Pertahankan Tanah Adat, Pria Aborijin Jalan Kaki Keliling Australia
Clinton Pryor tengah menjalankan sebuah misi. Pria asal Australia Barat ini berjalan kaki dari Perth ke Canberra untuk memprotes penutupan paksa sejumlah komunitas Aborijin.
Ketika Pemerintah Australia Barat mengumumkan penutupan sekitar 150 komunitas terpencil pada bulan November 2014, Clinton tahu ia harus melakukan sesuatu untuk sesama warga Aborijin.
Ia pergi ke Matagarup -yang juga dikenal sebagai Pulau Heirisson -untuk memprotes pengusiran masyarakat adat dari tanah mereka.
Ia mengatakan, ide berjalan kaki keliling Australia muncul pada suatu malam di Matagarup ketika ia duduk di tengah upacara “api”, membayangkan cara-cara yang bisa ia gunakan untuk membuat perbedaan bagi negaranya dan masyarakat Australia Barat.
“Saat itulah saya memutuskan bahwa saya akan berjalan keliling Australia. Untuk sesuatu,” sebutnya.
Clinton memutuskan untuk berjalan ke Gedung Parlemen demi menghadapi Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, dalam masalah ini.
Dan itulah apa yang ia rencanakan kemudian.
Sejak meninggalkan Perth pada tanggal 8 September, Clinton telah berjalan menuju Alice Springs tempat di mana ia menghabiskan momen Natal.
Lahir di Subiaco, Clinton tumbuh “di tengah kehidupan komunitas”, tinggal di Carnarvon, Halls Creek, Kununurra dan Komunitas Mulan, sebelum pindah ke Perth untuk tinggal bersama ayahnya.
Ia menggambarkan dirinya sebagai ‘Wajuk, Balardung, KIJA dan seorang pria Yulparitja dari barat’.
Ia lantas menyambung: “Saya seorang pria dari Australia Barat yang berjalan keliling Australia demi keadilan dan perubahan.”
Sekelompok delapan orang berjalan bersama Clinton sebagai tim pendukungnya. Satu orang mengemudikan mobil, lainnya mengayuh sepeda membawa air minum, delapan pekerja administrasi lainnya mengatur dana, dan lainnya menjual kemeja.
“Saya punya tim pendukung yang luar biasa, sulit dipercaya -dan bertemu dengan orang-orang dari seluruh Australia dan di seluruh dunia -sungguh luar biasa,” ungkapnya.
Menghubungkan komunitas
Clinton telah berjalan keliling Australia Barat, melalui pedalaman, Gurun Barat dan bertemu dengan sejumlah komunitas.
Ia berjalan kaki ke Kalgoorlie, menghadiri pemakaman Elia Doughty -anak berusia 14 tahun yang meninggal karena tertabrak sebuah kendaraan di tambang emas Australia Barat.
Ia kemudian berjalan kaki ke Leonara, di mana ia berbicara dengan masyarakat dan sesepuh setempat tentang bagaimana menyelamatkan generasi muda dari keinginan bunuh diri.
Dari sana, ia berjalan ke Wiluna dan peternakan di sekitarnya di mana ia menemukan orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, di mana tidak ada air bersih karena jumlah kalsium yang beracun.
Perhentian berikutnya adalah Laverton dan dari sana, Clinton menghabiskan 15 hari di Gurun Barat, melalui gelombang panas ‘yang menyengat’.
Ia bertemu dengan orang-orang Milyirrtjarra dari Gurun Barat, bertemu dengan kelompok dewan tanah yang memberi dukungan kepada aksinya, sebelum melintasi perbatasan Australia Barat menuju Wilayah Utara Australia (NT).
Ia bertemu dengan orang-orang Sungai Docker yang mengatakan kepadanya bahwa mereka memiliki enam penjaga hutan yang merawat lahan seluas satu juta hektar, bahwa mereka membutuhkan bantuan dari Pemerintah sehingga mereka bisa mempekerjakan lebih banyak orang untuk mendampingi para penjaga, dalam menjaga lahan dan merawatnya.
Kemanapun ia pergi, Clinton menghabiskan waktu dengan masyarakat lokal, mengobrol dengan sesepuh, penduduk setempat dan anak-anak. Ia mengatakan kepada anak-anak untuk tetap bersekolah, menghindari narkoba, tidak minum alkohol atau merokok ganja.
Mengukir sejarah di Uluru
Akhirnya, Clinton tiba di Uluru -momen yang akan selalu dikenang selama sisa hidupnya.
