ABC

Perdagangan Manusia dan Perbudakan Marak di NSW

Penyelidikan Komisi Hubungan Kemasyarakatan negara bagian New South Wales, Australia, mengungkap masalah perdagangan manusia dan perbudakan di wilayah itu lebih buruk dari yang diperkirakan dan tidak banyak dilaporkan.

Dalam kesimpulannya, komisi menyarankan beberapa hal termasuk pembentukan Dewan Penasehat Perdagangan Manusia setingkat menteri negara bagian, dan program kompensasi nasional bagi para korban.

Media selama ini lebih banyak memfokuskan pemberitaan mereka mengenai eksploatasi perempuan di kalangan industri seks, namun menurut komisi, eksploatasi lebih banyak terjadi di kalangan bisnis dan dalam rumah.

Beberapa Temuan Penting:

* Perbudakan terjadi di banyak tempat lebih buruk dari perkiraan publik selama ini.

* Eksploatasi lebih banyak terjadi di rumah tangga dan bisnis.

* Perdagangan manusia dan perbudakan tidak banyak dilaporkan

*  Membantu kerja di satu tempat dengan imbalan tinggal secara cuma-cuma patut diperhatikan dengan seksama.

* Secara nasional diperkirakan ada 300 orang yang disebutkan menjadi korban perdagangan manusia.

* Komisi merekomendasikan pembentukan Komisi Penasehat Perdagangan Manusia setingkat menteri dan program kompensasi nasional untuk para korban dibentuk.

Stepan Kerkyasharian,  yang mengepalai  Komisi Hubungan Kemasyarakatan dalam 24 tahun terakhir mengatakan masalah ini tidak saja melibatkan wanita, namun juga pria dan anak-anak.

"Seringkali, semua hal ini dimulai dengan hal yang sepele seperti 'anda bisa datang dan membantu kerjaan saya', atau 'pasangan anda bisa datang dan bekerja di restoran di akhir pekan'. Namun kemudian setelah bekerja selama beberapa waktu mereka tidak mendapatkan bayaran sama sekali," kata Kerkyasharian.

"Biasanya yang memanfaatkan hal seperti ini adalah mereka memiliki kedudukan terhormat di masyarakat setempat, entah karena jabatan atau uang yang mereka miliki," tambahnya.

Kerkyasharian memberikan contoh seorang wanita yang begitu takutnya sehingga ketika memberikan kesaksian melakukannya dari ruangan terpisah.

Professor Jennifer Burn dari Lembaga Anti Perbudakan Australia  mengatakan organisasinya prihatin dengan wanita yang bekerja di rumah tangga tanpa bayaran.

"Ada sejumlah kasus dimana para wanita ini dipekerjakan secara paksa di rumah tangga. Ini tidak tampak dari luar sehingga banyak orang yang tidak mengetahui adanya perdagangan manusia," kata Prof Burn.

Ia mengatakan lembaganya sekarang berusaha memberikan bantuan hukum dan dukungan bagi mereka yang menjadi korban. "Kami berhubungan dengan sekitar 70 orang yang menjadi korban perdagangan manusia di Australia," katanya.

"Secara nasional, ada 300 orang yang sudah dinyatakan sebagai korban oleh pihak berwenang Australia, namun kita belum tahu persis jumlah sebenarnya dan ada bentuk perdagangan manusia lainnya yang belum kita ketahui," tambah Prof Burn.