ABC

Perjuangan Atlet Tuna Rungu Australia Bertanding Tanpa Dengar Instruksi Wasit

Ratusan atlet yang ambil bagian dalam Olimpiade Tuna Rungu Australia tak bisa mendengar peluit wasit, sehingga mereka harus bergantung penuh pada penglihatan mereka.

Kompetisi yang berlangsung pekan ini di Adelaide tersebut memberi kesempatan para atlet untuk menunjukkan bakat mereka, dan juga penting untuk koneksi sosial.

Pemain footy asal Port Adelaide, Jack Hombsch, ambil bagian bersama atlet tuna rungu lainnya dan menggambarkan kesempatan ini sebagai pengalaman aneh baginya.

"Anda tak menyadari seberapa besar Anda mengandalkan pendengaran Anda … dan mendengarkan rekan satu tim Anda dalam olahraga yang saya mainkan," akunya.

Ia menyambung, "Sedikit kaget untuk melepas alat bantu di telinga dan tak bisa berbicara satu sama lain."

Ia memuji atlet tuna rungu atas dedikasi mereka.

"Luar biasa untuk melihat bahwa laki-laki dan perempuan muda di sini berurusan dengan kondisi ini sepanjang hidup mereka dan mereka tak membiarkan hal itu menghentikan mereka untuk berolahraga," katanya.

"Mereka bermain dengan sangat baik, sekedar anda tahu, mereka mendidik kita di luar sana," imbuhnya.

Jack mengatakan, ia dengan cepat menyadari perlunya untuk sangat bergantung pada penglihatannya.

"Anda harus benar-benar berkonsentrasi dan membuat kepala anda berputar sedikit, Anda harus menggunakan mata Anda," tuturnya.

Ia menerangkan, "Wasit tak memiliki peluit atau apapun sehingga Anda harus melihat bendera merah. Jadi tentu saja itu tak biasa saya gunakan tetapi itu adalah pengalaman yang menyenangkan."

Olimpiade Tuna Rungu mencakup 14 cabang olahraga

Pemain kriket asal klub ‘Scorpions’ Australia Selatan, Sarah Lowe, juga ambil bagian dan menuturkan tentang penyesuaian besar yang ia butuhkan untuk bertanding.

"Agak sulit untuk menentukan posisi tubuh Anda dan mengetahui posisi pemain lainnya, kemana Anda akan pergi dan jika seseorang datang dari sebelah kiri atau kanan anda," ungkapnya.

Diadakan setiap empat tahun sekali, Olimpiade Tuna Rungu melibatkan 14 cabang olahraga.

Sam Cartledge asal negara bagian Victoria bermain sepak bola dan futsal pada pekan ini, dan ia juga merupakan anggota dari tim basket putra tuna rungu Australia.

"Jika Anda sulit mendengar dan Anda memiliki alat bantu dengar atau implan koklea, Anda harus mencopot semuanya dan Anda harus berkomunikasi melalui bahasa isyarat," jelasnya.

Ia menjelaskan, "Saya dibesarkan dengan pendengaran, jadi saya tak belajar Auslan [bahasa isyarat] sampai sekitar tiga tahun lalu. Ketika saya diperkenalkan dengan basket tuna rungu, itu adalah pembuka mata yang besar bagi saya."

Panitia Olimpiade, Johanna Plante, mengatakan, baik atlet sosial maupun pemain professional yang serius bertanding diterima dalam Olimpiade Tuna Rungu.

"Ini adalah pertemuan tuna rungu terbesar yang terjadi di Australia. Ini sangat penting juga bagi tuna rungu dewasa dan tuna rungu muda untuk mencari tahu dan melihat apa yang bisa dicapai tuna rungu dan mencontoh panutan ini," kemukanya.

Pemain profesional menggunakan ajang di Adelaide ini sebagai persiapan untuk Olimpiade Tuna Rungu tahun mendatang, yang akan diselenggarakan di Turki.