ABC

Pengunjuk Rasa Papua Merdeka Tak Jadi Berkemah Depan KJRI Melbourne

Pendukung gerakan Papua Barat Merdeka melakukan unjuk rasa di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Melbourne di kawasan Albert Park, Melbourne, Jumat siang (20/07/2018).

Mereka semula bermaksud berada di sana selama tiga hari namun dibubarkan oleh pihak berwenang.

Aksi mereka terkait dengan sejumlah laporan media soal insiden yang terjadi antara gabungan Polri dan TNI dengan kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat di kabupaten Nduga, Papua Barat.

Dalam laporan tersebut disebutkan ketegangan kedua kubu meningkat setelah penembakan sebuah pesawat Twin Otter yang membawa perlengkapan pemilihan kepala daerah, akhir Juni lalu.

Dilaporkan pula beberapa warga Papua dan kelompok hak asasi manusia meminta agar Polri dan TNI menghentikan operasi bersama dari kawasan tersebut.

Permintaan ini pula yang disampaikan oleh kelompok pendukung Papua Barat Merdeka di Melbourne.

“Kami menuntut agar tentara Indonesia keluar dari desa dan memperbolehkan bantuan makanan dan medis kepada orang-orang yang terkena dampaknya,” ujar Izzy Brown, salah satu pendukung Papua Merdeka di Melbourne.

Pengunjuk rasa mengibarkan bendera kelompok Papua Barat Merdeka di depan kantor KJRI Melbourne.
Pengunjuk rasa mengibarkan bendera kelompok Papua Barat Merdeka di depan kantor KJRI Melbourne.

Foto: Samantha Castro, Facebook

Kepada ABC Indonesia di Melbourne, Izzy mengatakan tadinya unjuk rasa hendak dilakukan selama dua hari dengan berkemah di kawasan rerumputan yang juga menjadi pembatas jalan di depan kantor KJRI.

“Polisi kemudian datang dan kita tidak diperbolehkan berkemah. Petugas dari ‘Park Victoria’ juga meminta kami untuk membongkar tenda dan berkemas,” ujarnya.

‘Park Victoria’ adalah badan otoritas yang mengatur pengeloaan seluruh taman dan kebun di negara bagian Victoria, termasuk izin penggunaan taman dan kebun.

Izzy mengaku ada sekitar 15 orang yang bergabung dalam protes yang sejatinya juga menggelar acara musik, makan-makan dan api unggun di malam hari.

Sementara itu, pihak KJRI Melbourne menanggapi unjuk rasa tersebut dengan mengatakan “Australia memperbolehkan warganya untuk menyampaikan ekspresi dalam batas kewajaran”.

“Tapi yang disayangkan karena mereka telah menganggu ketertiban umum dan kelancaran lalu lintas di depan kantor KJRI,” ujar seorang perwakilan KJRI namanya saat dihubungi Erwin Renaldi.

“Mereka mendirikan tenda di atas area rerumputan pembatas jalan tapi melakukan aksi di depan kantor, jadi perlu menyeberang dan melintasi jalan yang tentu menghalangi pengendara mobil.”

Seorang pendukung kelompok Papua Barat Merdeka pernah memanjat dan membentangkan bendera kelompoknya.
Seorang pendukung kelompok Papua Barat Merdeka pernah memanjat dan membentangkan bendera kelompoknya.

Foto: Facebook, West Papua Melbourne

Saat unjuk rasa terjadi, pihak KJRI mengaku telah melakukan koordinasi dengan Kepolisian Federal Australia dan Kementerian Luar Negeri Australia.

Untuk pengamanan di dalam kantor, pihak KJRI juga menjaga agar semua staf dan karyawan tetap waspada dan berhati-hati.

Keterlibatan pihak keamanan Australia juga dilakukan untuk memastikan tidak ada lagi upaya penerobosoan kantor KJRI, seperti yang terjadi Januari tahun lalu.

Seorang anggota dari kelompok pendukung Papua Barat Merdeka di Melbourne pernah menerobos dan memanjat tembok kantor KJRI Melbourne kemudian membentangkan bendera kelompoknya.

Saat itu, pemerintah RI lewat Menlu Retno Marsudi menuntut agar pemerintah Australia memastikan perlindungan bagi perwakilan diplomatik, termasuk bagi kantor dan karyawannya.