ABC

Peringkat universitas di Asia naik daftar ranking PT dunia

Sejumlah universitas ternama di Cina, Korea Selatan dan Jepang naik peringkat dalam daftar peringkat universitas global, sementara sejumlah universitas lain di Asia Tenggara justru turun peringkat.

Editor Majalah Ranking Pendidikan Tinggi dan Universitas Dunia Times, Phil Baty kepada Program Asia pacific Radio Australia mengatakan peningkatan peringkat di Universitas Asia didorong oleh  besarnya suntikan pendanaan.

"Pemerintah di Asia mulai menginvestasikan uang dalam jumlah banyak di Universitas-universitas agar bisa  lebih bersaing," Baty menjelaskan.

"NUS di Singapura, Universitas China, Universitas Korea dan Universitas Hong Kong secara perlahan-lahan naik peringkat dan mampu bersaing dengan universitas elit barat.”

Di Asia Tenggara, ketika Universitas Singapura naik peringkat, sejumlah universitas tetangganya seperti Universitas di Malaysia, Indonesia dan Philipina  justru tidak berhasil menduduki  satu peringkat pun dalam daftar 400 universitas unggulan dunia.

Baty mengatakan kunci perbedaan yang menentukan Universitas di Singapura dengan universitas-universitas  di Malaysia adalah upayanya mengaet lebih banyak bakat internasional.

"Universitas di Malaysia tidak bekerja keras untuk membangun infrastruktur risetnya, dan kondisi ini sangat kontras dengan di Singapura,” paparnya.

"Sementara Singapura benar-benar menginvestasikan uang dalam jumlah banyak untuk mengumpulkan bakat, mencari bakat-bakat internasional dan mereka sangat sukses, tapi Malaysia tertinggal disektor tersebut.”

Wakil Kanselor Universitas Nasional Malaysia, Sharifah Hapsah mengatakan peringkat sangat penting bagi universitasnya tapi bukan menjadi obsesi.

"Kita melihat hal itu sangat hati-hati, terutama dengan publikasi dan kutipan, tapi kami menyadari kalau universitas kami masih jauh dari peringkat tinggi dalam daftar ranking universitas global tersebut," Kata Hapsah menjelaskan,

Hapsah mengakui  universitasnya mengalami kemunduran.

"Tapi saya tidak setuju jika universitas di Malaysia disebut mengalami  brain drain atau ‘kekosongan otak’ lantaran hijrahnya para sarjana ke luar negeri, karena para sarjana yang pergi ketika usianya masih muda, pada akhirnya nanti akan kembali lagi,” katanya.

"Dan nanti ketika mereka kembali mereka menjadi terlatih dan mereka tengah pada puncak karir sehingga kaya pengalaman dan mereka bisa mengabdi kembali untuk negaranya.”  

Universitas Teknologi Thonburi  King Mongkut Thailand (KMUTT) adalah salah satu universitas yang berhasil masuk peringkat 350 universitas global untuk pertama kalinya.

Asisten Presiden KMUTT untuk urusan luar negeri, Anak Khantachawana mengatakan pemerintah Thailand berencana melihat ada universitas lokal lain yang juga masuk dalam peringkat dunia tersebut.

"Kita memiliki 150 universitas di Thailand, pemerintah telah memilih 9 diantaranya untuk menjadi universitas riset nasional dan mereka akan mendapatkan pendanaan untuk mendorong  riset-riset yang dihasilkan untuk menjadi universitas kelas dunia,” tuturnya.

Baty mengatakan Asia Tenggara harus bersiap menciptakan lebih banyak  universitas kelas dunia  jika hendak berinvestasi di pendidikan.

"Investasi semacam ini benar-benar mampu meningkatkan posisi suatu negara dalam era globalisasi, dengan cari mencari kemitraan global baru di Asia Pasifik dan lebih luas lagi,” katanya.

"Itu adalah kunci sukses dalam mencapai rangking dunia karena kemitraan global akan meningkatkan performa universitas anda, sekaligus mendorong peningkatan standar di institusi pendidikan yang memungkinkan universitas menciptakan lulusan yang kritis."