ABC

Perjuangan Anak Penyintas Perang Vietnam Mencari Keluarga Kandungnya

Dominic Golding lahir di Vietnam kemudian diadopsi oleh warga Australia. Golding menceritakan kembali perjalanannya ke Vietnam baru-baru ini dalam rangka mencari dan menemui langsung keluarga kandungnya.

Saya merupakan salah satu bayi dari Perang Vietnam yang diadopsi dalam kondisi mengalami gangguan pendengaran dan cerebral palsy.

Saya berasal dari Cho Lon, sebuah kota pecinan di Saigon dan saya tiba di Australia melalui Operasi Babylift pada tahun 1975.  Saat ini saya bekerja sebagai praktisi theater dan pekerja kesejahteraan masyarakat di Melbourne.

Salah satu alasan dibalik Operasi Babylift adalah untuk membawa bayi-bayi yang sakit keluar dari Vietnam. Saya merupakan satu dari 7 bayi yang diterbangkan dengan menggunakan pesawat terakhir yang mengangkut anak-anak dalam operasi itu keluar dari Saigon. Saya belum mendapat keluarga asuh hingga saya nyaris tiba di Melbourne.

Keluarga yang mengadopsi saya hanya punya waktu satu hari untuk mengemas tas mereka dan menjemput saya di Bandara Mt. Gambier, Australia Selatan dimana mereka harus menempuh perjalanan selama 6 jam.

Saya sudah pulang ke Vietnam sebanyak 4 kali dan setiap kunjungan kesana saya memaknai peristiwa pengadopsian saya dengan pandangan berbeda-beda.

Pada tahun 1999, merupakan perjalanan untuk mencari tahu mengenai Vietnam; tahun 2006 Saya menetap di Kota Ho Chi Minh City selama satu tahun dengan misi untuk tinggal, meresapi dan mengetahui banyak tentang sejarah kebudayaan Vietnam, dan berusaha mencari keluarga kandung Saya.

Pada tahun 2010, untuk pertama kalinya Saya datang bersama dengan anak-anak adopsi dari Vietnam lainnya. Dan tahun 2015 Saya kembali datang untuk menghadiri reuni anak-anak adopsi dan melakukan langkah kedua dalam upaya menemukan anggota keluarga saya dengan melakukan tes DNA.

Dominic (kiri belakang) dengan kelompok anak-anak Vietnam yang diadopsi warga Amerika dan Australia ketika mengunjungi istana presiden di Ho Chi Minh City.
Dominic (kiri belakang) dengan kelompok anak-anak Vietnam yang diadopsi warga Amerika dan Australia ketika mengunjungi istana presiden di Ho Chi Minh City.

Sering kali, meski tidak selalu, anak-anak adopsi harus menghadapi hak istimewa mereka sendiri sebagai anak adopsi ketika mengunjungi bekas atau panti asuhan mereka sendiri sekarang ini. Terkadang perasaan ini dapat dilihat sebagai penyintas yang merasa bersalah. Salah satu situs utama untuk merasa seperti ini adalah ketika mendatangi lokasi jatuhnya C5-A.

Upaya pesawat pertama Amerika menerbangkan anak-anak adopsi dari Vietnam berubah menjadi bencana karena pesawat yang membawa 330 orang anak dan perawat terhempas ke lapangan sesaat setelah lepas landas.

Seratus lima puluh empat anak dan personil tewas dalam kecelakaan itu, karena mereka berada dibagian belakang kargo belakangan pesawat tersebut. Setiap tahun sekelompok anak-anak vietnam yang diadopsi pada wisata motherland oleh Susan McDonald kembali ke lokasi kecelakaan C5-A. Saya pertama kali mengunjungi situs itu pada tahun 2010.

Warga lokal membangun menara yang dipersembahkan untuk roh dari korban dan setiap orang membeli sepotong batu dari reruntuhan kecelakaan itu untuk difoto.

Tahun ini aku kembali ke situs itu untuk mengenang seorang anak adopsi yang saya temui lima tahun lalu dan ayah angkat saya – keduanya baru saja meninggal.

