ABC

Pengungsi Sydney Membangun Kepercayaan Diri Lewat Capoeira

Ayat Akeg menampilkan rasa percaya diri yang akan membuat remaja 17 tahun lainnya merasa iri.

Sambil mengibaskan kepangnya yang panjang saat berjalan menyusuri koridor Sekolah Menengah Pendle Hill, Ayat tertawa saat para guru mengomentari gaya rambutnya hari itu -lalu menyisirnya dan mengatakan bahwa mereka harus mengamatinya kembali pada hari Kamis minggu depan saat dirinya akan menghias rambut dengan bentuk cepol.

Itu adalah tingkat kepercayaan diri yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk didapatkan, dan belajar Capoeira Angola memiliki peran besar dalam memupuknya.

Ketika keluarganya bermigrasi ke Australia dari Mesir pada tahun 2006, setelah mendapat pengawasan dari pemerintahan Mesir, Ayat tak bisa berbicara bahasa Inggris dan berjuang untuk menyesuaikan diri.

“Sulit mengintegrasikan diri karena Anda tak tahu budaya yang berbeda ini,” tuturnya.

"Saya berasal dari latar belakang Muslim yang Islami dan begitu melihat semua budaya yang berbeda ini [di Australia] membuat saya bingung sebagai anak-anak. Saya tak tahu identitas saya."

Ayat diperkenalkan ke sebuah kelas unik yang dijalankan oleh STARTTS dan Project Bantu, mengenalkan Capoeira Angola ke generasi muda dari kelompok pengungsi atau berlatar belakang serupa di Sydney barat.

“Saya memulai Capoeira saat berada di kelas 7 dan saat itu saya sempat bingung, saya tidak tahu … maknanya. Lalu saya mulai mencoba dan belajar banyak hal, secara fisik dan mental, melalui kegiatan itu,” kata Ayat.

Kelas-kelas tersebut mengajarkan sebuah bentuk seni Afro-Brasil yang menggabungkan unsur bela diri, musik dan tarian. Mereka dirancang untuk mempromosikan pemberdayaan, rasa hormat dan kesadaran diri di kalangan siswa.

“Secara mental itu membantu Anda; itu membuat Anda tenang dan itu membuat Anda berpikir. Dan jika Anda berada dalam situasi di mana Anda perlu bereaksi cepat … Capoeira membawa Anda kembali dan itu membuat Anda berpikir dan itu membuat Anda berjalan menjauh dari situasi buruk yang Anda masuki,” jelasnya.

“Kami semua berada di platform di mana Anda bisa menjadi diri sendiri. Tidak ada yang menilai Anda, dan Anda benar-benar menjadi diri Anda. Anda hanya bisa menjadi diri Anda. Anda tak bisa menjadi orang lain. Anda tak bisa memalsukannya.”

Siswa belajar gerakan fisik Capoeira Angola untuk membantu mereka mengatasi perjuangan internal yang tengah dihadapi.
Siswa belajar gerakan fisik Capoeira Angola untuk membantu mereka mengatasi perjuangan internal yang tengah dihadapi.

ABC: Lisa Clarke

Mengalami perbedaan positif

Wakil Kepala Sekolah Peter Lavercombe mengawasi sekolah menengah kecil di sebelah barat Parramatta ini, mengajar lebih dari 300 siswa dari 27 kebangsaan yang berbeda.

Ia mengatakan bahwa ia sedikit skeptis terhadap kelas tersebut di awal, namun sangat terkejut dengan hasilnya.

“Ketika mereka pertama kali tiba di sekolah, banyak dari mereka mengalami transisi yang sulit karena latar belakang budaya yang berbeda, namun Capoeira benar-benar telah mengubah mereka,” kata Lavercombe.

"Mereka telah mendapatkan kepercayaan diri, tidak ada ketegangan di taman bermain, dan mereka benar-benar lebih bahagia sebagai hasilnya."

Ia mengatakan, sekolahnya sangat beragam, terkadang siswa dari latar belakang budaya yang berbeda belum bisa memahami selera humor Australia, dan tak begitu tahu bagaimana cara menanggapinya.

“Mereka telah berubah dari situasi di mana mereka merasa sangat sulit untuk bertransisi ke sistem sekolah Australia secara umum, sekarang mereka sangat santai, sangat percaya diri, sangat nyaman dengan keseluruhan situasi,” kata Lavercombe.

“Anak-anak suka datang ke sini. Kehadiran kami sangat dinanti. Yang biasanya merupakan indikasi bahwa mereka cukup senang dengan tempat itu.”

