ABC

Pengaturan Pertandingan Masih Bayangi Kejuaraan Australia Open

Dua tahun pasca otoritas olahraga tenis mengumumkan sebuah peninjauan besar-besaran terhadap rezim integritas dari cabang olahraga yang satu ini, para penggemar tenis masih menantikan bagaimana upaya yang dilakukan mampu membersihkan olahraga tersebut dari praktek-praktek curang.

Pada 2016,  sebuah skandal global membayangi kejuaraan Australia Terbuka menyusul munculnya  laporan berita dari London, Inggris yang menghubungkan sejumlah pemain berperingkat teratas dengan skandal korupsi.

Laporan ini memicu badan otoritas Tennis dunia membentuk sebuah panel peninjau independen yang bertugas memeriksa protokol anti korupsi dan berbagai sumber daya, termasuk Unit Integritas Tenis global (TIU).

Mark Phillips, seorang analis taruhan dari Global Sports Integrity, pernah diwawancarai oleh panel tersebut dan khawatir tidak ada yang akan berubah.

“Sejak langkah peninjauan kembali itu diumumkan, saya sama sekali tidak menyaksikan kalau [rezim integritas olahraga tennis] telah berubah,” katanya.

“Saya tidak begitu yakin bahwa pertandingan yang mencurigakan yang disinyalkan kepada mereka sebenarnya memang telah diselidiki secara menyeluruh atau tidak.”

Wajar jika Phillips menjadi skeptis. Dia merupakan salah satu penyidik yang pertama kali menyerahkan bukti kuat adanya jaringan para pemain yang diduga terlibat dalam praktek pengaturan pertandingan kepada otoritas tenis dunia. Dan itu dilakukannya sudah hampir satu dekade yang lalu.

“Kondisi ini mengecewakan dari harapan kami karena kami semua adalah penyelidik integritas olahraga tenis yang berpengalaman dan kami yakin bukti-bukti itu masih sama kuatnya dengan yang pernah kami lihat,” katanya.

Mark Phillips
Mark Phillips tetap skeptis tentang bagaimana otoritas tenis dunia secara teratur menyelidiki kasus dugaan pengaturan pertandingan.

ABC News: Michael Atkin

“Kami merasa bahwa ini adalah kasus yang sangat mudah bagi Unit Integritas Tenis untuk menciptakan sebuah efek jera yang kuat dengan cara menyelidiki pertandingan-pertandingan [yang mencurigakan itu], melarang para pemain inti yang telah kami soroti dan penindakan itu seharusnya sudah berlangsung jauh untuk benar-benar membersihkan olahraga ini. “
“Dan dari apa yang bisa kita katakan, itu tidak terjadi.”
Mark Phillips percaya sejak peninjauan tersebut diluncurkan, TIU terutama hanya memfokuskan perhatian mereka pada pemain yang meraih kemenangan dengan mudah atau ‘low hanging fruit’ seperti Brandon Walkin.

‘Jadi bulan-bulanan isu pengaturan pertandingan’

Pada tahun 2013, Brandon Walkin menyampaikan sebuah pesan kepada teman Andrew Corbitt kalau lawan main Corbitt, yakni  Nick Lindahl, siap untuk kalah dalam pertandingan dengan bayaran tertentu.

“Saya tidak menyadari keseriusan dari suatu kejadian yang bahkan hanya berupa menyampaikan sebuah pesan. Saya tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah tindakan yang tidak dibolehkan.  Saya lebih memahami situasi itu sekarang, tapi saat itu, saya tidak berpikir cukup matang untuk tidak menyampaikan pesan tersebut, “Kata Brandon Walkin.

Andrew Corbitt tidak tertarik dengan tawaran tersebut dan akhirnya menang, kemudian ia melaporkan pendekatan itu ke wasit.

Brandon Walkin
Brandon Walkin mendapati dirinya menjadi bulan-bulanan media terkait isu pengaturan pertandingan.

Supplied

Nick Lindahl diganjar dengan larangan bertanding selama tujuh tahun atas insiden tersebut.

Brandon Walkin diberi hukuman dilarang bertanding selama enam bulan dan mendapati dirinya berada di pusaran bulan-bulanan media mengenai skandal pengaturan pertandingan tenis.

“Ketika pertama kali insiden ini terjadi, itu sangat menakutkan,” katanya.

“Saya ingat suatu kali kami sedang menikmati makan siang di Canberra Challenger dan ada sebuah surat kabar tergeletak tepat di sebelah meja saya dan wajah saya ada di halaman depan dan saya berpikir, ‘Saya telah menjadi wajah dari skandal pengaturan pertandingan dan saya tidak pernah melakukan pengaturan pertandingan apapun.”

