ABC

Pertama di Australia, Korban Obat Thalidomide Diberi Kompensasi

Korban obat Thalidomide di Australia dan Selandia Baru akan mendapat kompensasi sebesar 89 juta dollar (Rp 984,8 miliar) sebagai bagian dari gugatan class action terhadap distributor obat tersebut.

Pemberian kompensasi bagi sekitar 100 korban ini merupakan yang pertama di Australia. Selain kompensasi uang, para korban juga akan diberi perawatan seumur hidup mereka.

Obat Thalidomide awalnya didistribusikan pada akhir tahun 1950an, sebagai obat penenang bagi perempuan hamil. Obat tersebut kemudian dijual bebas.

Bayi-bayi yang lahir dari perempuan yang mengkonsumsi obat itu kemudian lahir dengan kelainan fisik, seperti tidak memiliki tangan atau kaki, mengalami kerusakan sistem saraf, ginjal, jantung, serta harapan hidup yang lebih pendek.

Salah satu korban Thalidomide adalah Lynette Rowe. Ia merupakan salah satu yang menuntut perusahaan farmasi Jerman, Grunenthal, dan perusahan Distillers, yang dimiliki perusahaan Inggris Diageo.

Distillers adalah perusahaan yang bertanggung jawab atas pemasaran obat tersebut di Australia. 

Rowe hadir di pengadilan saat diselesaikannya kasus ini hari Senin (02/12/2013). Klaim Rowe telah diselesaikan tahun lalu, namun rincian persetujuan yang dicapai dirahasiakan.

Rowe lahir tanpa tangan dan kaki. Ibunya dahulu mengkonsumsi Thalidomide untuk mengobati rasa mual di pagi hari dan kecemasan saat kehamilan.

Keluarga Rowe butuh waktu 50 tahun untuk berhasil mendapat kompensasi dan pengakuan bahwa obat tersebut memiliki andil dalam mengakibatkan disabilitas fisiknya.

Tuntutan terhadap Grunenthal tidak diselesaikan, dan tak akan diteruskan.

Gugatan kelompok (class action) yang dilancarkan menuduh Grunenthal lalai dalam membiarkan obat Thalidomide dipasarkan tanpa pengujian yang layak, dan tidak menarik obat dari pasaran saat resikonya diketahui.

Diperkirakan ada sekitar 10.000 korban Thalidomide di seluruh dunia.