Perkemahan Bagi Remaja Australia Dengan Lengan Berbeda
Setiap tahun di bulan Maret, sekelompok remaja dari berbagai kawasan di Australia akan bertemu dan berkemah di Sydney.
Kesamaan dari mereka semua adalah bahwa para remaja tersebut memiliki lengan yang berbeda, entah karena sejak lahir atau karena kecelakaan.
Perkemahan tersebut secara resmi diberi nama Australian Limb Difference Youth Camp (Perkemahan Bagi Remaja yang memiliki lengan berbeda), namun lebih banyak dikenal dengan nama Amp Camp (Perkemahan Amputasi) karema penyelenggara adalah Asosiasi Amputasi New South Wales.
Ide perkemahan ini muncul dari Russell Hodge, yang kehilangan salah satu kakinya dalam kecelakaan sepeda motor.
Di tahun 2011, Hodge membuat perkemahan bagi ‘komunitas amputasi yang menawarkan penerimaan dan rasa memiliki.”
Setiap tahun para relawan di perkemahan tersebut akan menyelenggarakan berbagai kegiatan bagi para remaja yang hadir.
Salah seorang yang hadir adalah remaja putri Ayelet Marha (19 tahun) yang mengatakan dia sudah mendatangi Amp Camp ini selama enam tahun terakhir.
Tahun ini, Ayelet memperpendek liburannya di luar negeri untuk bisa hadir sebagai salah satu pemimpin di perkemahan.
Ayelet mengatakan bahwa di sinilah tempatnya para remaja yang memiliki lengan berbeda berkumpul, saling belajar dari satu sama lain, dan juga mencoba hal-hal baru.
Kegiatan yang dilakukan misalnya bagaimana belajar menunggang kuda, atau bermain perahu kayak di sungai.
Di salah satu sudut lapangan memanah, tampak seorang remaja putra yang tidak memiliki tangan mampu melepaskan anak panah dan tepat sasaran.
Pentingnya Amp Camp
Bagi Max Budich (17 tahun) perkemahan ini sama menariknya seperti merayakan hari Natal, sebagai sesuatu hal yang sangat dinantikannya.
Issy Herrmann yang berusia 15 tahun mengamininya, dan mengatakan dia mengikuti semua kegiatan yang ada.
Issy tinggal di Gold Coast (Queensland) dan suka dengan kegiatan di air.
Namun dia mengalami kesulitan untuk pergi ke pantai, karena kaki palsunya tidak bisa basah.
Di Amp Camp ini semua orang dalam posisi yang sama.
Tidak ada yang merasa malu, berbagai kaki palsu berserakan di beranda atau di pinggir kolam, menunjukkan bahwa tidak ada yang merasa malu.
Beberapa remaja ini tidak mau ikut perkemahan di sekolah mereka, karena mereka tidak mau menjadi beban bagi yang lain.
Di perkemahan khusus ini, seluruh aktivitas disesuaikan dengan keadaan para remaja.
Misalnya mereka yang tidak memiliki tangan masih bisa melakukan panjat tinggi, dan mereka yang tidak memiliki kaki bisa menunggang kuda.
Ayelet Marha menceritakan bahwa seorang remaja putra sekarang berkesempatan lari setelah di sana ada kaki palsu yang bisa dipasang di kaki remaja tersebut.
Ayelet juga menjelaskan mengenai Jade (20 tahun), yang kehilangan kedua kakinya dalam kecelakaan kereta.
Setahun setelah mengikuti perkemahan, Jade mencoba kaki palsu yang bisa digunakan berlari.
Dua tahun kemudian dia menjadi atlet yang bertanding di lomba atletik.
Perkemahan Amp Camp ini hanya berlangsung selama beberapa hari, dan setelah selesai, para remaja tersebut tetap berhubungan lewat sosial media.
Issy mengatakan Amp Cap ini telah membantunya menjadi lebih terbuka dan menerima keadaan dirinya.