Mestre Roxinho membimbing kelompok, mengajarkan gerakan, menyanyikan dan menarikan Capoeira Angola.
Mestre Roxinho membimbing kelompok, mengajarkan gerakan, menyanyikan dan menarikan Capoeira Angola.

ABC: Lisa Clarke

Berjuang hadapi sisi buruk

Ajok Theip Dor telah tinggal di Australia selama 15 tahun, dan mulai berjuang dengan masalah kesehatan mental, intimidasi, dan masalah keluarga ketika masuk SMP.

“Di SMP di Kelas 7 … sekolah tahu ada yang tidak beres dengan saya, jadi mereka membawa saya ke konseling,” katanya.

“Perilaku saya tak bisa dimengerti.”

Banyak anak muda di sekolah Pendle Hill dan sekolah menengah lainnya di barat Sydney dengan latar belakang pengungsi, berasal dari lingkungan yang dilanda perang, dan telah mengalami trauma sebagai akibat dari pengabaian keluarga mereka.

Lavercombe mengatakan bahwa trauma ini terkadang menjadi penyebab masalah perilaku dan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan sesama siswa atau orang dewasa.

“Ketika mereka pertama kali datang ke sekolah mereka sangat enggan untuk bercakap-cakap dengan orang dewasa. Kini kepercayaan diri mereka berkembang pesat, mereka telah mengembangkan kepercayaan diri sebagai hasil dari aktivitas khusus ini,” jelasnya.

“Ketika saya pertama kali memulai Capoeira, saya sangat berpikiran sempit, saya tidak terlalu memperhatikan seseorang atau apapun. Hanya ada saya, saya, saya.”

"Ini bisa membantu Anda menjadi orang yang positif, dan ini membuat saya menjadi diri saya hari ini. Karena sebelumnya, saya memiliki banyak masalah, dan tanpa Capoeira saya tidak akan benar-benar berada di sini."

Kelas mingguan ini dipimpin oleh master Capoeira Mestre Roxinho di 15 sekolah yang berbeda di NSW termasuk di Newcastle, Coffs Harbour dan Wollongong.

Minggu ini menandai gelaran STARTAD Capoeira Angola Youth Encounter tahunan yang ke-9, dengan bintang tamu istimewa Treinel Freguesia dari Sao Paolo, yang juga bekerja dengan pemuda berisiko di Brasil.

“Ini sangat menarik karena ini adalah pertukaran informasi, dan bukan hanya saya yang mengajar,” kata Freguesia.

“Saya belajar dari mereka sama seperti mereka belajar dari saya.”

Kunjungannya membawa pengalaman yang berbeda kepada siswa Australia, menunjukkan kepada mereka berbagai cara untuk mengekspresikan diri.

“Bekerja dengan pengungsi berbeda dengan orang muda yang bekerja sama dengan saya di Brasil, yang sudah mengenal Capoeira sebagai bagian dari budaya mereka,” kata Freguesia.

“Saya harus beradaptasi untuk melibatkan mereka.”

“Pembelajaran terjadi melalui konstruksi hubungan antara saya dan mereka. Kami membangun sebuah hubungan bersama.”

Minggu ini mengarah ke acara akhir tahun mereka pada hari Jumat (27/10/2017), di mana lebih dari 100 siswa akan berkumpul untuk berinteraksi dan saling berbagi pengetahuan satu sama lain.

Tamu spesial dari Brazil, Treinel Freguesia, memamerkan beberapa geralan Capoeira Angola di kelas SMA Pendle Hill.
Tamu spesial dari Brazil, Treinel Freguesia, memamerkan beberapa geralan Capoeira Angola di kelas SMA Pendle Hill.

ABC: Lisa Clarke

Masa depan cerah

Bagi siswa seperti Ayat, dunia kini menjadi ramah berkat Capoeira.

“Saya ingin menjadi seorang yang peduli kemanusiaan, dan saya sangat ingin membantu orang. Tapi beberapa perempuan mengatakan kepada saya di tempat kerja bahwa Anda tak bisa membantu orang jika Anda tak bisa menolong diri Anda sendiri, jadi Anda harus membantu diri Anda sendiri dan kemudian membantu orang lain,” tuturnya.

“Jadi sekarang saya menyelesaikan sekolah, memperbaiki nilai saya.”

“Saya juga ingin menjadi seorang ahli kecantikan, juga mengerjakan make up. Ada banyak hal yang ingin saya lakukan.”

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.