ABC

Petani Australia Utara Inginkan Pasar Ekspor Indonesia

Tahun lalu, wilayah Australia bagian utara mengekspor produk ternak senilai lebih dari 230 juta dolar. Sayangnya, produk holtikultur hanya membukukan nilai ekspor sebesar 6 juta dolar.

Fakta ini adalah disparitas komoditi ekspor yang ingin diperbaiki para petani di utara Australia, khususnya terhadap pasar Indonesia.

Dalam rencana kerja yang diserahkan kepada Pemerintah Negara Bagian Australia Utara, Asosiasi Petani di wilayah itu (NTFA) merekomendasi beberapa tugas penting yang harus dilakukan untuk mendekati pasar Indonesia, yang jelas-jelas bisa dikembangkan dari wilayah utara Australia.

Ketua NFTA, Grant Fenton, mengatakan, Australia utara memiliki potensi kerugian musiman dengan menyuplai banyak produk ke Indonesia seperti mangga misalnya, padahal di sisi yang lain, masih banyak peluang ekspor yang belum dijamah.

Ia mengutarakan, para petani di wilayahnya harus merubah fokus komoditi yang ada menjadi komoditi yang dibutuhkan Indonesia seperti kedelai, gula, kapas, dan kacang. Semua komoditi tersebut dapat ditumbuhkan di Australia utara, dan sangat dibutuhkan Indonesia.

“Mereka mengimpor kedelai dari Amerika Serikat dan Brazil dalam jumlah yang banyak, jadi komoditi seperti ini yang harus kita garap. Kuncinya bagi kita adalah, apa komoditinya dan apa yang dibutuhkan pasar? Di celah mana anda bisa menghasilkan dolar?,” tutur Grant.

Indonesia adalah pengimpor gula terbesar di dunia, dan tahun lalu mengimpor 2 juta ton kedelai dari Amerika Serikat dan Brazil, serta satu juta ton jagung dan 340.000 ton kacang dari China.

Peluang ekspor adalah salah satu topik kunci dalam Konferensi Masa Depan Pangan Australia Utara, yang akan diselenggarakan di Darwin pada 4-5 November 2014. Informasi lebih lanjut, klik tautan ini.