Permohonan Maaf Kepada Komunitas China
Menteri Utama (Premier) negara bagian Victoria, Australia, Daniel Andrews menyatakan permintaan maaf kepada komunitas China atas kebijakan rasisme dan perlakuan tidak adil yang dialami nenek moyang mereka di era kejayaan tambang emas di wilayah itu.
Premier Andrews menyatakan permintaan maaf tersebut hari Kamis (25/05/2017) di hadapan komunitas China, termasuk di antaranya keturunan para penambang emas China yang pertama kali datang ke Australia 160 tahun lalu.
“Tidak ada kata terlambat untuk minta maaf,” kata Andrews.
“Kepada setiap orang China di Victoria atas nama Parlemen Victoria, atas nama Pemerintahan Victoria, saya mengungkapkan kesedihan terdalam kami dan kami sangat menyesal,” ujarnya.
Sejarah ‘memalukan’
Pada tahun 1850-an, para migran China diwajibkan membayar 10 poundsterling, setiap kali mereka memasuki wilayah negara bagian Victoria.
Adrian Hem, salah satu keturunan migran China tersebut mengatakan saat itu jumlah ini sangat besar nilainya.
“Jumlahnya sama dengan upah bertahun-tahun di masa tersebut,” katanya.
Ia mengatakan mereka yang membayar pajak seringkali harus menghadapi hutang besar.
Untuk menghindari pajak, banyak penambang yang memilih masuk dari kawasan di Robe di Australia Selatan, untuk kemudian berjalan ratusan kilometer menuju ladang emas di negara bagian Victoria.
Beberapa di antara mereka meninggal karena kelaparan atau kelelahan, ada pula yang mendapat perlakukan rasisme dan pemisahan.
Untuk menandai peringatan ke 160 tahun perjalanan lintas negara bagian tersebut, sekelompok warga Australia keturunan China, termasuk beberapa keturunan migran asal China, berjalan dari Robe menuju Melbourne. Mereka kemudian bertemu Premier Daniel Andrews.
Mereka yang berpartisipasi dalam acara “Great Walk” disambut oleh komunitas China, tarian barong, dan musik.
Premier Andrews kemudian bertemu dengan mereka di Gedung Parlemen. Ia memuji kegigihan para migran asal China, meskipun ada kebijakan yang sulit dan rasis.
“Tindakan tersebut sangat memalukan,” katanya.
“Tapi dengan fokus pada kerja keras, keluarga, dan memberikan sesuatu kembali pada warga … saya rasa tidak ada orang yang memberikan kontribusi lebih besar … kepada multikultur yang modern, yang kita banggakan dan hargai.”
Beberapa di antara komunitas China yang hadir terharu dan meneteskan air mata mereka setelah permohonan maaf disampaikan.
Tapi bagi mereka yang melakukan napak tilas perjalanan nenek moyangnya, permintaan maaf tersebut tidaklah terlalu penting.
Bagi mereka, yang paling penting adalah sejarah tidak akan terulang kembali.
“Ini membanggakan kami, apa yang nenek moyang kita lakukan,” kata Adrian Hem.
“Sejarah adalah guru terhebat. Masa kini mengajarkan kepada kita seperti apa kehebatan yang dimiliki negara ini dan masa depan akan menunjukkan bahwa kita bisa hidup bersama dengan damai.”
Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada Jumat 26/05/2017 pukul 11:45 AEST. Simak beritanya dalam bahasa Inggris di ABC News.