ABC

Petani di Queensland Kembangkan Drone Untuk Membasmi Hama

Keberadaan drone semakin dimanfaatkan oleh banyak orang, termasuk bagi mereka yang terlibat dalam industri pertanian. Kini drone untuk mengawasi dan membasmi hama sedang dikembangkan oleh petani asal Queensland, Australia.

Penggunaan drone untuk membasmi hama pertanian akan mulai dicoba oleh sejumlah petani di negara bagian Queensland.

Salah satunya adalah seorang petani buah leci, yang kini mulai menyelidiki kemungkinan penggunaan drone untuk membasmi hama, seperti hewan jenis burung dan kelelawar.

Craig Van Rooyen bekerja sama dengan sejumlah konsultan, beberapa petani, dan peneliti dari CQUniversity menguji coba penggunaan drone untuk mendeteksi keberadaan burung dan kelelawar.

Nantinya drone tersebut akan terbang ke arah hewan-hewan tersebut untuk menakuti dan mengusir mereka dari tanaman.

Petani leci Craig Van Rooyensedang mengembangkan drone pengusir hama. Foto: Craig Van Rooyen.

Van Rooyen mengaku jika sebelumnnya ia sudah mencoba sejumlah cara untuk mengontrol hama, mulai dari penggunaan sinar hingga suara nyaring, termasuk pengawasan dengan senjata api, tapi tidak ada yang sepenuhnya efektif.

"Saya berpikir seandainya ada yang bisa melakukan tugas pembasmi hama di saat saya mengurusi karyawan… maka akan sempurna," ujarnya. "Saya merasa jika penggunaan drone akan cocok untuk permasalahan saya, tapi harus dilakukan secara otomatis."

Menurutnya drone tersebut bisa diprogram untuk lepas landas, terbang berkeliling, mendarat untuk di-charge, sebelum terbang kembali.

Ia juga menambahkan akan lebih baik jika ada metode pendeteksian saat kelelawar datang, misalnya dilengkapi dengan sinar infra merah, yang kemudian akan memberikan sinyal agar drone datang.

Saat ini, penelitian untuk pengembangan drone sedang terfokus pada penciptaan sistem deteksi tersebut. Fase ini menjadi sangat penting sebelum akhirnya dibuat secara otomatis.

Van Rooyen juga mengatakan jika ia telah bekerja sama dengan pihak universitas dan badan Otoritas Keselamatan Penerbangan (CASA) di Australia untuk meyakinkan bahwa drone yang akan digunakannya sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

"Drone yang kami program tidak akan terbang tidak lebih dari 20 meter [dari permukaan tanah]," ujarnya. Tak hanya itu, nantinya drone tersebut hanya akan terbang di lahan pertanian miliknya yang bisa diawasi melalui komputer untuk mencegah resiko yang membahayakan.

Menurut Rooyen pasar ekspor buah leci, seperti Cina dan Amerika Serikat, memiliki peluang yang sangat besar. Sayangnya, dampak dari keberadaan hama burung dan kelelawar telah menyebabkan para petani hanya bisa mengawasi lahan yang lebih sedikit.

"Saat ini saya hanya bisa menjaga sejumlah lahan tertentu saja, tetapi jika nantinya ada drone yang bisa membantu saya, maka jumlah lahan yang bisa dimonitor lebih luas lagi," ujarnya.

Dengan cara ini, ia berharap dapat memajukan industri buah leci dari kawasannya.