ABC

Permainan Bola Khas Aborigin Mulai Populer

Permainan bola tradisional khas bumiputra Aborigin saat ini mulai banyak dimainkan para pelajar. Permainan bernama Buroinjin tersebut telah dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah yang ada di Canberra, Australia.

Buroinjin merupakan salah satu dari 100 olahraga tradisional yang diajarkan pada guru-guru Australia.

Peraturan dalam permainan ini diadopsi dari permainan bola etnis Kabi Kabi, yang bertempat tinggal di negara bagian Queensland bagian selatan.

Dalam adaptasi ini, tim-tim yang bermain memiliki waktu 15 menit untuk mencetak gol dengan kontak minimum dengan bola.

“Ini soal bekerja sebagai tim saja,” jelas siswa Sekolah Dasar Wanniassa Hills, Samir Ezzat.

“Saat kita mendapatkan bola, kita cuma boleh mengambil lima langkah untuk melambungkannya lima langkah, setelah itu tidak boleh dilambungkan lagi,” jelas Ezzat, yang berusia 11 tahun.  

Menurut pengajar pendidikan fisik di University of Canberra, John Williams, mengatakan bahwa revitalisasi Buroinjin sebagai olahraga di sekolah dilakukan bersama para tetua tradisional.

“Komunitas Ngunnawal secara umum sangat mendukung Buroinjin dan permainan bumiputra lainnya,” ucapnya.

Suku Ngunnawal adalah bumiputra Australia yang menempati wilayah Canberra.

Menurut Williams, interpretasi permainan-permainan ini merupakan sebuah tindakan rekonsiliasi. Namun, dalam melaukan tindakan macam ini, sekolah-sekolah Australia ketinggalan dibanding Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Amerika Utara.

“Ada gerakan mendunia menuju dekolonisasi kurikulum, karena selama ini terjadi semacam imperium atau imperium Inggris raya, atau kolonisasi,” ucapnya. “Penting bahwa kita memiliki kurikulum yang merefleksi apa yang terjadi di masyarakat, dalam rangka keadilan sosial.”

Tampaknya, pesan mengenai pengenalan yang lebih dalam dan rekonsiliasi, mulai tersampaikan di kalangan anak-anak muda Canberra.

“Kaum Aborigin memiliki tanah ini sebelum kita, jadi kita harus menghargai apa yang mereka dulu lakukan, dan kita harus coba melakukan apa yang dulu mereka lakukan,” ucap Samir Ezzat.

“Kalau kita bermain sepakbola sekarang, dahulu kala mereka memainkan permainan lain, jadi kita harus mencobanya. [Permainan ini] tak semudah yang saya kira,” aku Ezzat.

Siswa Sekolah Dasar Gowrie, Ashlee Kirkland, mengatakan bahwa Ia menyukai penekanan terhadap kerjasama dan keterlibatan yang ada dalam Buroinjin.

"Biasanya, tiap orang dalam sebuah tim mendapat bola, karena harus dioper,” jelasnya, “Itu membuat saya senang.”

Permainan Buroinjin mendorong terjadinya koordinasi tangan dan mata, dan memiliki beberapa kemiripan dengan handball dari Eropa, touch football, netball, dan cricket.

Saat ini, sekitar seperempat anak-anak berusia lima hingga 17 tahun terbilang kegemukan. Para pendidik berharap bahwa variasi besar dalam olahraga akan mendorong lebih banyak anak-anak menjalani kebiasaan-kebiasaan sehat seumur hidup mereka.

Baru-baru ini sekitar 400 siswa dari 12 sekolah dasar berpartisipasi dalam pertandingan Buroinjin tingkat sekolah dasar Canberra, yang dilangsungkan di lapangan Boomanulla Oval.

Lyle Swan, pejabat pendidikan Aborigin, mengatakan bahwa sudah ada rencana untuk mengadakan pertandingan antara sekolah-sekolah dari negara-negara bagian yang berbeda-beda tahun depan.