ABC

Perkosa Anak-anak di Filipina, Pedofil Australia Bisa Terancam Hukuman Mati

Peter Scully, seorang tersangka kasus pedofilia asal Australia, akan menghadapi persidangan di pengadilan Filipina hari Selasa (2/6/2015), dengan kemungkinan ancaman hukuman mati.

Peter Scully diduga menjalankan bisnis pedofil internasional dari Mindanao, Filipina Selatan, serta tuduhan lainnya seperti pemerkosaan, penyiksaan dan pembunuhan anak-anak.

Salah satu korbannya bahkan baru berusia 18 bulan.

Pihak berwenang di Filipina menggambarkan kejahatan Peter Scully (berdiri di belakang) sebagai tindakan yang ‘bejat’. (Foto: Bobby Lagsa/Rappler)
Pihak berwenang di Filipina menggambarkan kejahatan Peter Scully (berdiri di belakang) sebagai tindakan yang ‘bejat’. (Foto: Bobby Lagsa/Rappler)

 

Peter pertama kali pindah ke Cagayan de Oro di Pulau Mindanao pada tahun 2011. Mengeksploitasi kemiskinan yang ada di sekitarnya, Peter mendekati Arlene Loyola dan menawarkan untuk memberi pendidikan dan makanan kepada anak perempuan Arlene yang berusia 8 tahun.

Arlene menerima tawaran itu, tapi setelah dua minggu ia mulai khawatir.

"Saya berdoa dan Tuhan mengatakan kepada saya untuk menjauhkannya dari Peter dan saya lakukan itu," ungkapnya.

Ketika Arlene mendapatkan putrinya kembali, sang putri kecil itu telah dipukul dan memar. Peter telah berulang kali membius dan memperkosa gadis itu.

Arlene hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri. "Saya merasa sangat malu dan meminta pengampunan dari anak saya karena ia menderita begitu banyak," ucapnya.

"Ia hanya ingin pergi ke sekolah. Saya tak bisa tidur, saya benar-benar tak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi padanya,” ujarnya terisak-isak.

Tapi itu hanyalah sepucuk kebobrokan yang dilakukan Peter.

Petugas dari Biro Investigasi Filipina menunjukkan sebuah rumah tua yang gelap dengan dinding tinggi di bagian lain dari Cagayan de Oro. Di situlah Peter membuat video berjudul ‘Penghancuran Daisy’.

Ia menjual video itu ke pelanggan online di seluruh dunia hingga mencapai 10.000 dolar (atau sekitar Rp 100 juta) per tampilan.

Rincian lengkap tentang apa yang terjadi di rumah tersebut terlalu mengejutkan untuk diungkap.

Tapi Angelito Magno, salah satu detektif utama, memberi sedikit keterangan. "Dalam salah satu video ini terdapat bayi perempuan berusia 18-bulan yang digantung terbalik. Ia menangis sepanjang waktu selama disiksa," tuturnya.

Permintaan akan video yang memuakkan ini begitu besar sehingga enam orang asing, sebagian besar dari Eropa, mulai mendanai Peter.

Tapi satu video yang diproduksi akhirnya menjadi ambang kehancuran Peter. Di dalam video itu, dua anak perempuan, berumur 12 tahun dan 13 tahun, dipaksa untuk menggali kuburan mereka sendiri saat diperkosa.

Angelito mengatakan, gadis-gadis itu akhirnya mengarahkan mereka ke Peter. "Kedua gadis itu mampu melarikan diri dan mencari bantuan polisi saat mereka masih terikat rantai, rantai di leher mereka," sebutnya.

Angelito adalah bagian dari tim internasional yang menangkap Peter Scully (51 tahun) pada bulan Februari, mendakwanya dengan beberapa tuduhan pelecehan seksual, cyber sex, penyiksaan, pemerkosaan, perdagangan manusia dan pembunuhan.

Di Manila, tim investigasi mengumpulkan semua bukti sebelum sidang dimulai secara resmi akhir tahun ini.

Mereka, kini, memiliki tujuh korban di bawah perlindungan saksi yang akan bersaksi melawan Peter di pengadilan.

Jaksa akan tuntut hukuman mati

Eric Nuqui bekerja di Biro Investigasi Filipina dan akan menjadi salah satu jaksa yang akan berada di sidang terhadap Peter.

"Dengan bukti-bukti yang kami miliki dan dengan kondisi bahwa kasus ini ditangani jaksa, kami cukup banyak yakin bahwa kami memiliki kasus yang sangat solid dan bahwa ia akan enyah dari muka bumi untuk selamanya," jelasnya.

Tim di Manila dan Polisi Federal Australia sekarang bekerja untuk mengidentifikasi dan mengadili pelanggan Peter di seluruh dunia.

Mereka memiliki bukti bahwa ada seorang pria Australia yang menawari Peter uang senilai 2.500 dolar (atau sekitar Rp 25 juta) untuk memperkosa seorang gadis 13 tahun.

Sementara penangkapan Peter menjadi kesuksesan Biro Investigasi Filipina, kenyataannya adalah, dengan tenaga kerja dan sumber daya yang terbatas, mereka berjuang untuk mengatasi banjir pedofil yang memasuki Filipina.

Polisi Federal Australia mengatakan, 250 warga Australia yang dihukum karena kejahatan seks terhadap anak telah bepergian ke Filipina dalam empat tahun terakhir.

Namun pihak berwenang Filipina mengatakan, mereka tahu hanya ada 10 orang. Eric mengatakan, ada masalah dalam koordinasi di Filipina.

"Sejauh yang saya ketahui, saya belum menerima informasi. Mungkin mereka memberikan informasi kepada agensi (Filipina) lainnya dan kami tak bisa mengaksesnya," utaranya.