ABC

Pengungsi Pulau Manus Kembali Diancam Warga Setempat

Pengungsi dan pencari suaka di Pulau Manus menyatakan bahwa warga setempat mengancam membunuh mereka setelah pindah ke penampungan baru di pulau Papua Nugini tersebut.

Sejumlah pengungsi memberikan bukti video yang memuat seorang pria setempat yang tampaknya mabuk, mendatangi penampungan dan mengancam mereka.

Dalam satu kejadian, pada tanggal 10 Desember dini hari, sejumlah empat pria mendekati gerbang utama kompleks penampungan Haus Barat.

Sebuah video yang difilmkan oleh pencari suaka menunjukkan seorang di antara warga setempat itu memegang benda semacam pipa besi.

Pria itu dihentikan oleh petugas keamanan di sana, tapi dia mengancam para pencari suaka melalui pintu gerbang.

“Kalian akan mati,” katanya, lalu menambahkan dalam Bahasa PNG, “Mi bai killim yu”, yang artinya “Saya akan membunuhmu”.

Pengungsi asal Pakistan Ijlal Haider mendengar ancaman pria tersebut.

“Mereka menyatakan, ‘Saya akan membunuhmu serta jangan ke luar’,” ujar Haider.

Dia mengatakan hal ini bukan pertama kalinya warga setempat mengancam pengungsi di penampungan baru yang telah mereka tempati sejak dua minggu lalu.

"Sangat berbahaya, kami setiap malam ketakutan, membayangkan mereka akan datang," katanya.

“Kami tidak aman di sini. Jadi tolong bantulah kami,” ujar Haider.

Media dan lembaga bantuan dilarang memasuki area penampungan baru tersebut. Namun tadi malam, seorang pria mabuk lainnya tampak memasuki kompleks yang dikenal sebagai Hillside Haus itu.

Sebuah video menunjukkan pria tersebut meminta makanan dan pergi bagian ruang makan.

“Beri saya ayam dan yang lainnya,” ujar pria itu. “Saya pemilik tanah di sini.”

Penjaga keamanan berusaha menutupi kejadian tersebut, meminta pencari suaka menghapus video tentang pria tersebut.

Pengungsi yang juga wartawan asal Iran Behrouz Boochani mengatakan para penjaga membiarkan orang tersebut tinggal karena dia mengaku memiliki tanah.

Skip Twitter Tweet

FireFox NVDA users – To access the following content, press ‘M’ to enter the iFrame.

“Dia berada di sana selama setengah jam tapi petugas keamanan tidak dapat melakukan apapun. Sebab dia mengatakan bahwa tanah ini adalah untuknya dan miliknya dan tidak ada yang bisa mencegahnya,” katanya.

Boochani menambahkan insiden tersebut menunjukkan kemarahan masyarakat setempat yang membesar terkait relokasi pencari suaka dan pengungsi ke kota utama di Pulau Manus itu.

“Masalahnya adalah kedua tempat ini berada persis di samping desa penduduk setempat dan sangat berisiko tinggi,” katanya.

Sekitar 60 pengungsi di Pulau Manus akan diterbangkan ke Port Moresby pekan ini untuk diproses lebih lanjut oleh Pemerintah Amerika Serikat. Mereka dapat segera berangkat ke AS setelah itu.

Namun karena AS belum menyatakan berapa banyak pengungsi akan diterima, ratusan pria yang berada di Pulau Manus tidak tahu apakah mereka memiliki kesempatan yang sama. Mereka tidak tahu berapa lama harus tetap tinggal di pulau tersebut.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.