Nick Lindahl
Nick Lindhal dilarang turun bertanding selama tujuh tahun karena kasus pengaturan pertandingan.

AAP: Dean Lewins

Brandon Walkin meyakini otoritas olahraga tenis perlu memperbaiki struktur gaji di cabang olahraga ini yang telah membuat pemain dengan bayaran rendah di level bawah rentan terhadap godaan melakukan pengaturan pertandingan.
“Semua orang sangat ingin berhasil [di dunia olahraga ini] dan saya pikir rintangan finansial, itu mungkin rintangan terbesar bagi banyak orang,” katanya.
“Sering kali pemain tidur di lantai dan ada lima, enam orang di sebuah ruangan sehingga kondisinya tidak sama sekali menyenangkan seperti yang dibayangkan orang.
“Saya pikir jika mereka bisa memberikan [gaji] bagi para pemain dengan peringkat lebih rendah sedikit lebih banyak uang, maka saya pikir kesempatan atau godaan semacam itu saya kira akan sedikit berkurang.”
Phillips setuju bahwa struktur gaji dalam olahraga tenis terlalu tinggi untuk pemain peringkat atas.

“Jika Anda membandingkannya dengan olahraga golf, atlet yang berhasil menyelesaikan peringkat ke-200 saja pada tahun lalu, didalam daftar pendapatan mungkin bisa menghasilkan sekitar $ 1 juta (sekitar Rp 10 miliar),” katanya.
“Orang yang berhasil masuk ke peringkat 200 petenis dunia pada tahun lalu, penghasilannya mungkin tidak sampai $ 100.000 (setara Rp1,1 miliar).”
Dalam sebuah pernyataan, TIU mengatakan bahwa struktur gaji bukanlah alasan bagi pemain untuk terlibat dalam pengaturan pertandingan.
“Pemain sudah menyadari struktur keuangan olahraga ini saat mereka lulus ke tingkat permainan yang lebih senior,” katanya.
“para pemain tenis profesional di tingkat bawah tentu saja adalah lingkungan yang penuh tuntutan, tapi itu tidak akan pernah menjadi alasan untuk mempertimbangkan keterlibatan dalam korupsi sebagai alat untuk mendanai sebuah gaya hidup yang dipilihnya.”

Aktivitas taruhan mencurigakan masih terlihat

Praktek curang pengaturan pertandingan tidak hanya berdampak pada pemain dan penggemar olahraga tenis.
Dan Weston adalah seorang pencari keuntungan dari olahraga tenis, seorang analis yang memberikan saran dan statistik kepada penjudi tentang tenis.
Dia mengatakan bahwa dia terus melihat aktivitas taruhan yang mencurigakan sehingga TIU gagal untuk bertindak.
“Anda tidak menghendaki terjadinya aktivitas korup [dalam pertandingan tenis] karena itu pada dasarnya merusak hitung-hitungan anda, Anda tidak menginginkan itu,” katanya.

“Anda ingin pertandingan itu berlangsung benar-benar sah, Anda ingin kedua pemain melakukan usaha terbaik mereka untuk memenangkan pertandingan dan itulah yang kami andalkan.”

Dia mengatakan bahwa dia khawatir tentang kemampuan TIU untuk melakukan tugasnya dengan anggaran sebesar US $ 3,7 juta ($ 4,7 juta) dan hanya didukung 17 staf.

“Secara pribadi, saya tidak terlalu yakin bahwa situasinya akan berubah di masa depan. Saya benar-benar berharap demikian,” katanya.

“Saya tidak melihat situasi telah berubah banyak dan saya tidak memiliki banyak keyakinan bahwa situasinya akan berubah di masa depan.”

TIU sangat menolak klaim ini.

Dalam sebuah pernyataan, dikatakan bahwa TIU telah melakukan sejumlah penyelidikan dan penuntutan yang meningkat dan mengatakan bahwa ini adalah salah satu organisasi integritas sumber daya terbesar dan terbaik dalam olahraga profesional.

“Selama dua tahun terakhir TIU terus berkembang, menambah lebih banyak staf, mengembangkan area penting dari kemampuannya seperti pendidikan dan intelijen dan mendapatkan lebih banyak dana, dari tahun ke tahun. Selain penyelidikan yang dilakukan oleh TIU, telah terjadi peningkatan jumlah investigasi bersama dengan aparat penegak hukum di seluruh dunia. “

Dikatakan bahwa pada tahun 2017 TIU menerima 241 peringatan transaksi taruhan melalui hubungan rahasia yang dibangun lembaga itu dengan industri pertaruhan, dan setiap dari  peringatan tersebut ditindaklanjuti dengan proses yang rinci yang mencakup pendampingan dengan penyedia, pencatatan di database TIU dan pengujian intelijen.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.