ABC

Peti Mati Mahal Diganti Dari Kayu Pinus Sebelum Dibakar

Polisi di Australia sedang menyelidiki mengapa peti mati seharga $ 1700 (sekitar Rp 17 juta) yang digunakan untuk kremasi untuk seorang nenek ditukar menjadi peti mati murahan di Queensland.

Janice Valigura (74 tahun) meninggal di Malam Tahun Baru lalu dan upacara memperingati kematiannya dilakukan di sebuah rumah pengurus pemakaman di Rockhampton hari Senin (8/1/2018).

Keluarganya sudah membeli peti mati yang mahal yang terbuat dari kayu oak sebagai bagian dari biaya pemakaman.

Anak Nyonya Valgura, Mick diberitahu bahwa akan ada penundaan dalam memindahkan jenazah ibunya dari gereja ke tempat pembakaran.

Passport style grainy photo of Janice Valigura in hers 70s who died on New Year's Eve.
Janice Valigura, 74, meninggal di Malam Tahun Baru dan dikremasi hari Senin .

Supplied

Namun ketika keluarga sampai ke tempat pembakaran, salah seorang diantara mereka melihat bahwa peti yang mahal itu sudah diganti meenjadi peti yang dibuat dari kayu pinus seharga $ 70 (sekitar Rp 700 ribu).

Mick Valigura mengatakan keluarga mereka sangat kecewa, namun rumah pengurus pemakaman mengatakan ini adalah hal yang biasa dilakukan.

Mark mengatakan petugas polisi sudah mengambil gambar kedua peti mati sebagai bagian dari penyelidikan.

Detective Sergeant Craig Strohfeldt dari Kepolisian Queensland mengatakan bahwa ini adalah untuk pertama kalinya polisi Rockhampton mendengar adanya tuduhan tersebut.

“Saya tidak pernah mendapat laporan seperti ini sebelumnya. Ini adalah hal yang tidak biasa.” katanya.

Dia mengatakan laporan ini ‘mengejutkan’ dan polisi akan menangani laporan ini dengan serius.

Direktur rumah pemakaman membantah melakukan kesalahan namun menolak memberikan komentar.

Perlunya aturan bagi industri pemakaman

Presiden Asosiasi Rumah Pemakaman Queensland Anton Brown mengatakan ini bukanlah hal yang biasa dilakukan oleh rumah pemakaman.

"Ini mirip dengan kita membeli Mercedes namun yang kita dapatkan adalah Toyota Corolla, ini bukan hal yang umum." kata Brown.

Dia mengatakan ikut bersimpati kepada keluarga dan menyebut masalah ini hal yang ‘memalukan.”

“Ketika memilih rumah pemakaman untuk mengurusi kematian, kita memberi kepercayaan kepada pengurusnya. Orang yang melakukan terhadap keluarga tersebut telah merusak kepercayaan mereka.” kata Brown.

Salah satu direktur rumah pemakaman Whitsunday Funerals and Crematorium Jeff Doyle sebelumnya sudah pernah mengangkat masalah ini dan sudah menulis surat ke Menteri Utama dan Jaksa Agung Queensland.

“Hal seperti ini mungkin merupakan hal yang umum dilakukan di seluruh Australia.” katanya.

“Ini karena di krematorium (rumah pembakaran), kita tidak bisa masuk ke dalam untuk melihat peti yang akan dibakar, sehingga mudah bagi mereka untuk melakukannya.”

“Industri ini memerlukan peraturan yang lebih serius dan memerlukan dewan independen dan bukan pemerintah untuk melakukan pengecekan terhadap rumah-rumah pemakaman.”

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini