ABC

Perusahaan Australia Akan Terlibat dalam Pelacakan Sampah Luar Angkasa

Saham sebuah perusahaan Australia, yang akan berkontribusi dalam upaya pelacakan sampah luar angkasa, melejit setelah berhasil mencapai kesepakatan dengan perusahaan pertahanan Amerika Serikat, ‘Lockheed Martin’.

Sejumlah satelit bernilai trilyunan dolar diperkirakan memenuhi orbit di luar Bumi. Mereka semua rentan terhadap sampah luar angkasa. (Foto: AFP/NASA)
Perusahaan kecil bernama ‘Electro Optic Systems’ (EOS) ini mengumumkan kerjasama strategis mereka pada 26 Agustus pagi. Saham mereka langsung naik 50% dan diperdagangkan pada nilai 67 sen siang harinya.

Kesepakatan ini akan melibatkan pembangunan pusat pelacakan sampah luar angkasa di negara bagian Australia Barat.

Pimpinan EOS, Dr. Ben Greene, mengatakan, kerjasama ini akan membuat perusahaannya memiliki sumber daya untuk membantu teknologinya dioperasikan secara penuh.

“Perusahaan kami telah menghabiskan sekitar 80 juta dolar untuk mengembangkan teknologi yang mampu mengatasi masalah tersebut dan kini kami menghadapi fase selanjutnya, yakni menyebarkan teknologi ini di beberapa tempat di seluruh dunia agar mampu melacak cukup sampah sehingga prakiraan lokasi sampah tak bertubrukan,” jelasnya.

Dr. Ben mengungkapkan, pusat pelacakan di Australia Barat akan memperbaiki jangkauannya secara besar-besaran.

“Saat ini kami hanya memiliki satu pusat pelacakan yang berada di Gunung Stromlo, Wilayah Khusus Ibukota Australia, dan segera menambah sebuah stasiun lagi di Australia Barat yang akan memberi kami jangkauan baru seluas 3000 kilometer, yang tak akan tertutup awan ketika Canberra mengalami hal itu, jadi kami sebenarnya memiliki peluang yang sangat tinggi untuk memata-matai luar angkasa setiap saat,” urainya.

Pihak EOS mengatakan, salah satu keuntungan dari kesepakatan dengan ‘Lockheed Martin’ adalah dibentuknya jaringan global atas sensor luar angkasa.

Dr. Ben mengungkapkan, hal tersebut belum dilakukan sebelumnya karena ongkos yang tinggi, namun kali ini biayanya turun drastis.

“Alasan utama mengapa hal ini tak terjadi sebelumnya adalah karena teknologinya sangat mahal. Ya, masalah ini sangat penting dan layak mengeluarkan ongkos berapapun untuk menyelesaikannya, namun dalam 5 atau 6 tahun terakhir, kami telah mengurangi biaya penanganannya, yang tergolong penghematan signifikan, dan kini ongkos penyebaran dan pengoperasian sejumlah infrastruktur sudah terjangkau dibanding kalkulasi resiko yang bisa dialami,” jelasnya panjang lebar.

Dr. Ben mengutarakan, sementara keuntungan bagi ‘Lockheed Martin’ adalah jadwal yang lebih cepat untuk mengimplementasikan layanan tersebut.

“Jujur saja, masalah ini terlalu besar untuk ditangani satu perusahaan manapun, tak peduli seberapa besar perusahaan mereka atau seberapa bagus teknologi yang dimiliki. Dengan bekerjasama, sesungguhnya kita telah mengakselerasi, dalam waktu yang cukup singkat saya pikir, penyampaian solusi kepada para pengguna jasa,” kemukanya.

Masalah sampah luar angkasa makin memburuk

Pihak EOS menjelaskan, masalah sampah luar angkasa memburuk dengan cepat, dan hanya masalah waktu hingga nantinya timbul bencana manusia.

“Kami tak tahu kapan kondisi gravitasi seperti yang ditampilkan dalam film akan terjadi. Maksud saya, ada beberapa analisa sangat serius dari pemerintah Amerika Serikat yang menyebut bahwa bencana itu bisa terjadi dalam 5 tahun mendatang, tapi perkiraan rata-ratanya sekitar 15 tahun ke depan,” tutur Dr. Ben.

Ia mengatakan, sampah luar angkasa adalah masalah, yang secara potensial, sangat mahal.

“Kami mendapat trilyunan dolar, itu adalah ribuan milyar dolar, yang diinvestasikan pada aset luar angkasa dan kita mendapat lebih banyak keuntungan di darat nantinya dengan berinvestasi seperti itu, di antaranya dalam bidang komunikasi, navigasi, pergerakan barang dan jasa yang efisien, transfer bank, keuangan, mengambil uang dari ATM, semuanya yang secara virtual bergantung pada rantai teknologi luar angkasa,” tegasnya.