ABC

Perawat di Pedalaman Australia Mundur Karena Postingan Rasis

Seorang perawat di Broome, Australia Barat, berhenti dari pekerjaannya menyusul postingan rasis di media sosial yang juga berisi ancaman kekerasan terhadap anak-anak.

Dalam postingan ke Laman Facebook komunitas Broome pada Jumat malam pekan lalu, perawat bernama Kevin Naughton itu menanggapi postingan tentang anak-anak yang memasuki rumah orang di kota tersebut.

“Tempeleng saja mereka yang memang hidupnya sia-sia dan tidak berharga, mereka tidak lebih dari tikus atau kecoak,” tulis Kevin Naughton.

Dia juga memposting dalam Bahasa Inggris: “These c***s rooting their own daughters… F*** this do-gooder shit, let’s f*** these little c***s up, we’ve got bull-bars for a reason (haha we all know the joke)”

‘Bullbar’ dalam postingan itu ditafsirkan merujuk ke kematian remaja Aborigin Elia Doughty, yang dipukuli dan dibunuh tahun lalu oleh pria yang mencoba untuk mengambil kembali sepeda motornya. Insiden itu memicu kerusuhan di Kalgoorlie dan kemarahan secara nasional.

Keesokan paginya Kevin Naughton meminta admin FB untuk memuat permintaan maafnya.

“Saya mohon maaf atas komentar saya yang menjijikkan dan sangat tidak pantas yang saya sampaikan tadi malam saat mabuk. Membacanya kembali membuat saya menyadarinya dan bukan cerminan perasaan saya atau siapa diri saya,” demikian dia berdalih.

“Komentar saya tidak berkaitan dengan Country Health Service Australia Barat dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan Rumah Sakit Broome. Saya meminta maaf,” tambahnya.

Tanggapan di medsos sangat cepat dan keras, warga Aborigin setempat menyuarakan rasa jijik mereka.

“Broome secara historis merupakan komunitas yang sangat multikultural, namun tidak boleh anak-anak dimana pun yang harus ketakutan terhadap ancaman dari orang dewasa,” tulis Marlikka Perdrisat.

“Saya pikir setidaknya Australia bisa belajar dari kasus Elia, tapi ini malah membuat lelucon dan mendorong perilaku kriminal di Broome,” tambahnya.

Broome hospital
Perawat Kevin Naughton diberhentikan karena postingan di medsos.

ABC: Vanessa Mills

Tanggapan Departemen Kesehatan

Depkes setempat (Western Australia Country Health Service atau WACHS) langsung mengambil jarak dengan komentar Kevin Naughton, memastikan bahwa dia mengundurkan diri pada Sabtu pagi.

“Komentar yang dibuat di laman FB Komunitas Broome oleh seorang staf yang dipekerjakan di Broome Health Service tidak dapat diterima oleh WA Country Health Service,” kata seorang juru bicara.

“Staf Senior di WACHS dilapori tentang komentar di Facebook itu pada Sabtu pagi, dan langsung diambil tindakan oleh Direktur Regional Kimberley WACHS atas staf ini untuk mengundurkam diri sambil menunggu penyelidikan,” jelasnya.

“Komentar ini bertentangan dengan pandangan dan nilai dari WA Country Health Services … WACHS sangat menghargai hubungan kami dengan masyarakat Aborigin di seluruh negara bagian,” katanya.

“Semua staf terikat dengan Pedoman Perilaku Kesehatan WA dan setiap pelanggaran terhadap kebijakan ini dapat mengakibatkan tindakan disipliner,” jelasnya.

Anggota parlemen dari Kimberley, Josie Farrer, turut mengecam komentar Kevin. Menurut dia, seseorang yang memiliki pandangan seperti itu seharusnya tidak bertanggung jawab merawat anak-anak di rumah sakit setempat.

“Sejujurnya saya percaya jika itu adalah sikap orang ini, dia harus diberhentikan, atau dipindahkan dari kerja profesional itu dan mereka seharusnya tidak dipekerjakan,” kata Farrer.

“Orang seperti itu, karena tugas profesional mereka, memiliki tugas merawat semua orang, termasuk anak-anak kulit hitam dan juga anak-anak yang tidak berkulit hitam,” ujarnya.

Farrer yang juga seorang warga Aborigin mengatakan, alasan mabuk bukanlah alasan yang dapat dibenarkan.

Menurut dia masalah ancaman main hakim sendiri masih terus berlanjut dan komentar rasis secara eksplisit dibuat di medsos di Kimberley.

“Saya pikir orang Aborigin adalah sasaran dari banyak pelecehan rasial dan mereka mengalaminya setiap hari,” kata Farrer.

Kimberley MP Josie Farrer
Wakil rakyat dari Kimberley, Josie Farrer, menyatakan postingan-postingan di medsos masih terus jadi masalah.

ABC News: Ben Collins

Pelecehan di medsos

Pakar hukum ketenagakerjaan Johnathan Mamaril mengatakan kasus ini menunjukkan meningkatnya permasalahan di tempat kerja akibat dari penggunaan medsos.

“Ini adalah area yang perkembangannya cepat, namun ada sejumlah kasus pemecatan yang tidak adil, perlindungan umum atau tindakan buruk yang melibatkan medsos atau penggunaan medsos di Fair Work Commission saat ini, dan di berbagai komisi lainnya,” katanya.

Menurut dia, orang tidak harus melanggar UU terkait penghinaan atau diskriminasi untuk kehilangan pekerjaan akibat komentar online di luar jam kerja.

Jadi bagaimana orang yakin mereka tidak melewati batas ketika mengekspresikan pendapat secara online?

Mamaril menjelaskan sebuah komentar tidak perlu separah yang diungkapkan Kevin Naughton untuk memicu tindakan disipliner atau bahkan pemecatan.

Kuncinya adalah mematuhi kebijakan di tempat kerja seputar penggunaan medsos, memperhatikan kontrak kerja yang sering berisi larangan berkomentar negatif.

“Jika Anda memiliki pendapat, tak masalah. Namun jika menyangkut apa pun yang membuat reputasi perusahaan Anda jadi tidak terhormat, hal itu bisa menjadi sesuatu yang akan mereka lihat sebagai kesalahan. Biasanya merupakan syarat yang sangat umum dalam kontrak kerja,” katanya.

“Cukup banyak pelajaran di sini. Tapi pertama dari sudut pandang praktis saya kira janganlag membuat komentar di medsos saat Anda mabuk pada Jumat malam. Itu tidak akan pernah bagus,” ujarnya.

“Komentar negatif apapun terdapat di medsos yang bisa dianggap mencemarkan nama baik atau diskriminatif bukanlah hal yang baik,” kata Mamaril.

“Dan bagi para atasan, perlu ada kebijakan atau pedoman tentang medsos, namun juga memberitahukan karyawan mengenai hal itu, memahaminya dan mengapa pedoman itu dibuat,” katanya.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.