Pengungsi Irak-Suriah Memupuk Harapan Baru di Australia
Ketika Naseem Samtar menerima panggilan telepon dari orang-orang yang mengancam akan membunuhnya jika ia tak masuk Islam dan membayar biaya bulanan untuk kelompok ISIS, ia tahu sudah waktunya untuk meninggalkan negaranya.
Guru SMA dari Qaraqosh, dekat kota Mosul di Irak, ini masih memiliki rekaman suara dari pesan mengerikan yang ditinggalkan oleh sekelompok mantan siswanya.
“Itu benar-benar sulit … Saya tak percaya hal ini terjadi,” katanya dengan bantuan penerjemah.
“Saya mengajarkan mereka untuk menghormati, jujur … untuk berbuat baik di dunia. Namun mereka datang kembali dan melakukan hal ini,” ceritanya.
Dengan 16 orang berdesakan di satu mobil, Naseem dan keluarga besarnya melakukan perjalanan ke kota Erbil di Irak.
Ia, ibunya, istri dan tiga anaknya kemudian melarikan diri ke Yordania pada tahun 2014, sebelum tiba di Australia pada bulan Juni tahun ini.
Keluarga Naseem merupakan bagian dari penerimaan khusus 12.000 pengungsi dari Irak dan Suriah yang diumumkan bulan September 2015 yang kini terus berdatangan ke Australia.
Dua putra Naseem bersekolah di SD St Dominic di Broadmeadows, utara Melbourne, tempat di mana 20 siswa baru lainnya yang melarikan diri dari konflik juga mulai bersekolah tahun ini.
Semua siswa berasal dari keluarga Kristen -14 dari Irak dan enam dari Suriah.
Sekolah yang menampung 230 siswa ini mengharapkan lebih dari 20 siswa dari dua negara itu mendaftar untuk tahun 2017.
"Anda menangis dengan keluarga-keluarga ini, hati Anda tersentuh," kata kepala sekolah, Gayle Connor.
“Dampak trauma yang dialami oleh pengungsi yang baru tiba cukup luas,” sambungnya.
Naseem mengatakan, Australia adalah tempat yang baik dan sekolahnya “sangat bagus”.
“Mereka menawarkan kami semua bantuan yang mereka bisa,” sebutnya.
Informasi kunci:
• Tiga keluarga Kristen menceritakan kisah mengerikan tentang melarikan diri dari Suriah dan Irak
• Sebanyak 20 siswa yang melarikan diri dari konflik memulai sekolah di utara Melbourne awal tahun ini
• Kepala sekolah mengatakan, dampak trauma adalah "begitu luas"
Tak tahu siapa kawan siapa lawan
Sopir truk bernama Isho Aodisho mengatakan, ia tengah mengendarai sepeda motornya di kota Al Hasaka di Suriah ketika ia sengaja ditabrak dan hampir terbunuh.
Ia sempat melakukan apa yang ia pikir sebagai panggilan terakhir kepada istrinya.
“Tolong jaga anak-anak, rawat mereka,” kenang Dalida Aodisho akan perkataan suaminya.
Isho Aodisho tidak tahu mengapa dirinya menjadi target, namun meyakini, hal itu karena agama yang dianutnya.
“Pada saat itu, Anda tak tahu siapa teman Anda dan siapa musuh Anda,” akunya.
Setelah menjalani dua operasi, Isho melarikan diri ke Lebanon dengan keluarganya pada tahun 2013.
Mereka tiba di Australia pada bulan Oktober dan dua dari empat putri pasangan ini sekolah di SD St Dominic.
"Terima kasih kepada Australia karena memelihara orang-orang yang meninggalkan Suriah. Terima kasih warga Australia. Kami sangat bahagia atas hal ini," kata Isho.
Yakin tak bisa kembali
Kenangan masih begitu membekas bagi Nesrin Yasdin, yang tiba di Australia dengan suaminya, Yusuf Tshado, dan anak-anaknya, Ronny dan Jezil, pada bulan September.
Ia menangis ketika ditanya tentang situasi saat ini di Suriah dan masa depan negara itu.
"Kami berharap keselamatan … bagi orang-orang yang masih tinggal di sana tapi kami yakin kami tak bisa kembali," ujar Yusuf.
Keluarga ini melarikan diri dari Suriah pada tahun 2012 setelah kelompok Jamaah Islamiah mulai menculik umat Kristen di kota Tell Tamer, dekat perbatasan Turki.
Mereka tinggal di Lebanon selama empat tahun sebelum aplikasi pengungsian mereka diterima oleh Australia.
Putra pasangan ini yang bernama Ronny memulai program persiapan di SD St Dominic dua bulan lalu, dan putri mereka, Jezil, akan memulainya tahun depan.
Yusuf dan Nesrin semangat ketika mereka ditanya tentang pengalaman tinggal mereka di Australia.
“Baik,” kata mereka melalui seorang penerjemah.
Mereka berencana untuk belajar bahasa Inggris mulai tahun depan dan mencari pekerjaan.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterjemahkan: 18:30 WIB 14/12/2016 oleh Nurina Savitri.