ABC

Pengemudi Ojol Indonesia Apresiasi Putusan Tarif Baru Ojek Online

Pengemudi ojek online mengapresiasi tarif baru yang ditetapkan pemerintah Indonesia awal pekan ini.

Ini merupakan respon pemerintah atas tuntutan kenaikan tarif yang sudah mereka suarakan lewat sejumlah aksi demo pengemudi ojol sejak tahun 2018 lalu.

Skema tarif baru layanan transportasi ojek online (ojol) yang ditetapkan Kementerian Perhubungan dibagi berdasarkan tiga zona yakni zona Sumatera-Jawa (kecuali Jabodetabek) dan Bali, Zona Jabodetabek, serta zona Kalimantan-Sulawesi-Timur Indonesia.

Adapun besaran tarif baru untuk batas atas dan bawah di masing-masing zona bervariasi antara Rp 1.850 hingga Rp 2.200 per km.

Untuk kawasan Jabodetabek, tarif atas dan bawah ditetapkan Rp 2.000-2.500 per kilometer. Lalu, tarif biaya jasa minimal untuk perjalanan 4 kilometer (km) pertama ditetapkan di kisaran Rp 8.000-10.000.

Jika menghitung pendapatan aplikator 20 persen, maka tarif baru ojol yang akan mulai berlaku per 1 Mei mendatang diperkirakan akan naik sekitar Rp 2.220 hingga Rp 2.400 per km.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi mengatakan kenaikan tarif dipatok sekitar 20 %.

“Jadi tidak boleh lebih dari 20 persen [untuk penyedia aplikasi]. 80 persen dari tarif total yang dibayar konsumen itu hak pengemudi,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Kemenhub) Budi Setiyadi di Jakarta, hari Senin (25/3/2019).

Apresiasi tarif baru

Igun Wicaksono
Ketua Presidium Gabungan Roda Dua (Garda) Indonesia, Igun Wicaksono, mengapresiasi penetapan tarif baru bagi layanan transportasi berbasis aplikasi online.

Supplied

Menanggapi tarif baru ini, Ketua Presidium Gabungan Roda Dua (Garda) Indonesia, Igun Wicaksono mengaku besaran tarif yang ditetapkan belum sesuai dengan aspirasi pengemudi Ojol yang menghendaki kenaikan tarif diatas Rp 2400/ km.

“Dampak dari kenaikan ini tidak akan signifikan bagi pendapatan pengemudi karena masih ada selisih Rp 400 dari tarif aspirasi kami yakni di angka Rp 2400. Tapi kami apresiasi karena ada kenaikan dari saat ini yang hanya Rp 1600/km,” kata Igun Wicaksono.

Igun Wicaksono berharap, dimasa depan tarif ini masih dapat dipertimbangkan mendekari aspirasi pengemudi, jika memang dirasa masih memberatkan pengemudi.

“Sesuai putusan kan pemerintah akan meninjau kembali tarif ini setelah 3 bulan, kalau memang memungkinkan tarifnya bisa digeser sehingga mendekati tarif aspirasi kami diatas Rp 2400.” tegas Igun.

ojek online
Pengemudi ojek berbasis aplikasi dalam jaringan (Ojol) sejak lama menyuarakan kenaikan tarif

ABC: Iffah Nur Arifah

Sementara dua aplikator ojek online yang beroperasi di Indonesia, Gojek dan Grab melalui juru bicaranya di sejumlah media meyakini kenaikan ini akan berdampak bagi konsumen dengan daya beli terbatas namun baik Gran dan Gojek mengaku masih akan mempelajari dampak kenaikan tarif ini pada konsumen.

Sedangkan sejumlah pengguna jasa ojol mengaku khawatir tarif baru ini akan semakin memberatkan biaya transportasi mereka sehari-hari.

