ABC

Perpecahan Keluarga Sebabkan Para Ibu Aborijin Berulang Kali Masuk Bui

Sebuah studi tentang para ibu Aborijin yang mendekam di sejumlah penjara Australia Barat telah mengungkap dampak kehancuran yang parah dari hukuman kurungan antar generasi, terhadap keluarga mereka.

Para peneliti dari Universitas Curtin melakukan wawancara terhadap 84 ibu yang berasal dari komunitas Aborijin, yang tengah mendekam dalam penjara di seluruh wilayah negara bagian. Penelitian ini adalah bagian dari proyek yang didanai oleh Dewan Penelitian Kesehatan dan Medis Nasional, yang mengamati pengalaman para perempuan Aborijin di dalam penjara Australia Barat dan New South Wales.

Data pendahuluan dari survei tersebut mengungkap frekuensi penahanan para perempuan itu, seberapa banyak orang tua dan anak-anak yang dipenjarakan, prosentase atas siapa yang telah dipisahkan dari orang tua mereka oleh pihak berwajib, dan tingkat pendidikan mereka.

“Banyak anak dan para ibu dipenjarakan dan mereka berpikir bisa melakukan apa yang mereka mau,” ujar seorang ibu berusia 38 tahun di penjara Boronia.

Para perempuan itu berbicara banyak mengenai latar belakang keluarga mereka, kondisi yang menyebabkan penahanan mereka, serta konsekuensi dari penahanan mereka terhadap anak-anak dan keluarga besar.

“Saya tak pernah punya hubungan dengan anak-anak saya, dan anak perempuan saya berusia 18 tahun. Saya seperti ingin menunjukkan kalau ibu menyayangi mereka, tapi saya tak tahu bagaimana caranya menjadi seorang ibu untuk mereka,” ratap seorang perempuan berusia 38 tahun di penjara Boronia.

Kebanyakan napi perempuan berulang kali masuk bui

Ketua Investigasi di Institut Penelitian Obat-Obatan Nasional, Universitas Curtin, Jocelyn Jones, mengatakan, penelitian ini melihat faktor kesehatan dan ketahanan mental dari para perempuan tersebut.

“Kami menemukan bahwa perempuan memiliki tingkat ketahanan mental yang cukup tinggi di samping segala trauma yang mereka alami selama hidup,” ujarnya.

Usia rata-rata dari para perempuan yang diteliti itu adalah 35,5 tahun dan jika ditotal, mereka memiliki 475 anak, baik biologis ataupun dalam pengasuhan mereka.

Sebanyak 46% di antaranya pernah dijebloskan ke penjara remaja, dan separuh dari mereka dipenjarakan sebelum usia mereka mencapai 13 tahun.

Ketika ditanya mengenai orang tua, 56% menyebut bahwa mereka memiliki ibu atau ayah yang pernah dipenjarakan.

Data tersebut bahkan lebih tinggi untuk saudara-saudara mereka, 77% perempuan tersebut mengatakan mereka memiliki seorang saudara laki-laki atau perempuan yang pernah dipenjarakan.

“Bukan ibu saya, ibu saya baik-baik saja, tapi ayah saya iya, saudara laki-laki saya pernah dipenjarakan – kedua saudara laki-laki saya. Sebenarnya tiga dari mereka dan dua saudara perempuan,” ungkap seorang perempuan berusia 37 tahun di penjara Bandyup.

Seorang perempuan berusia 23 tahun di penjara yang sama mengatakan, ibunya menanggung beban penahanan dirinya dan masalah narkoba kedua adiknya.

“Ia harus berurusan dengan banyak masalah emosional dan itu benar-benar menghancurkan keluarga kami. Kejadian itu mengambil kepercayaan antara saya dengan dirinya, dan membuat runyam suasana di antara kami semua,” akunya.