ABC

Peringatan 17 Agustus di Canberra, Perth dan Darwin

Peringatan Detik-detik Proklamasi Hari Ulang Tahun (HUT) ke-72 Kemerdekaan RI selain diselenggarakan di dalam negeri, juga dirayakan oleh berbagai komunitas Indonesia di luar negeri termasuk di Australia.

Di KBRI Canberra sekitar 400 warga Indonesia maupun warga Australia hadir hari Kamis (17/8/2017) diantaranya adalah murid-murid SD, SMP hingga SMA beserta guru pendamping, para pejabat serta wartawan dan warga biasa lainnya.

Tepat pukul 09.45 pagi, Duta Besar RI untuk Australia, Y. Kristiarto S. Legowo memimpin langsung rangkaian upacara yang berlangsung di bawah suhu dingin dan berangin bahkan sempat gerimis, dimana suhu pada pagi hari mencapai 4 derajat Celcius mengingat saat ini di Australia masih musim dingin.

Dalam rilis yang diterima oleh ABC Australia Plus disebutkan bahwa yang bertindak selaku Komandan Upacara adalah Mayor Inf. Abraham Pandjaitan, yang tak lain adalah cucu dari Pahlawan Revolusi DI. Pandjaitan.

Sementara Perwira Upacara adalah Letkol Inf. Tommy Anderson. Mereka adalah perwira TNI yang sedang menempuh pendidikan lanjutan di Canberra.

Momen yang mengharukan dan ditunggu-tunggu terjadi ketika dua puluh anggota Paskibra KBRI Canberra yang umumnya adalah siswa SMA dan beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Australia, termasuk mahasiswa dari Provinsi Papua Barat, yang ditempa selama hampir dua bulan, mengibarkan bendera Merah Putih.

Bahkan sebagian mereka tak kuasa meneteskan air mata. Tak heran jika meski banyak yang sudah lama bermukim di Australia, mereka tak pernah mau melewatkan upacara 17 Agustus di KBRI Canberra.

Betsy Phillips misalnya, wanita asal Nusa Tenggara Timur yang sudah puluhan tahun tinggal di Australia ini mengaku lebih dapat memahami arti perjuangan para pahlawan kemerdekaan justru setelah tinggal di luar negeri.

“Ada perasaan yang sangat berbeda dan luar biasa ketika mengikuti Upacara Bendera di KBRI Canberra yang membuat saya selalu terharu”, ujar Betsy yang juga berprofesi sebagai guru Bahasa Indonesia dan penyiar radio ini.

Tak hanya masyarakat Indonesia. Salah satu siswa kelas 11 dari Australia yang hadir, yakni Brent Keast yang sudah 5 tahun belajar Bahasa Indonesia menyebut pengalamannya pertama kali melihat upacara sebagai hal yang sangat luar biasa.

“Saya baru pertama kali ini menyaksikan sebuah negara dan masyarakatnya memiliki kebanggaan yang sangat tinggi dalam merayakan hari kemerdekaan’, imbuhnya dalam Bahasa Indonesia yang lancar.

Yang tak kalah istimewa adalah tampilnya Kathlyn Sayers, pelajar SMA kelas 11 dari Penleigh and Essendon Grammar School di Melbourne, yang berpidato dalam Bahasa Indonesia yang fasih sehingga mendapatkan tepuk tangan panjang dari pengunjung.

Pidatonya berisi kebanggaannya menguasai Bahasa Indonesia. Bahkan di akhir pidatonya, dia meneriakkan pekikan Merdeka tiga kali dan Sekali Merdeka Tetap Merdeka.

Kathlyn Sayers adalah satu dari enam murid pemenang lomba berbahasa Indonesia yang digelar oleh Asosiasi Guru Bahasa Indonesia Victoria bekerjasama dengan KJRI Melbourne, KBRI Canberra dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Kolintang Kawanau memeriahkan upacara peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus di Perth (Australia Barat)
Kolintang Kawanau memeriahkan upacara peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus di Perth (Australia Barat)

Foto: KJRI Perth

Sementara itu di Perth (Australia Barat), siswa dari 2 sekolah menengah atas di Australia Barat yaitu Peter Moyes Anglican Community School dan Wesley College mengikuti upacara bendera di KJRI Perth.

Keikutsetaan mereka mengingat kedua sekolah tersebut memiliki kurikulum bahasa Indonesia kepada muridnya.

Para siswa juga berkesempatan untuk mengikuti acara ramah tamah yang dilaksanakan setelah upacara di aula KJRI Perth. 

Ramah tamah diisi dengan pemotongan tumpeng dan kue merah putih yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia tertua dan termuda yang mengikuti upacara.

Ramah tamah juga diisi pertunjukan kolintang oleh Ibu-Ibu Dharma Wanita Persatuan KJRI Perth dan Kawanua Perth yang membawakan lagu- lagu perjuangan seperti Halo Halo Bandung dan Maju Tak Gentar

Upacara bendera di KJRI Perth dipimpin oleh Konjen RI Perth, Ade Padmo Sarwono, dan diikuti oleh sekitar 400 peserta. 

Konsul Jendral RI di Darwin Andre Omer Siregar (kanan) bersama pelajar asal Papua di St John College setelah upacara bendera
Konsul Jendral RI di Darwin Andre Omer Siregar (kanan) bersama pelajar asal Papua di St John College setelah upacara bendera

Foto: KJRI Darwin

Di Darwin, upacara peringatan HUT RI ke-72 digelar dua kali, yakni upacara pengibaran yang dilakukan pada pukul 9 pagi dan penurunan pada pukul 5 sore.

Upacara peringatan digelar di kantor KJRI Darwin yang berada di kawasan Harry Chan Avenue.

Yang berbeda dari upacara ini adalah dilibatkannya masyarakat asal Papua dan kawasan Indonesia Timur sebagai petugas upacara.

“Perayaan tahun ini istimewa, Karena kami membawa dan mengajak adik-adik dari Papua dan kawasan Indonesia Timur lainnya,” ujar Ander Omer Siregar, Konjen RI di Darwin.

“Diantara mereka yang bertugas adalah adik-adik yang sedang magang bersama kantor KJRI Darwin,” tambahnya kepada Erwin Renaldi dari ABC di Melbourne.

Ia menambahkan upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI juga diikuti oleh sejumlah pelajar Papua yang sedang sekolah di St John’s Catholic College.

Andre mengatakan ada sekitar lima mahasiswa yang sedang magang di kantor KJRI, diantaranya dari Bali dan Papua.

Ada pula mahasiswa dari Universitas Utara Malaysia di Kedah.

“Saya pernah beberapa kali menjadi pembicara di sejumlah universitas di kawasan Indonesia Timur, seperti Universitas Sains dan Teknologi Jayapura dan Universitas Warmadewa, dan menantang mereka, ‘siapa yang berani dan magang di Darwin?’” jelas Andre.

Menurut Andre, Darwin yang mendapat julukan ‘Top End’ menjadi lokasi dengan peranan penting bagi pengembangan masa depan Australia.

Sementara pembangunan kawasan Indonesia Timur telah menjadi salah satu fokus pembangunan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

“Karenanya, saya ingin mengajak lebih banyak anak muda dari Indonesia Timur untuk datang ke Darwin, yang paling dekat dengan Indonesia dan di masa depan mereka harus menjadi mitra terdekat,” kata Andre.