“Setiap hari saya biasa naik ojol 4 kali untuk PP dari rumah ke stasiun turun stasiun ke tempat kerja, dan selalu di jam sibuk, pasti berasa kenaikannya.”

“Tapi lihat nantilah, apa perlu cari alternatif transportasi lain atau tetap pake ojol,” kata Rabiatul Adawiyah, karyawati bank swasta di Jakarta.

Andika, tarif saat ini terlalu murah

Sementara bagi sebagian pengemudi, pengumuman tarif baru ini adalah kabar gembira yang sudah lama mereka tunggu.

Sejak awal tahun lalu, pengemudi ojek online telah beberapa kali menggelar aksi unjuk rasa menuntut perbaikan tingkat pendapatan.

Pasalnya, dengan adanya perang tarif yang dilakukan aplikator membuat pengemudi ojek online menjadi korban.

Tarif yang murah membebani operasional mereka.

Berikut penuturan beberapa pengemudi ojek online yang ditemui ABC Indonesia terkait kian seretnya pendapatan mereka.

andika pengemudi ojek online
Andika, pengemudi ojek online mengaku pendapatannya jauh berkurang sejak aplikator menerapkan tarif yang rendah.

ABC: Iffah Nur Arifah

Andika Pratama, 37 tahun, amat berharap tarif baru dapat mendongkrak sedikit pendapatnya sebagai pengemudi ojek online.

Pasalnya, bagi Andika yang ditemui sedang menunggu pesanan makanan pelanggannya dari sebuah gerai makanan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, tarif ojek online yang berlaku saat ini sangat murah.

“Bayangkan aja dari Menteng ke Kelapa Gading itu kan jauh, tapi tarifnya cuma 18 ribu, kalau ojek biasa bisa Rp 40 – 50 ribu.”

“Belum jalannya ke sana macetnya luar biasa, banyak bus dan truk tronton jalurnya, kita harus ekstra hati-hati, tapi kita juga gak bisa menolak order, ntar kita kena teguran atau di suspend.” tuturnya.

Andika mengaku setiap hari bekerja memacu sepeda motornya mengantar pelanggan ke berbagai kawasan di Ibukota Jakarta selama 12 jam sampai 15 jam.

“Saya biasa mulai narik jam 6 pagi, minimum saya narik sampai jam 6 sore dan maksimalnya sampai jam 8 malam. Tapi tergantung sampai penuh saja poin saja.

Namun ia menuturkan pendapatannya sebagai pengemudi ojek online sudah jauh berkurang dibandingkan pertama kali dia terjun melakoni profesi ini 2 tahun silam.

“Dulu awal-awal bagus banget, saya bisa dapat Rp 15 juta sampai Rp17 juta sebulan, tapi sekarang paling mentok sebulan Rp 6 juta kotor.,” katanya.

Ia mengaku pendapatanya saat ini banyak ditunjang dari sistem insentif bonus per trip yang diberlakukan perusahaan aplikator.

“Kalau gak ada insentif kayak gitu, saya gak mau jadi ojol. Kita gak dapat apa-apa cuma kebagian capek aja.”

“Pendapatan gak nutup, padahal kita kan perlu dana buat sparepart, modal bensin, kuota, pulsa, operasional makan juga,” katanya.

Syarief, rentan sanksi dari aplikator

pengemudi ojol, syarief
Pengemudi ojol, Syarief, senang akhirnya pemerintah turun tangan menetapkan tarif ojek online.

ABC: Iffah Nur Arifah

Syarief, 47 tahun, telah menjadi pengemudi ojol sejak setahun belakangan.

Ia mengaku senang akhirnya pemerintah turun tangan dalam mengatur tarif ojek online.

“Kalo ada aturannya begini artinya ada payung hukum buat ojek online. Kita selama ini kayak ‘kekasih yang tidak dianggap’, cuma dibutuhkan doang tapi enggak diakui,” tuturnya.

