masa depannya nanti.

Banyak musisi bermimpi untuk bisa tampil di panggung internasional. Tapi tak semua bisa mewujudkannya, dan usia muda terbukti bukan halangan untuk menggapainya.

Adalah Michelle Wijaya, pianis berusia 14 tahun yang baru saja tampil di Opera House Sydney pada (22/4).

Memainkan karya-karya klasik GF Handell, Mozart, Beethoven dan Schubert, gadis muda ini tampil percaya diri. Apalagi ketika ia memainkan karya Jaya Suprana yang berjudul "Gethuk" –dengan berbagai variasi nada -di penghujung pertunjukan, Michelle memukau para penonton yang hadir sehingga mereka memberi ‘standing ovation’ atau tepuk tangan sambil berdiri.

“Penampilan Michelle mendapat sambutan luar biasa dari publik Australia di Sydney. Penampilan Michelle di sini ini penting bagi penguatan hubungan orang per orang Indonesia – Australia,” ujar Konjen RI di Sydney, Yayan GH Mulyana.

Kedatangan Michelle ke Sydney terlaksana berkat tangan Jaya Suprana, yang menjadi pembimbingnya sejak tahun 2014.

“Kami les-kan dia di ‘Jaya Suprana Music School and performing Arts’ di Jakarta Utara, sejak tahun 2012. Sejak terpilih sebagai murid ‘master class’ dibawah bimbingan langsung pak Jaya di tahun 2014, Michelle menunjukkan prestasi yang cukup pesat dan lebih percaya diri,” tutur Phillip Santoso, Ayah Michelle, melalui email kepada Australia Plus.

Hal senada juga diutarakan sang pianis muda sendiri. “Sejak konser/resital saya yang pertama di ‘Jaya Suprana Music School and Performing Art’ di tahun 2015, pak Jaya Suprana  sudah merencanakan untuk tampil di Sydney Opera House sekitar April 2016. Dengan tekun saya mengikuti arahan dan bimbingan beliau.”

Ia lalu membagikan tips, “Semua pengalaman teknis maupun non teknis berupa motivasi dan arahan mental dari pak Jaya Suprana membuat saya lebih rajin serta disiplin diri untuk latihan 2 – 3 jam per hari. Sehingga saya bisa tampil lebih percaya diri di Opera House Sydney.”

“Selain itu saya juga ikut master class dengan Prof. Rainer Maria Claas di Jerman pada Januari 2016,” ungkap gadis yang bercita-cita ingin kuliah jurusan musik klasik di Eropa ini.

Bagi Michelle, bermain musik adalah sarana untuk menghibur dan membuat orang senang, bukan tentang unjuk bakat apalagi mengejar perfeksionisme.

“Kita sebagai penampil harus menikmati musik kita sendiri, dan dengan itu penonton akan menikmati juga. Konsep-konsep itu sangat meneguhkan tujuan saya untuk bermain piano, dan menekuninya. Saya pernah mencoba belajar violin, dan flute sebagai selingan, tetapi masih saja saya lebih  tertarik memilih bermain piano,” akunya.

Mengenal musik klasik sejak dini

Walau baru mendalami piano di usia 7 tahun, gadis berkacamata ini telah mengenal musik klasik sejak ia berada di kandungan.

“Saat kehamilan mamanya di atas 3 bulan, kami sering memutar lagu klasik di sekitar perut mamanya dengan harapan agar anak ini dikemudian hari bisa main musik klasik. Ternyata semenjak kelas satu Michelle sudah mulai tertarik main piano,” cerita sang ayah.

Philip lantas mengisahkan, “Saya minta istri teman SMA saya, lulusan dari sekolah musik klasik Jerman, untuk menguji apakah Michelle punya bakat main piano. Jawabannya menggembirakan kami, bahwa Michelle punya bakat dan karakter yang cocok untuk main musik klasik.”

Uniknya, tak ada warisan bakat musik yang mengalir dari kedua orang tua Michelle.

 “Kami sekeluarga menyukai musik namun tidak memiliki ketrampilan memainkan alat musik, bahkan dari keluarga kakek nenek tidak ada juga,” ujar sang ayah jujur.

Terus bermain di luar negeri tak hanya menjadi harapan ayah ibu, sang pianis muda-pun telah menetapkan targetnya sendiri.

“Dalam 5 tahun ke depan, saya berharap bisa tampil konser lagi di Sydney ataupun di Eropa dan juga di Indonesia dengan lagu-lagu yang lebih wonderful, bahkan terpikir untuk konser khusus lagu-lagu dari pak Jaya Suprana yang punya ciri kas tertentu perpaduan dari musik Nusantara dan Asia serta klasik Eropa,” angan Michelle.