Pengobatan Gegar Otak Anak ketika Berolahraga Sering Salahi Ketentuan
Studi terbaru di Australia menyimpulkan banyak anak-anak yang menderita gegar otak saat berolahraga tidak menerima pengobatan seperti ketentuan yang dianjurkan.
Berdasarkan Pedoman Praktek Pengobatan Internasional, anak-anak yang gegar otak saat berolahraga tidak boleh kembali bermain dan harus mendapatkan pertolongan medis dari kalangan profesional sesegera mungkin.
Peneliti Australia Harini Haran mengatakan lebih dari 40% anak-anak yang mengalami gegar otak ketika berolahraga tidak dirawat sesuai pedoman medis tersebut. Beberapa dari mereka yang pingsan bahkan dibolehkan kembali ke lapangan olahraga.
"Jika seorang anak kembali berolahraga sebelum gejala gegar otaknya pulih, hal itu dapat meningkatkan resiko mendapatkan cidera kedua dan juga meningkatkan resiko terkena gejala gegar otak dalam jangka panjang,” kata Haran dalam program AM.
Studi yang dilakukan Haran mempelajari lebih dari 100 anak yang dilarikan ke RS khusus Anak Royal di Melbourne setelah mengalami gegar otak akibat berolahraga, kebanyakan olahraga sepak bola Australia (Australia Rules), sepak bola dan rugby.
"Anak-anak itu mengeluh sakit kepala atau seperti berada ditengah-tengah kabut," katanya.
“Anak-anak yang terkena gegar otak juga dapat memiliki tanda-tanda fisik seperti pingsan atau tidak mampu mengingat peristiwa yang terjadi. Atau hanya mengalami perubahan perilaku seperti mudah marah atau di kemudian hari mereka dapat memiliki gangguan tidur seperti insomnia, " papar Haran lagi.
Asosiasi Sepak Bola Australia dan Badan Rugby Internasional memang telah menyusun pedoman penanganan gegar otak yang dapat diunduh di situs mereka. Namun menurut Haran, pesan didalam pedoman itu tidak memberikan penjelasan rinci mengenai penanganan cedera bagi atlet anak-anak.
"Organisasi olahraga berusaha keras menyampaikan pesan mengenai penanganan cedera gegar otak, tapi ada masalah dalam penterjemahan pedoman tersebut bagi orang tua dan anak-anak,” katanya.
"Ketika anak memiliki peluang kembali ke klub mereka atau di sekolah, untuk kembali berolahraga, sekitar 74% diantara mereka mengaku tidak mendapat penjelasan apapun soal apa yang harus mereka lakukan."
"Dan menurut kami kesadaran atas pedoman perlakuan bagi mantan pasien gegar otak seperti itu penting diperbaiki.”
Kesulitan mengingat
Haran mengatakan kasus gegar otak merupakan cidera otak bagian tengah yang bisa berdampak serius.
"Terjatuh kearah belakang, yang kerap terjadi dalam permainan olahraga, bisa memicu kerusakan serius dalam hidup anak yang mengalaminya.”
Haran mengatakan dalam salah satu kasus yang dipelajarinya, ada seorang anak perempuan berusia 14 tahun memiliki sejumlah masalah dengan ingatannya beberapa pekan setelah mengalami gegar otak.
"Dia terjatuh ke belakang dan kepalanya terbentur ketika bermain basket, dan setelah 10 pekan kemudian dia kesulitan mengingat hal-hal seperti dimana lemarinya di sekolah, nama teman, hal-hal seperti itu.”
Kasus gegar otak yang dialami anak perempuan itu memang telah diobati dengan benar dan dia segera dikeluarkan dari lapangan pertandingan.
Kesimpulan dari riset ini baru akan dipublikasikan tahun depan. Riset ini dipaparkan pertama kali dalam Konferensi Pengobatan Kegawatdaruratan di Adelaide pekan ini.