ABC

Penis Rusa Australia Banyak Dicari di China

Meningkatnya permintaan seperti penis rusa dan berbagai bagian tubuh lain dari binatang tersebut untuk dijadikan obat-obatan membuat peternakan rusa di Australia kewalahan memasok hal tersebut.

Jill dan Michael Vella menternakkan rusa jenis fallow (Dama dama) dan rusa merah (Cervus elaphus) di kawasan Koonwarra, di selatan Gippsland, sekitar 140 km dari ibukota negara bagian Victoria Melbourne.

Pasangan suami istri ini sudah beternak rusa selama 30 tahun lebih, dan saat ini menjual daging rusa ke beberapa restoran di Melbourne.

Jill Vella mengatakan selama ini mereka menganut prinsip untuk tidak mau menyia-nyiakan bahan yang ada.

Karena itu mereka berusaha memastikan bahwa ada pasar yang mau membeli semua bagian dari binatang tersebut.

“Kami memastikan bahwa mereka hidup dengan baik dan kemudian memotong mereka dengan cara yang manusiawi.”

“Kami bersyukur bisa memelihara dan mendapat manfaat dan berusaha untuk memanfaatkannya secara maksimal.”

Jill Vella mengatakan sekarang mereka menjual beberapa bagian rusa itu ke China dimana di sana digunakan sebagai bahan obat-obatan.

Dia mengatakan tanduk rusa dijual untuk mereka yang kekurangan kalsium, tendon untuk minuman kesehatan, dan penis rusa yang dikeringkan untuk kekuatan seksual.

“Dan sebenarnya ketika Viagra tersedia luas, tidak ada lagi yang mau membeli penis rusa ini, namun sekarang permintaan meningkat lagi.”

Jill Vella mengatakan permintaan sekarang begitu meningkat sehingga dia kadang harus mengimpor bagian tubuh rusa ini dari Selandia Baru.

Dia mengatakan tanduk rusa adalah bagian yang paling penting, dan untuk memotongnya, dilakukan pembiusan lokal, dibawah pengawasan dokter hewan.

“Tanduk rusa sudah digunakan dalam ramuan obat-obatan China selama 5 ribu tahun.” katanya.

“Permintaan tinggi, sangat mahal, dan kami menjualnya ke seluruh Australia.” tambahnya.

Nose to tail a small farm necessity

A box of dried deer penises.
Satu kota penis rusa kering yang dianggap manjur untuk kesehatan seksual di China.

ABC Rural: Bridget Fitzgerald

Peternakan Vella ini membawa rusa yang mereka miliki ke sebuah rumah pemotongan hewan di Camperdown, perjalanan pulang pergi sejauh 670 km dari peternakan mereka.

Jill Vella mengatakan opsi untuk memproses rusa mereka terbatas di Australia karena tidak banyaknya peternakan rusa di Victoria maupun di bagian Australia lainnya.

Dia mengatakan mereka mampu mempertahankan bisnis berkelanjutan karena bisa menggunakan bahan-bahan yang di tempat lain mungkin harus dibuang.

“Kami mendapatkan manfaat hampir 100 tahun dari apa yang kami ternakkan.” katanya.
“Jadi kita tidak misalnya menternakkan rusa kita selama beberapa tahun dan ketika siap dipotong, hanya mengambil dagingnya, dan sisanya dibuang begitu saja.”

“Kami memanfaatkan secara maksimal apa yang kami hasilkan.”

Ini membuat ternak rusa tetap mampu bersaing

Red deer on top of a hill at a farm in Koonwarra, eastern Victoria.
Rusa merah di peternakan di Koonwarr, Gippsland,Victoria.

Supplied: Jill Vella

Presiden Asosiasi Industri Ternak Rusa Australia Andrew McKinnon memiliki ternak sapi, kambing dan rusa di lahannya di Strathdownie di Australia Barat.

McKinnon mengatakan meskipun biaya beternak rusa mahal, daging rusa tidak tidak mampu bersaing dengan harga daging sapi atau kambing.

“Sudah terjadi naik turun harga selama beberapa tahun terakhir.” katanya.

“Sekarang harganya sekitar $ 4,50 (sekitar Rp 45 ribu) per kilo.”

McKinnon mengatakan memang susah dimengerti mengapa harga daging rusa begitu renfdah disaat harga daging sapi dan kambing mencapai titik tertinggi.

“Harga daging kambing, sekarang ini $ 6 per kilo.”

McKinnon mengatakan nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai bagian lain dari tubuh rusa membuat mereka tetap mampu bersaing.

“Buntut, penis, tendon di kaki rusa masih berharga tinggi.” katanya.

“Jadi semuanya bila ditambahkan akan membuat biaya pemotongan menjadi lebih murah.”

McKinnon juga mengatakan deer velvet, bagian tulang yang ada di sekitar tanduk rusa juga banyak diminati, dan bisa terjual sekitar $ 120 (sekitar Rp 1,2 juta) di China.

Dia mengatakan dengan ongkos transportasi dan terbatasnya tempat pemotongan, penjualan bagian lain dari tubuh rusa membuat petani masih bisa mendapatkan keuntungan.

“Bagi kami disitulah pasarnya.” katanya.

“Jadi tidak sekedar menjual daging rusa saja.”

Diterjemahkan pukul 13″30 AEST 22/11/2016 oleh Sastra Wijaya dan simak artikelnya dalam bahasa Inggris di sini