Persaingan antara Jokowi dan Prabowo Semakin Ketat
Beberapa hari menjelang berakhirnya masa kampanye adalah periode terpenting bagi kompetisi antar kandidat Pilpres, dengan hasil survei yang menunjukkan bahwa perbedaan jumlah pemilih di antara keduanya semakin menipis.

Ira Soekirman, Direktur Roy Morgan kantor Jakarta, menyebut, kampanye Prabowo nampaknya cukup berhasil.
“Sepertinya orang-orang yang sebenarnya memilih kandidat lain…banyak dari mereka kemudian beralih ke Prabowo,” sebut Ira.
Pemilu Presiden Indonesia, awalnya, diwarnai dengan kemunculan sejumlah nama, namun kemudian mengerucut ke dua persaingan antara Gubernur DKI Jakarta dengan mantan perwira militer.
Sejumlah survei menunjukkan selisih jumlah suara yang menipis dibanding sebulan lalu.
Pemilih seperti Andi Rahman, 22 tahun, adalah bagian dari tren ini. Dua minggu lalu, ia memutuskan untuk mendukung sang mantan Jenderal setelah melihat debat Capres di televisi.
“Jokowi itu seperti manajer, sementara Prabowo seperti Direktur Utama. Prabowo berpikir lebih luas sedangkan Jokowi lebih berpikir tentang bagaimana membuat orang-orang di Jakarta senang,” urainya.
Jokowi, secara umum, menarik perhatian pemilih muda karena gayanya yang terus terang dan kampanye anti-korupsi yang diusungnya.
Rahman, yang memulai bisnis dengan teman-temannya di bidang properti, tak percaya bahwa Gubernur yang sangat disukai dan reformis tersebut siap memimpin negaranya.
“Jokowi tidaklah buruk, saat ia memimpin Jakarta saya sungguh menyukainya. Ia berbuat jauh lebih baik ketimbang Gubernur sebelumnya. Namun setelah ia mengumumkan pencalonannya sebagai Presiden, saya meragukan fokus serta upayanya, dan saya pikir lebih baik ia memimpin Jakarta dulu,” tuturnya.
Minggu terakhir kampanye
Dua kandidat telah melakukan kampanya secara maraton sebelum Pilpres 9 Juli, yang akan menentukan siapakah pemimpin dari negara demokrasi terbesar ketiga selama 5 tahun mendatang ini, digelar.
Direktur Kawasan Asia Roy Morgan, Debnath Guharoy, menjelaskan, pemberitaan media yang ada di televisi, koran, dan juga portal memiliki dampak tersendiri.
“Kini, 9 dari 10 pemilih memiliki telepon seluler, 1 dari 3 memiliki ponsel pintar. Ponsel-ponsel itu pasti sangat aktif, dengan pemiliknya yang sibuk bertukar informasi dan berusaha mempengaruhi opini publik. Satu kejadian apapun selama beberapa hari mendatang- baik positif atau negatif- dapat mempengaruhi hasil suara yang diperoleh masing-masing kandidat,” tuturnya.
Pemilih yang belum menentukan pilihan
Jokowi masih menjadi kandidat terfavorit namun hasil survei menyebut, 9% pemilih belum menentukan pilihannya padahal di saat yang bersamaan, massa mengambang mulai menunjukkan keberpihakan terhadap Prabowo.
Survei tersebut juga menunjukkan bahwa para profesional dan pemilih muda juga tampak beralih mendukung Prabowo.
Latar belakang Jokowi sebagai pengusaha berpotensi mendukungnya di sektor lain.
“Melihat para pengusaha, semakin banyak pengusaha, mereka masih lebih memihak Jokowi,” ujar seorang warga bernama Soekirman.
Partai Gerindra yang didirikan Prabowo berhasil membentuk koalisi yang lebih besar, dan baru saja mendapat dukungan dari partai Presiden yang tengah menjabat, yakni Partai Demokrat.
Ini terjadi di tengah sikap Presiden SBY yang memilih untuk netral dalam kompetisi politik ini.
Jokowi sangat populer dan dikenal banyak orang, namun kampanye-nya yang bertumpu pada relawan diduga kurang terorganisir ketimbang kampanye Prabowo yang telah mengeluarkan banyak biaya.
Kurang beberapa hari lagi bagi para kandidat untuk menyasar sejumlah provinsi kunci dan meyakinkan jutaan pemilih bahwa mereka akan membuat Indonesia menjadi negara yang lebih baik.