ABC

Penurunan Populasi Serangga Dianggap Mengkhawatirkan

Dulu, warga Australia harus menyeka sisa-sisa ngengat, belalang, dan serangga lainnya dari kaca depan mobil saat berkendara melewati daerah pedalaman negara ini. Kini, menurut ahli biologi, kebiasaan itu telah sirna. Mereka menganalisa ada penurunan populasi serangga.

Poin Utama Serangga

Poin utama:

• Para ilmuwan mengamati 73 studi populasi serangga longitudinal dari seluruh dunia

• Rata-rata, 41 persen dari spesies serangga yang diketahui dalam penelitian ini mengalami penurunan populasi

• Penurunan populasi dilaporkan terjadi pada semua kelompok serangga, tetapi beberapa spesies bertambah jumlahnya

Francisco Sanchez – Bayo, ahli biologi dari Universitas Sydney, mengatakan, “Ketika saya mulai melakukan studi, kami harus berhenti setiap kali mengisi bensin untuk membersihkan kaca depan, karena penuh dengan ngengat, jangkrik, dan segala jenis serangga. Dan sekarang tidak ada,” katanya.

Ini adalah bukti anekdotal, tetapi didukung oleh tinjauan global pertama dari studi tentang penurunan populasi serangga di seluruh dunia dan alasan di baliknya, yang dilakukan oleh Dr Sanchez-Bayo dan diterbitkan baru-baru ini di jurnal Konservasi Biologis.

“Apa yang kami temukan adalah rata-rata 41 persen dari semua spesies serangga yang kita tahu menurun jumlahnya,” kata Dr Sanchez-Bayo.

“Di antara mereka, sepertiga dari semua spesies menuju kepunahan. Mereka dalam bahaya sekarang. Tingkat kepunahan pada serangga sekitar delapan kali lebih tinggi daripada tingkat kepunahan vertebrata.”

Dr Sanchez-Bayo dan koleganya, Kris Whyckhuys, menganalisa semua studi jangka panjang dari populasi serangga yang bisa mereka temukan. Mayoritas dari 73 studi berasal dari Eropa Barat dan Amerika Serikat, dengan hanya sedikit studi yang berasal dari bagian lain dunia dan hanya satu dari Australia.

Salah satu studi, di Jerman, menunjukkan penurunan biomassa serangga sebesar 75 persen selama 27 tahun terakhir. Studi lainnya di Puerto Rico melaporkan penurunan populasi antara 78 dan 98 persen selama 36 tahun.

Tingkat penurunan populasi begitu dramatis – hingga 2,5 persen per tahun – sehingga Dr Sanchez – Bayo mengklaim bahwa dengan tingkat penurunan saat ini, mungkin tak akan ada serangga di wilayah tersebut dalam 10 tahun.

Penurunan populasi dilaporkan di semua kelompok serangga, hampir beberapa spesies jumlah penurunannya meningkat, katanya.

“Spesies yang akan punah adalah spesies spesialis, yang membutuhkan kondisi yang sangat spesifik untuk hidup,” kata Dr Sanchez-Bayo.

Klaim penurunan populasi serangga dianggap berlebihan

Itulah alasan mengapa Manu Saunders, seorang peneliti di bidang jasa ekosistem, percaya bahwa klaim penurunan populasi yang diajukan oleh Dr Sanchez-Bayo terlalu dibesar-besarkan.

“Ini adalah peringatan penting bahwa populasi serangga berubah di beberapa tempat.”

“Tetapi untuk mengklaim penurunan populasi global dari semua serangga tak didukung oleh data apa yang sebenarnya tersedia.”

Banyak spesies serangga di Bumi belum terdeskripsikan, jadi kita tak tahu apa-apa tentang mereka – di mana mereka tinggal, bagaimana mereka hidup, apa siklus hidup mereka, apa yang memengaruhi mereka.”

“Banyak serangga bisa terpengaruh lebih buruk, atau mereka tak terpengaruh seburuk itu, tetapi intinya adalah bahwa kita sebenarnya tidak tahu,” kata Dr Saunders.

Di Australia, sebagian besar spesies serangga pribumi kami belum teridentifikasi. Satu-satunya studi yang sesuai untuk dimasukkan ke analisa Dr Sanchez-Bayo adalah pada lebah madu komersial di Queensland.”

"Ada celah pengetahuan yang sangat besar yang perlu cepat kita tangani untuk memahami apa yang terjadi," kata Dr Saunders.

Jadi apa penyebab penurunan populasi?

Ada banyak penyebab berbeda dari penurunan populasi serangga dalam studi yang ditinjau.

Namun, Dr Sanchez – Bayo menemukan ada empat faktor penting: hilangnya habitat, polusi, terutama pestisida dan pupuk, faktor biologis, termasuk patogen dan spesies yang diperkenalkan, dan perubahan iklim.

Hilangnya biomassa serangga secara dramatis di Puerto Rico sebagian besar disebabkan oleh perubahan iklim, dengan korelasi yang kuat dengan frekuensi badai topan parah dan kerusakan hutan bertubi-tubi.

Di Jerman, penurunan jumlah serangga dikaitkan dengan pengenalan dan peningkatan penggunaan pestisida sistemik, yang diterapkan sebagai profilaksis terhadap hama serangga.

“Jika Anda tinggal di daerah tropis, kemungkinan besar penyebabnya adalah deforestasi dan perubahan iklim (yang bertanggung jawab atas menurunnya populasi serangga), tapi di Eropa – di mana deforestasi tidak lagi menjadi masalah – penggunaan pupuk kimia dan pestisida, dan pengurangan elemen lain yang digunakan di lahan agrikultur, seperti barisan pagar hidup, pohon, bunga, gulma.”

Namun, Dr Saunders menunjukkan bahwa kami tak bisa mengekstrapolasi informasi itu ke Australia, atau area lain yang tidak dicakup oleh tinjauan tersebut.

“Tidak apa-apa untuk berspekulasi bahwa pendorong ini cenderung memiliki pengaruh yang sama di daerah di mana kami tak memiliki data, tetapi kami tak bisa mengatakannya dengan tegas.”

Jika serangga hilang, hewan lain hilang

Dr Sanchez-Bayo sadar bahwa klaimnya dramatis, tetapi percaya bahwa begitu penting untuk memberi perhatian terhadap masalah ini.

“Kami mencoba memberi peringatan dengan sangat keras sehingga semua orang mendengarkan,” katanya.

Terlepas dari semua fungsi penting yang dimiliki serangga di ekosistem kita -seperti penyerbukan atau mendaur ulang nutrisi -mereka juga merupakan elemen penting dalam rantai makanan yang mendukung kehidupan di planet kita. Jika serangga hilang, katak, burung, dan mamalia tidak punya makanan.

"Ini seperti Jenga. Serangga ada di bagian bawah. Jika kamu menarik benda-benda itu dari bawah, seluruh menara akan runtuh."

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Ikuti berita-berita lain di situs ABC Indonesia.