Kekacauan dari Operasi Babylift  ini telah digunakan untuk mempermudah pemenuhan syarat pemrosesan imigrasi di negara penerima anak-anak adopsi tersebut. Karena banyak anak adopsi tidak punya akte kelahiran resmi dan dokumen pencatatan kelahiran mereka menjadi tidak terlalu penting, karena fokusnya adalah bagaimana menjaga agar anak-anak itu tetap bertahan hidup dan selamat.

 
Kota Ho Chi Minh saat ini (Flickr CC: Esin Üstün)
Kota Ho Chi Minh saat ini (Flickr CC: Esin Üstün)

 

Pada tahun 2010, sejumlah anak-anak adopsi itu ada yang mengikuti acara orang hilang di TV yang berusaha mempertemukan kembali anggota keluarga yang hilang akibat Perang Vietnam.

Tahun ini saya diundang untuk ambil bagian dalam acara di TV Ha Noi itu untuk menyoroti kebutuhan akan program yang efektif dalam mendukung mempertemukan kembali sebuah keluarga dan memiliki koleksi basis data DNA.

Anak-anak adopsi kerap mengatakan mereka semakin kehabisan waktu karena ibu mereka semakin bertambah tua.

Tahun ini, anak-anak Vietnam yang diadopsi warga Amerika membeli 20 kit tes uji DNA untuk dibawa ke Vietnam dan diberikan kepada ibu-ibu yang melahirkan dan anak adopsi yang tinggal di luar AS. Ini merupakan bagian dari lima kit yang mereka kirim pada tahun 2010, ketika sejumlah ibu melahirkan diuji DNAnya.

Sebuah titik mencuat utama tentang tes DNA adalah mereka tidak terjangkau bagi kebanyakan lahir orang tua dan anak pungut harus efektif menutupi kedua kit.

Saya tidak memiliki catatan DNA untuk referensi silang dan memastikan identitas keluarga saya; hasil tes DNA merupakan satu-satunya harapan saya untuk menemukan kecocokan dengan orang lain dalam basis data itu.

Ketika orang tua potensial dan anak adopsi diketahui memiliki kecocokan DNA, maka pertemuan keluarga yang emosional pun terjadi karena kedua belah pihak memang sangat ingin bertemu.

Kecocokan itu didasarkan pada hubungan emosi yang kuat dan harapan kalau keterkaitan mereka sebagai keluarga memang benar dan nyata.

Tapi uji  DNA akan menjadi bukti yang sangat menentukan, tanpa bukti itu hubungan mereka menjadi hanya sekedar dugaan atau hipotesa saja. Inilah mengapa saya memilih untuk melakukan tes uji DNA terlebih dahulu terhadap orang-orang yang kemungkinan memang keluarga kandung saya sendiri.

Konflik Vietnam telah menimbulkan trauma dan perpecahan keluarga, dan Operasi Babylift pada gilirannya telah menciptakan kesenjangan budaya antara kesejahteraan anak-anak dengan asal muasal mereka di negara asli mereka dan kemampuan mereka untuk tumbuh dalam lingkungan budaya di daerah kelahiran mereka sendiri.

Pemisahan ini juga menimbulkan trauma pada keluarga asal mereka yang terpisah dengan anak-anak mereka saat ini yang telah diadopsi, terutama ketika mereka dipertemukan dengan kerentanan hidup dan perasaan bersalah sebagai penyintas  yang dirasakan di lokasi kecelakaan.

Saya telah melakukan  tes DNA dengan harapan kit DNA  tambahan ini dapat meningkatkan sorotan media yang akan meningkatkan kemungkinan pencocokan DNA saya dengan kerabat saya, setidaknya hanya beberapa persen saja.

*Tulisan ini merupakan pendapat pribadi. Dominic  merupakan lulusan Pekerja Sosial di RMIT yang kini bekerja di bagian arsip adopsi di Departemen Layanan Kemanusiaan  dan saat ini menjabat sebagai Komite Pengelola VANISH, lembaga yang mendukung mereka yang terlibat dalam kasus adopsi. dia menjadi kurator Unseen Habitation (2014), dan bekerja sebagai  petugas seni dan orang berkebutuhan khusus di Survivors and Ex-detainees (RISE).