Penyakit Sifilis Menyebar di Australia Utara
Negara Bagian Northern Territory (NT) mengalami peningkatan terbesar jumlah penderita penyakit sifilis di Australia. Kalangan dokter mendesak adanya sumber daya yang lebih banyak guna memberantas infeksi menular ini.
Jumlah kasus sifilis yang dilaporkan telah melonjak lebih dari 16 kali dari hanya 14 kasus di tahun 2012 menjadi 229 kasus tahun lalu.
Penyakit yang juga disebut STI ini sebelumnya dianggap sudah “hampir berhasil diberantas” tapi sejak itu kasus yang dilaporkan lebih banyak pada bulan pertama 2017 dibandingkan keseluruhan tahun 2012.
“Telah terjadi wabah sifilis di Australia Utara,” kata Profesor James Ward, kepala Infectious Diseases Research Program for Aboriginal Health pada Medical Research Institute Australia Selatan.
“Banyak upaya dilakukan untuk mengendalikan wabah ini tapi sayangnya kami belum bisa mengatasinya,” katanya.
Penyebarannya mencakup bagian utara Australia mulai dari Australia Barat ke Queensland, termasuk Central Australia, demikian menurut Prof. Ward.
Dia menjelaskan bahwa kelompok yang paling berisiko termasuk mereka yang berusia antara 15 dan 29 tahun serta tinggal di daerah terpencil, dan wanita hamil.
“Ada peningkatan besar dalam jumlah laporan baru penularan sifilis di kalangan anak muda Aborigin dan Torres Strait Islander yang tinggal di daerah terpencil,” katanya.
“Kami memastikan mereka yang didiagnosis dengan sifilis mendapatkan pengobatan tepat, dan memastikan kami menangani sifilis pada wanita muda yang sedang hamil untuk memastikan agar tidak ditularkan kepada bayi mereka,” jelasnya.
Prof. Ward menambahkan, “Hal ini menunjukkan bahwa kita harus berbuat lebih banyak dan lebih banyak lagi sumber daya yang diperlukan untuk mengendalikannya.”
Pedoman kesehatan merekomendasikan perlunya pemeriksaan setidaknya sekali setahun. Namun menurut Prof. Ward, jauh lebih penting untuk tes secara teratur, terutama bagi mereka yang baru berganti pasangan, wanita hamil, serta mereka yang berusia antara 15 dan 29 tahun.
“Ini gratis, Anda akan mengetahui hasilnya dengan cepat,” katanya.
“Ada juga pengobatan tersedia dengan efek samping yang minim,” tambah Prof. Ward.
Diterbitkan Pukul 13:30 AEST 28 Februari 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.