ABC

Persaingan Ketat Dorong Pelajar China Raih Peringkat Terpandai Dunia

Sejumlah siswa program pertukaran pelajar di China dan Australia mengaku tidak heran kalau pelajar sekolah menengah di China masuk dalam peringkat terpandai di dunia.

Dalam laporan terbaru Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menempatkan  pelajar dari sejumlah kota di Shanghai China  dalam peringkat terbaik di pelajaran matematika, membaca dan sains.

Sementara remaja Australia hanya menempati peringkat 17 di pelajaran  matematika, peringkat 10 di pelajaran membaca dan peringkat 8 di pelajaran ilmu pengetahuan atau sains.

Murid kelas 10, Ella Clarke, yang saat ini menimba ilmu di China Tengah mengatakan murid-murid di China belajar lebih lama, lebih keras dan menghadapi tekanan lebih besar ketimbang pelajar di Australia.

"Kepala sekolah mengatakan  kepada murid-muridnya di kelas kalau sekolah menengah itu mencakup 3 hal yakni makan, tidur dan  belajar,” katanya.

"Saya rasa 3 hal itu menggambarkan kehidupan kebanyakan anak-anak di sini,” katanya.

Penilaian serupa juga diungkapkan Clarke, 15, dari Sydney yang sedang menjalani program pertukaran pelajar di sebuah sekolah di Zhengzhou, China.

"Sekolah di China itu lebih serius karena mereka sudah jelas memiliki populasi yang lebih besar sehingga persaingan sangat tinggi disini,”

"Didalam  satu kelas itu ada 70 orang murid dan anda harus bersaing keras untuk meraih peringkat nomor satu di kelas.”

Clarke mengatakan pelajar di China mengerjakan pekerjaan rumah selama berjam-jam, padahal jam belajar di sekolah setiap harinya mencapai 9 jam.

Dia juga bercerita selama akhir pekan kebanyakan pelajar juga menggunakan waktunya untuk belajar.

"Saya pergi ke kantin dan di sana ada beberapa anak yang tengah duduk disana mengerjakan PR matematika sambil makan,” katanya.

"Mereka tidak pernah berhenti belajar; sepertinya mereka benar-benar bernafas, makan dan hidup untuk pendidikan dan belajar. Mereka sangat berusaha keras di segala hal yang mereka lakukan.”

Persaingan dorong semangat pelajar

Clarke mengatakan di sekolah-sekolah di China, para murid terus-terusan diberikan tes di kelas dan menghadapi tekanan tinggi dari keluarga dan guru.

"Menjadi seorang pelajar di China menurut saya sangat sibuk dan sangat tertekan,” katanya.

"Jika mereka berhasil mengatasi  tekanan sosial itu karena mereka memang tidak punya pilihan lain jika hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas.

"Mereka harus berhasil di sekolah.”

Pelajar China, Michael Li Ang  yang lulusan SMU di China dan saat ini kuliah di Universitas Sydney mengatakan persaingan di antara sesama siswa mendorong pelajar di China untuk bekerja keras.

 "Terlalu banyak murid sementara daya tampung universitas sangat terbatas,” katanya.

"Persaingannya sangat berat, itu menjadi tekanan yang mendorong kita untuk belajar dengan giat.”

Dia mengatakan fokus dari pendidikan menengah di China sangat berbeda dengan di Australia.

"Di China pendidikan menengah menekankan lebih banyak pada  penyelesaian masalah, dan itu membutuhkan kemampuan matematika yang besar.

"Pelatihannya sangat mendalam tapi memang sangat berguna.

"Sementara di Australia, saya pikir pendidikan menengah lebih menekankan pada keragaman, sehingga banyak pelajar yang lebih tertarik dan serius menekuni bidang seperti olahraga  seperti tenis, sepak bola atau basket,”