Tapi dia juga berharap ke depan pemerintah turut mengatur perlindungan hak pengemudi ojek online sebagai pekerja, yang menurutnya selama ini dalam posisi yang rentan diberhentikan atau dikenakan sanksi sepihak oleh perusahaan aplikator.

“Kalau penumpang bertemu driver bermasalah bisa langsung mengeluh ke aplikator, tapi kalau giliran kita yang bertemu penumpang yang bermasalah, apa cari gara-gara dan mereka main lapor saja ke aplikator.”

“Kami mau mengadu kemana dan kami gak bisa komplain’.

“Aplikator biasanya langsung kasih sanksi, Akun kita tiba-tiba di suspend, kita gak bisa dapat order, kan repot. Jadi nasib driver ini selalu kayak telur di ujung tanduk.” tuturnya kepada Iffah Nur Arifah dari ABC Indonesia.

Sementara menurut Syarief sebagai mitra dari perusahaan aplikasi transportasi online, pengemudi sangat dituntut berkinerja baik.

“Kita harus usahakan akun kita ‘sehat’ agar dapat order banyak, jangan sampai akun kita ‘sakit’ alias banyak catatan di sistem aplikator. Entah kita mungkin sering nolak order atau dikomplain pelanggan, itu server di aplikasi bakal terbaca dan akan males kasih kita order.” tuturnya.

“Jadi driver sangat terikat dengan sistem dari aplikator. Meski mitra dan katanya bebas, tapi gak sesantai dan segampang orang bilang, kita tetep harus kerja keras dan serius menjalaninya, kayak orang kerja beneran,” katanya.

Indra, pengemudi ojol perlu dibatasi

pengemudi Ojol, Indra
Indra, menilai jumlah pengemudi ojek online perlu dibatasi agar persaingan antar sesama pengemudi menjadi lebih adil.

ABC: Iffah Nur Arifah

Ditemui sedang beristirahat di sebuah shelter khusus pengemudi ojek online di kawasan Depok Jawa Barat, Indra, 41 tahun, mengeluhkan sepinya order yang masuk ke akunnya pada hari ini.

“Saya keluar dari jam 6 pagi, sampe siang begini jam 1, udah setengah hari, masak baru dapat 4 orderan, baru dapet 20 ribu di saldo saya. Jangankan buat makan ama ngopi, ini modal bensin aja belum nutup.” tutur Indra mengawali perbincangan.

Indra mengaku telah menjadi pengemudi ojol sejak 2 tahun yang lalu dan menurutnya pendapatannya saat ini semakin berkurang.

“Dulu awal saya jadi ojol, tarif nya Rp 10.500 untuk jarak terdekat, sekarang tarifnya jatuh sampai Rp.7200 untuk jarak terdekat. Otomatis pendapatan saya turun drastis. Dulu saya dapat bisa dapat Rp250ribu – 300 ribu/hari, tapi kalau sekarang Rp150 ribu aja udah hebat banget.” katanya.

Indra mengatakan selain besaran tarif dari aplikator yang semakin mengecil, banyaknya jumlah pengemudi ojek online juga turut mempengaruhi berkurangnya pendapatan dia sehari-hari.

“Menurut saya perlu dibatasi juga pengemudinya. Semakin banyak, artinya peluang kita dapat order juga makin kecil. Lagian kan gak bagus juga dilihatnya kalo banyak banget pengemudi ojol di jalanan,” katanya.

Indra mengaku pendapatan yang diterimanya saat ini tidak memungkinkan dia untuk menyisihkan pendapatan untuk keperluan selain menutup kebutuhan sehari-hari keluarganya.

“Ya pas buat sehari-hari aja, itu juga untungnya isteri saya ada usaha juga jualan. Tapi kalau untuk menyisihkan uang untuk nabung atau untuk beli sparepart, wah kalau itu gimana nanti aja, semoga pas ada kebutuhan ada jalannya, apa akun saya rame order dan dapat bonus,” katanya.