ABC

Penyiar ABC Auskar Surbakti Jadi MC Acara Diaspora Bersama Obama

Sebagai bagian dari Diaspora Indonesia, penyiar ABC Auskar Surbakti menjadi salah seorang pembawa acara di Kongres Diaspora Indonesia di Jakarta awal Juli. Acara yang dihadiri oleh sekitar 4 ribu orang juga menampilkan mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama. Berikut penuturan Auskar Surbakti kepada Australia Plus.

Minggu lalu, saya mendapatkan kesempatan unik untuk menjadi salah seorang pembawa acara di Kongres Diaspora Indonesia keempat di Jakarta, dengan tamu utama adalah Barack Obama, pengalaman unik yang tidak akan terlupakan.

Kongres Diaspora Indonesia atau CID adalah peristiwa tahunan atau dua tahunan, yang menjadi ajang pertemuan bagi siapa saja yang memiliki hubungan dengan Indonesia, dari seluruh dunia, guna merayakan keberhasilan mereka.

Ini juga kesempatan untuk membuat jaringan pertemanan dengan orang dari berbagai latar belakang, mulai dari menteri pemerintahan, pegiat, pengusaha, artis, aktivis, dan juga wartawan seperti saya.

Ide Diaspora ini berasal dari Dino Patti Djalal, seorang diplomat karir yang pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, dan juga menjadi juru bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Adalah Dino yang berhasil mendatangkan tamu kehormatan tahun ini, Barack Obama.

Obama sebelumnya sedang berlibur di Indonesia bersama keluarganya, dengan mengunjungi tempat-tempat seperti Bali dan Yogyakarta.

Penampilannya di acara pembukaan CID sudah ditunggu-tunggu dan akan menjadi puncak untuk kedatangannya di Indonesia, dan oleh media lokal, kunjungan Obama ini disebut sebagai “Mudik” karena dia pernah sebelumnya tinggal di Jakarta di masa kecilnya, dan pernah mengunjungi Indonesia ketika menjadi presiden Amerika Serikat di tahun 2010.

Bagi saya ini adalah kesempatan untuk bertemu dan berbicara dengan Obama setelah sebelumnya saya dua kali ditugaskan ke Indonesia dari tempat saya bekerja sebelumnya SBS untuk meliput kedatangan presiden Amerika Serikat tersebut pertama kali di tahun 2010.

Namun dalam dua kesempatan tersebut, Obama membatalkan kunjungannya, pertama karena masalah UU Kesehatan (Healthcare Bill) yang sedang dibicarakan di dalam negeri, dan kedua kali ketika Obama harus menangani masalah tumpahan minyak di Teluk Meksiko.
Ketika akhirnya Presiden Obama mengunjungi Indonesia, saya mendapat penugasan di tempat lain. Jadi kesempatan untuk bertemu dan berbicara dengannnya di CID bisa menutupi hilangnya kesempatan bertemu sebelumnya.

Gladi resik untuk acara pembukaan berlangsung sehari sebelum hari H, dimana saya bertemu dengan Dino Patti Djalal, yang mengundang saya untuk menjadi pembawa acara.

Saya juga bertemu dengan pembawa acara lainnya, Beverley Gunawan, pembaca berita asal Indonesia di SCTV.

Sudah dicek oleh Dinas Rahasia Amerika Serikat

Sampai hari itu, saya belum betul-betul berpikir mengenai seberapa pentingnya acara tersebut, namun itu semua menjadi semakin nyata di hari gladi resik.

Saya juga mendapat pemberitahuan bawha Dinas Rahasia Amerika Serikat yang bertugas menjaga keamanan Obama sudah mengecek latar belakang saya, sebelum saya tiba di Indonesia.

Akhirnya hari pembukaan Kongres tiba. Ribuan orang tiba lebih dini untuk memastikan mereka bisa masuk ke dalam ruangan.

Hadirin yang datang bervariasi, mulai dari para tokoh dan mereka yang berkecukupan, sampai dengan warga biasa, dan tentu saja, juga diaspora Indonesia dari seluruh dunia yang sengaja hadir di Jakarta.

Saya dan Beverley menyambut baik kedatangan para hadiran, yang memberikan sambutan meriah ketika kami mengumumkan bahwa tamu kehormatan adalah Barack Hussein Obama.

Auskar (right) standing holding a mike with Farhanissa Nasution
Auskar Surbakti (kanan) juga menjadi pembawa acara di malam penutupan Kongres Diaspora bersama penyiar SCTV Farhanissa Nasution

Foto: Auskar Surbakti

Di awal acara ini, pendiri CID Dino Patti Djalal memberikan penjelasan lengkap mengenai konsep diaspora Indonesia, dan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi juga berperan dengan membacakan sebuah puisi yang ditulisnya sendiri.

Juga ditampilkan beberapa lagu, termasuk lagu nasional Indonesia Raya yang dinyanyikan dengan semangat oleh Laya Pesulima, putri pernyanyi terkenal Indonesia sebelumnya Broery Pesulima, yang sekarang tinggal di Amerika Serikat.

Juga tampil adalah perwakilan dari 27 diaspora Indonesia, masing-masing dari negara berbeda, berbicara dalam bahasa yang dipakai di negara baru mereka.

Dan akhirnya tibalah saat yang sudah ditunggu-tunggu banyak orang, ketika kami mempersilahkan Barack Obama naik ke panggung.

Semua hadiran berdiri, bertepuk tangan meriah, dan tentu saja menggunakan telepon dan kamera untuk mengabadikan peristiwa ini.

Obama tampil mengesankan. Dia memulai pidatonya dengan beberapa kata dalam bahasa Indonesia : "Indonesia bagian dari diri saya!" hal yang disambut baik oleh para hadirin.

Dia kemudian mengenang kembali masa kecilnya di Jakarta, bercerita mengenai rumahnya yang pernah mengalami kebanjiran setelah hujan lebat, dan harus mengejar ayam milik keluarga mereka yang lari.

Hal ini membuat para hadirin tertawa terbahak-bahak. Pidatonya kemudian beralih ke hal yang lebih serius.

Sedikit merujuk kepada hasil pemilihan Gubernur di Jakarta baru-baru ini dimana Ahok kalah, Obama mendesak Indonesia untuk tidak mengikuti kebijakan politik yang berdasarkan agama atau ras, dengan kembali mengingatkan akan prinsip dasar Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika“.

Pernyataan itu kembali mendapat sambutan meriah dari sekitar 4 ribu orang yang hadir.

(Saya baru menyadari kemudian gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan, yang banyak mendapat kritikan karena mendapatkan keuntungan dari isu ras dan agama selama kampanye, juga hadir di dalam gedung).

Setelah acara tanya jawab dengan Barack Obama selesai, saya mengucapkan terima kasih kepadanya, dan saya kemudian memberanikan diri untuk mengajaknya melakukan selfie di atas panggung, mirip seperti yang dilakukan penyiar televisi Amerika Serikat Ellen de Generes di Oscar.

Saya sebelumnya sudah menyampaikan ide tersebut kepada Pak Dino, yang menyetujuinya dan sudah menyiapkan tongkat selfie untuk melakukannya.

Obama tidak keberatan, dan tidak diragukan lagi adalah puncak dari seluruh acara ini, hal yang unik dan sangat berkesan bagi saya.

Auskar Surbakti adalah staff ABC dan menjadi pembaca berita untuk program the World dan ABC News. Lahir di Australia, nama Auskar adalah kependekan dari Australia dan Karo, daerah asal orang tuanya di Indonesia.