ABC

Persahabatan Antar Remaja Indonesia-Australia Lewat Netball

Rebecca Lambert dan Meisha Grant dari Australia baru-baru ini tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat, sebagai bagian dari proyek yang menggunakan olahraga ‘netball’ untuk menghubungkan pemuda dua Negara, sekaligus mempromosikan partisipasi perempuan dalam olahraga. Rebecca dan Meisha menuliskan pengalaman mereka selama tiga bulan terakhir terlibat dalam proyek Netball tersebut.

Kami berdua bertemu pertama kali pada tahun 2015 saat terpilih sebagai perwakilan Australia dalam Program Pertukaran Pemuda Australia-Indonesia (AIYEP).

Waktu itu, kami tinggal dan bekerja dua bulan di Kalimantan Barat. Kami berdua terlibat dalam sejumlah proyek pengembangan komunitas di desa terpencil di sana, yakni Desa Lumbang. Proyek itu mencakup bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, manajemen air dan tentu saja olahraga.

Dari semua proyek yang ada, kami berdua merasa bahwa olahraga-lah yang memiliki karakter unik untuk menghubungkan masyarakat berbeda budaya, dan dari situ juga kami menyadari adanya perbedaan besar dalam budaya olahraga di antara Indonesia dan Australia.

Netball
Pertandingan netball antara siswi-siswi SMA di Mataram dengan perwakilan Australia.

Supplied

Kami berdua sangat tertarik dengan Indonesia dan pengalaman yang beragam di negara ini. Lewat semangat dan pengalaman itu, khususnya AIYEP, kami mendirikan Netball Indonesia, yang bertujuan untuk menggunakan olahraga netball untuk memberi kesempatan pemahaman lintas-budaya, mendorong para remaja putri untuk berpartisipasi dalam olahraga.

Ini juga memberi ruang yang aman bagi anak-anak perempuan untuk mengembangkan keterampilan seperti kerja tim, kepemimpinan dan kepercayaan diri.

Selama 3 bulan, kami berdua bekerja dengan 3 sekolah di Mataram, mengajarkan netball kepada siswi-siswi SMA. Tiga sekolah itu adalah SMAN 5, SMAN 1, dan SMA Kesuma.

Kami, bersama dengan Ketua Liaison Officer, Adlini Ilma Ghaisany, dan rekan-rekan liaison officer asal Indonesia –Syarifana Aisyah Suriadi, M.Azhar Kholidi, Hamdan Hamaris dan Al-Amin Budi Mulia, melakukan pelatihan netball mingguan di tiga sekolah itu, menyiapkan para murid perempuan untuk mengikuti latihan netball yang dilakukan oleh perwakilan netball Australia dan menjalani turnamen setengah kompetisi.

Bulan lalu (1-9 Oktober), 12 perwakilan netball Australia mengunjungi Lombok sebagai bagian dari proyek pekan ‘Netball Indonesia’, yang tujuannya untuk mengembangkan keterampilan netball para remaja perempuan ini dan menyediakan kesempatan untuk melakukan pertukaran antar-budaya.

Proyek kami ini didukung oleh Institut Australia-Indonesia (AII) lewat Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT).

Pekan ‘Netball Indonesia’sukses besar dengan begitu banyak pertemanan yang terjalin, sportivitas olahraga yang ditampilkan dan banyaknya keterampilan baru yang dipelajari.

Pekan itu dimulai dengan kunjungan ke SMAN 1, SMAN 2, dan SMA Kesuma di mana semua peserta asal Australia berkenalan dengan budaya Indonesia lewat partisipasi dalam upacara bendera yang diadakan tiap hari Senin di sekolah.

Kami juga menikmati penampilan lagu tradisional Sasak ‘Tegini Tegana’, tari tradisional Gendang Beleq, tari Gandrung dan mencoba yel-yel Pramuka.

Tiap kunjungan ke sekolah dibuka dengan upacara pembukaan dari pihak sekolah, lalu diikuti oleh pertandingan netball di depan sekolah.

Pekan tersebut juga meliputi pelatihan netball intensif selama dua hari yang dilakukan oleh perwakilan netball Australia, darinya para pelajar menambah keterampilan netball mereka.

Netball
Rebecca (ujung kanan) dan Meisha (ujung kiri) bersama tim inti Netball Indonesia.

Supplied

Pelatihan netball lalu disusul dengan turnamen social setengah kompetisi antara 3 sekolah, dengan SMA 5 yang menjadi pemenangnya.

Para remaja perempuan Indonesia ini yang menunjukkan kerja tim, kepemimpinan, kemajuan dan keterampilan netball yang baik dipilih oleh perwakilan Australia untuk berpartisipasi dalam pertandingan final antara Indonesia vs Australia, yang dimainkan oleh kombinasi siswi dari 3 sekolah.

Pekan ini diakhiri dengan kunjungan ke Yayasan Jage Kastare, yang mempromosikan pengembangan belajar dan sosial bagi pemuda di desa Lombok Tengah, agar bisa bermain bola dengan siswa lokal.

Gesa, Ketua Liaison Officer Netball Indonesia, turut membagi pengalaman bekerjanya di proyek Netball Indonesia kepada kami. Berikut penuturannya.

“Salah satu tujuan dari proyek diplomasi olahraga ini adalah untuk memberdayakan anak-anak muda. Jujur saja, ketika kami memulainya, saya tak yakin bagaimana tujuan itu bisa tercapai lewat pengajaran bermain netball ke siswi-siswi SMA, khususnya mengingat olahraga bukanlah budaya yang besar di Indonesia."

“Tapi selama dua bulan terakhir ini, saya melihat para remaja putri yang semula malu-malu menjadi lebih percaya diri dalam keterampilan mereka dan tak menyerah menghadapi lawan yang lebih baik.

Kami melihat siswi yang hanya belajar keterampilan dasar, sekarang justru berinisiatif untuk menyebarkan informasi kecil yang mereka tahu ke murid lainnya yang kurang yakin.

Kami melihat para siswi terus-menerus saling menyemangati satu sama lain untuk lebih baik dan akhirnya –mungkin salah satu momen paling menyentuh untuk saya –saya melihat siswi yang -sebelumnya diberitahu bahwa kami tak yakin apakah masih punya sumber daya untuk mengajar –menyatakan ‘saya akan melakukannya! saya akan mengajar gadis lainnya yang ingin belajar bermain, kami semua akan mengajar mereka’.” 

Video dan Foto bisa dilihat di akun Facebook, Instagram dan Twitter Netball Indonesia (@netballindo).

*Rebecca Lambert adalah Sarjana Psikologi dan Sarjana Ilmu Perilaku dari Universitas Charles Darwin. Sementara Meisha Grant adalah Sarjana Hubungan Internasional dan Sosiologi dari Universitas Queensland. Keduanya adalah alumni Program Pertukaran Pemuda Australia-Indonesia (AIYEP) tahun 2015.