ABC

Perusahaan tambang Australia di Malaysia didemo warga

Perusahaan pertambangan bahan mineral bumi langka dari Australia Lynas Corporation memicu kemarahan publik Malaysia. Setelah perusahaan itu menolak membeberkan lokasi fasilitas penyimpanan limbah permanen dari pabrik pengolahan tambangnya di Malaysia.

Awal tahun ini, Lynas mulai memproduksi bahan tambang mineral langka, yang menggunakan serangkaian besar peralatan teknologi, tapi perusahaan tambang yang berlokasi di Pesisir Timur Tanjung Malaysia terganggu dengan isu operasional.

Selama 3 tahun, aktifis lingkungan dan warga setempat  terlibat konflik sengit dengan perusahaan tambang tersebut, dan dalam aksi terakhirnya, perwakilan dari warga setempat serta aktifis lingkungan melaporkan kasus ini ke parlemen di Kuala Lumpur.

Tan Bun Teet dari kelompok kontra, Save Malaysia Stop Lynas ingin menyampaikan surat protes kepada Menteri Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi, menuntut agar ijin operasi perusahaan tersebut dibekukan dan pertambangan ditutup.

"Sebagai Menteri Ia seharusnya mewakili kepentingan warga bukan Lynas," katanya.

Ketika delegasi tiba di parlemen, namun laporan mereka hanya diterima oleh wakil menteri dan tidak berselang lama dokumen itu diterima dengan senyum dan jabatan tangan, pertemuan itu berubah menjadi penuh kemarahan.

Sebelum kekacauan terjadi, Wakil Menteri, Abu Bakar Mohamad Diah berusaha memastikan perwakilan warga dan aktifis lingkungan kalau perusahaan tambang mineral langka itu aman.

"Saya  telah mengunjungi pertambangan itu 3 pekan lalu – kondisinya sama dengan pabrik kecap," katanya.

"Saya jamin kalau perusahaan itu sangat aman dan saya akan mengundang kalian semua untuk datang ke Lynas kapan saja anda mau.

"Saya bisa menyediakan bus dan makan siang.” Tambahnya lagi.

Undangan itu membuat perusahaan Lynas terkejut.

Juru bicara perusahaan mengatakan kunjungan ke lokasi pertambangan tidak akan mungkin dilakukan, sebelum konflik antara perusahaan dengan warga diselesaikan.

Protes warga dan aktifis lingkungan didasarkan pada kekhawatiran rencana perusahaan tambang Lynas yang akan membangun tempat penyimpanan limbah tambang.

Sebagai bagian dari persyaratan ijin operasi, Lynas diharuskan untuk mendaftarkan rencana ke Badan Energi Atom Malaysia mengenai rencana pembangunan fasilitas penampungan limbah tambang permanen atau PDF, tapi baik Badan tersebut maupun perusahaan menutupi lokasi penampungan limbah tersebut.

Pengacara warga Kuantan menyurati Badan Energi Atom Malaysia menanyakan rincian dari rencana pembangunan PDF tersebut, namun tidak direspon.

Perusahaan Lynas mengklaim pihaknya berupaya agar penambangan yang dilakukan tidak berdampak pada kesehatan dan secara natural radiasi yang terjadi di kawasan tambang akan berkurang hingga nol.

Namun janji tersebut tidak menenangkan kelompok yang kontra, mereka tetap mengkhawatirkan polusi radioaktif.

Di kasus lain, Lynas mengatakan pihaknya mungkin tidak akan pernah membutuhkan fasilitas pembuangan limbah permanen tersebut, karena seluruh limbah konsentrat mineral langka yang sudah diproses akan didaur ulang untuk produk industri, seperti aspal.

Anggota parlemen dari Kuantan, Fuziah Salleh mengatakan warga pemilihnya memiliki hak untuk khawatir.

"Mereka  gusar karena pemerintah tuli dan tidak mendengarkan suara protes warga Kuantan," katanya.

Perusahaan tambang Australia merugi

Konflik dengan warga setempat dan kalangan aktifis lingkungan ini mempengaruhi kinerja pertambangan.

Lynas merugi lebih dari $107 juta dalam tahun keuangan tahun lalu, dan  menginformasikan pasar kalau perusahaannya akan mengurangi jumlah produksinya  menyusul masih berlangsungnya masalah operasional ini.

Produksi komersial Lynas sejak pertengahan Juni lalu mencatat, Lynas  hanya mampu menjual produksi mineral langkanya sekitar 117 ton saja, sangat jauh dari target penjualan yang ditentukan tahun ini yakni 11 ribu ton.

Permohonan ABC untuk berbicara dengan perwakilan Lynas ditolak.

Analis dari Sumber Daya Deutsche Bank, Chris Terry mengatakan saat ini kondisi perusahaan tambang Lynas terus mengalami pasang surut .

"Saat ini,  perusahaan masih menghadapi sejumlah kendala di depan, akibat dari serangkaian masalah  yang terjadi dimasa lalu dan semakin diperberat dengan konflik yang terjadi selama 18 tahun terakhir,” katanya.

Kapal tambang Lynas mengangkut konsentrat mineral  langka dari tambang miliknya di Australia Barat untuk diproses  di pabrik pemrosesan tambang mineral di Kawasan Industri Gebeng didekat Kota Kuantan, dimana perusahaan menilai biaya produksinya lebih efektif.

Mineral langka digunakan untuk membuat banyak jenis komponen alat-alat teknologi tinggi, termasuk Ponsel pintar, TV, Turbin Angin dan mobil.