Persaudaraan Kondektur Trem di Melbourne dan Kolkata
Melbourne dan Kolkata merupakan satu-satunya kota di luar Eropa yang masih terus menggunakan sarana transportasi trem sejak abad ke-19.
Hubungan panjang dan tidak terputus ini telah menelurkan Tramjatra — persaudaraan antar masyarakat yang dimulai pada tahun 1996.
Ketika itu, jalur trem di kota di India itu tidak dirawat dengan baik, trem anjlok sangat umum terjadi dan gerbong tua yang berasal dari masa penjajahan Inggris masih tetap digunakan.
Menteri Transportasi ketika itu, Shri Shyamal Chakraborty, berencana menutup jalur trem tersebut. Dia tidak memperhitungkan Roberto D’Andrea.
D’Andrea, adalah seorang kondektur trem, Ia pertama kali bepergian ke India pada tahun 1994, karena ingin sekali melihat transportasi kesayangannya di India.
“Trem itu beroperasi sepanjang 600 kilometer di Utara di antara perbukitan Himalaya di Darjeeling dan saya punya waktu 3 hari di Kolkata,” katanya.
Ketika sedang berjalan menuju esplanade di atas Sungai Hooghly, D’Andrea mengatakan dia bisa mendengar “suara ding di kejauhan sama persis dengan bunyi trem di Melbourne”.
“Trem di Kolkata memiliki karakteristik yang sama dengan yang ada di Melbourne,” katanya.
Ketika pengemudi trem di Kolkata menyadari kalau D’Andrea adalah juga seorang pegawai trem, mereka langsung mengajaknya ke depot Belgachia dan menyuruhnya untuk duduk dan berbincang-bincang mengenai masalah yang mereka alami.
Ketika kembali ke Melbourne D’Andrea membahas kondisi bisnis trem di Kolkata yang tidak menguntungkan dengan rekan-rekannya, yang kemudian membentuk hubungan persaudaraan antara depot Belgachia di Kolkata dan depot di Melbourne Selatan yang diberinama: Tramjatra.
Tramjatra tidak hanya menentang rencana penutupan jaringan trem di Kolkata. Tapi Tramjatra juga memiliki element seni.
“Di Melbourne ada tradisi menghias trem, terutama pada hari-hari perayaan publik,” kata D’Andrea.
Di Melbourne ada juga serangkaian program pop-up didalam trem, yakni komedian yang menggelar pertunjukan diatas trem dan bahkan bertindak sebagai kondektur trem.
“Kolkata memiliki tradisi yang sama juga sehingga pada tahun itu (1996) kami menghias 4 buah ntrem,” D’Andrea menuturkan pengalamannya.
Kelompok ini menempelkan puisi dan gambar-gambar lainnya, seperti tiket tram Australia yang lama di bagian dalam rangkaian gerbong trem Kolkata.
“Kami juga tampil dan memandu orang mengenai keindahan estetika yang kami ciptakan di seluruh hiasan dibagian dalam trem di Kolkata,” kata D’Andrea.
“Program melukis trem dimulai pada tahun-tahun berikutnya.”
Apa Kelebihan Trem?
D’Andrea, yang kesulitan menahan kekagumannya pada trem, mengatakan kereta ringan telah memberikan manfaat lingkungan yang signifikan untuk Melbourne dan Kolkata.
“Kolkata merupakan kota yang sangat tinggi polusinya. Ada banyak sekali diesel di udaranya,” katanya.
Terlebih lagi, D’Andrea mencatat trem tradisional tidak seperti bus, karena pelanggan bisa dilibatkan dan diarahkan oleh konduktor – meskipun sudah 18 tahun sejak kondektur trem harus menjalankan trem mereka dengan percaya diri di Melbourne.
Di Kolkata, namun demikian, D’Andrea mendapat banyak kesempatan untuk mengapresiasi seni menjadi kondektur trem.
Dia mengatakan dirinya semakin sering mendapati kondektur trem Kolkata yang eksentrik dan mengundang mereka untuk tampil di gerbong trem yang sudah diperkaya dengan berbagai ornamen hiasan.
“Ada dua kondektur trem untuk setiap trem di Kolkata. Seperti surga buat kondektur trem.”
Diterjemahkan pukul 19:35 WIB, 6/10/2016, oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.