ABC

Pensiunan di Melbourne Dituduh Beri Dukungan Dana Ke ISIS

Seorang pria asal Melbourne berusia 43 tahun, yang diduga polisi ‘berpandangan ekstrim’, dituntut dengan tuduhan mendukung keuangan kelompok ISIS setelah adanya penggeledahan polisi pada Selasa (24/10/2017) pagi.

Isa Kocoglu, pensiunan dengan disabilitas yang memiliki 3 anak, ditangkap di rumahnya di wilayah Hampton Park, tenggara Melbourne.

Kocoglu diduga menyediakan dana dan jasa kepada “sejumlah orang yang terlibat dalam konflik di Suriah, mendukung ISIS”.

Polisi mengklaim, Kocoglu menyediakan dukungan dana kepada warga negara AS berusia 33 tahun yang diidentifikasi oleh Kepolisian Federal Australia (AFP) sebagai Yahya al-Bahrumi, dengan nama lahir John Georgelas, yang diduga ikut bertempur di konflik Suriah.

Polisi juga menduga al-Bahrumi mengelola sebuah situs yang mempromosikan ISIS dan menyatakan kesetiaan kepada kelompok teroris itu.

Kocoglu diduga mentransfer uang senilai 5000 dolar (atau setara Rp 50 juta) secara daring dari kantongnya sendiri dan dari pihak lain kepada al-Bahrumi.

Ia juga diduga mendanai situs tersebut dan berperan sebagai administrator.

Polisi mengatakan, ia dituduh menyediakan dukungan kepada seseorang yang masuk ke negara asing dengan tujuan untuk melakukan kegiatan yang memicu permusuhan.

Pria ini ditangkap di rumahnya setelah 16 bulan penyelidikan.
Pria ini ditangkap di rumahnya setelah 16 bulan penyelidikan.

ABC News: Bridget Judd

Kocoglu tetap berada di tahanan, dengan alasan dari hakim bahwa ia menimbulkan risiko yang tak bisa diterima di tengah masyarakat.

Ia akan kembali menjalani sidang pada bulan Januari 2018.

Deputi Komisioner Kepolisian Victoria, Shane Patton, mengatakan bahwa Kocoglu, yang ia sebut ‘berpandangan ekstrim’, diyakini melakukan tindakan itu sendirian.

“Kami saat ini tengah menjajaki latar belakang bagaimana ia menjadi simpatisan atau pendukung kelompok ISIS dan ia pastinya berpandangan ekstrim, yang kami yakin dipelajarinya secara daring,” jelas Patton.

Ia mengatakan, polisi menginvestigasi apakah ia menggunakan uang pensiunannya dari pemerintah untuk mendanai militan asing.

Operasi Pontefract dimulai pada bulan November 2015, dan pada bulan Juni 2016, polisi menerbitkan surat perintah pencarian yang menghasilkan penyitaan sejumlah barang elektronik.

Dalam sebuah analisa yang seksama dari materi tersebut, polisi melakukan investigasi forensik atas jaminan keuangannya dan merasa lega ketika akhirnya mereka menangkap Kocoglu.

Hakim tak sekedar setujui pembebasan dengan jaminan

Kocoglu muncul di persidangan selama beberapa jam setelah penahanannya namun tak disaksikan oleh pihak keluarga atau pendukungnya selama sidang berlangsung.

Kumar khawatir lingkungannya tak lagi aman.
Kumar khawatir lingkungannya tak lagi aman.

ABC News: Bridget Judd

Sebelumnya, jaksa mengatakan pihaknya tak akan menentang pembebasan dengan jaminan yang diberikan kepada Kocoglu, tapi hakim mengatakan, ia tak akan begitu saja menyetujui pengajuan tersebut.

Seorang agen AFP mengatakan di depan sidang bahwa Kocoglu menggunakan layanan PayPal untuk mentransfer uang ke militan ISIS guna membantu membiayai ‘internet satelit’ di Suriah.

Ia mentransfer antara 500-1300 dolar (atau setara Rp 5-13 juta) sekali waktu selama beberapa bulan.

Ia juga diduga membantu pengelolaan sebuah situs yang memungkinkan para anggotanya bisa bertanya kepada militan ISIS tentang ‘ajaran Islam’.

Agen AFP itu mengatakan, pertanyaan itu termasuk ‘bolehkah kaum perempuan mencabut alisnya?’ dan ‘sampai sejauh mana siku perempuan bisa menyentuh lantai ketika sembahyang?’.

Domain situs tersebut berakhir pada bulan September.

Ia mengatakan, ketika militan ISIS terluka pada bulan April 2014, si tersangka menerima ‘foto dan komunikasi’ dari pria tersebut dan istrinya tentang luka yang dideritanya serta proses penyembuhan yang dijalani.

Sidang mengungkap bahwa militan itu diselundupkan melintasi batas negara untuk menjalani pengobatan sebelum kembali ke Suriah.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.