“Saya selalu bermimpi tentang datang ke Uluru sejak saya masih kecil. Tapi saya tak pernah membayangkan bahwa saya akan benar-benar datang ke sini,” kata Clinton.
“Berjalan menuju timur, ketika saya melihat Uluru, saya berkata pada diri saya sendiri bahwa dari semua orang yang datang ke Uluru dengan mobil atau terbang dengan pesawat … saya bisa mengatakan kepada semua orang bahwa ‘saya berjalan kaki, saya berjalan kaki ke Uluru ‘,” tuturnya.
Clinton mengatakan, ia suka bertemu dengan komunitas Mutitjulu dan sesepuh mereka.
“Mereka sangat kuat, komunitas yang terhubung ke tanah adat,” sebut Clinton.
Ia bangga telah diberi sebuah benda berharga khas Uluru dari sesepuh Uluru Reggie -pemilik tradisional Uluru yang keluarganya adalah pewaris asli dan wali dari Uluru.
Potongan batu itu adalah hadiah untuk membantu Clinton agar tetap kuat, bijaksana dan berani untuk terus berjalan.
Panas terik dan cedera tak jadi halangan
Saat berjalan melewati Gurun Barat, segala sesuatunya menjadi menantang. Clinton dan rombongan minim air dan setelah berjalan di tengah-tengah gurun tandus selama 15 hari, Clinton mengaku ia merasa dekat dengan kematian.
“Saya harus terus berjalan, tak peduli apa yang terjadi,” tuturnya.
Saat hampir menyerah, Clinton dan tim pendukungnya tiba di Warburton di mana masyarakat setempat menyambut mereka dengan pesta barbekyu.
“Itu membuat saya merasa kembali bersemangat dan … setelah kami melewati Warburton, saat itulah saya tahu bahwa kami bisa menyelesaikan perjalanan ini dan saya terus berusaha sampai kami mencapai perbatasan, dan ketika kami mencapai perbatasan dan saya sampai Uluru dan berpikir, saya bisa melakukan misi jalan kaki ini dan menyelesaikannya,” tekad Clinton.
Meski ada godaan ingin berhenti, karena terlalu lelah dan sakit terus menerus, Clinton mengaku, ia melihat ke depan menghitung sisa jarak yang harus ditempuh.
“Ini akan jadi menarik karena kami harus menuju ke timur dan kami akan segera masuk ke sebuah kota. Akan ada banyak yang terjadi setelah kami tiba di Adelaide dan Melbourne serta Sydney lalu ke Canberra untuk menemui Perdana Menteri, membicarakan bagaimana Pemerintah sekarang ini tak lagi sebuah pemerintahan untuk rakyatnya,” jelasnya.
“Pemerintah telah merubah dirinya menjadi sebuah perusahaan multi-milyarder dan tak mengurus rakyatnya,” sebut Clinton.
Ketamakan korporasi, motivasi utamanya
Empat bulan berjalan kaki dengan konstan membuat Clinton menderita benjolan berisi cairan di kaki kirinya.
“Saya begitu kesakitan dan saya berjalan 50 kilometer menahan sakit,” akunya.
Tampaknya, rasa sakit ini justru menambah semangat Clinton untuk terus berjalan kaki.
“Ini membuat saya berpikir tentang orang-orang yang akan kehilangan rumah mereka dan orang-orang yang tak punya tempat tinggal,” ungkapnya.
Clinton mengatakan, ia menyaksikan kemiskinan yang ada di Australia, dan menentang “keserakahan miliarder yang tidak membayar pajak”.
“Rasa cinta terhadap dunia ini yang terus mendorong saya untuk terus berjuang dan saya terus berjalan kaki karena saya ingin membuat perbedaan,” tegas Clinton.
Tapi gerakan inipun menghadapi rintangan -uang hasil penggalangan dana online yang didapat Clinton dan timnya sebelum aksi jalan kaki ini telah habis, membuat mereka terdampar di Alice Springs.
Kurangnya dana tak menggoyahkan semangat Clinton untuk mencapai tujuan.
“Kami akan merayakan dan merasa bangga setelah kami sampai di Canberra, setelah berjalan keliling benua ini,” katanya.
“Hingga saat itu tiba, kami akan terus melakukan apa yang diperlukan dan tetap bekerja dan mendapatkan lebih banyak dukungan,” ujarnya.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterjemahkan: 16:15 WIB 29/12/2016 oleh Nurina Savitri.