ABC

Pengamat: Migran Afrika di Melbourne Alami Stigma Tak Adil

Seorang advokat komunitas mengatakan liputan liputan media soal “krisis geng” telah memicu diskriminasi terhadap imigran muda asal Afrika, dimana mereka semakin “dipandang sebagai penjahat dimanapun mereka ada”.

Awal pekan ini, PM Australia, Malcolm Turnbull mengkritik pemerintah negara bagian Victoria karena tidak berbuat banyak soal “meningkatnya kejahatan gang dan tak ada hukumnya” di Melbourne.

Sementara Kepolisian Victoria mengatakan Melbourne memiliki masalah dengan sejumlah kecil migran Afrika yang terlibat dalam gang.

Anthony Kelly dari Smart Justice, organisasi yang dipimpin lembaga hukum Federation of Community Legal Centers Victoria, mengatakan “mengasosiasikan kejahatan dengan orang kulit hitam” di banyak media menjadi faktor utama praktik racial profiling oleh polisi. Racial profiling adalah menilai dan menargetkan orang-orang hanya karena rasanya.

"Dihentikan dan dihampiri menjadi hal biasa yang dialami anak-anak muda berdarah Afrika di Melbourne, dihentikan polisi dan ditanya apa yang mereka lakukan dan diminta bertanggung jawab terhadap diri sendiri" kata Anthony.

“Polisi Victoria mulai berlatih untuk menghindari hal tersebut, melawan hal-hal seperti biasa seperti itu, tapi kami tahu hal ini masih terjadi.”

Anthony mengatakan menjadikan masalah kejahatan pemuda seolah sebagai “bola politik” menimbulkan konsekuensi besar bagi kaum muda Afrika.

Kaca depan mobil retak parah di sebuah jalanan perumahan
Sebuah mobil dirusak di kawasan Werribee, Melbourne setelah dilempari batu.

ABC News: Joanna Crothers

“Karena ada unsur rasial terhadap aturan hukum ini, kami melihat beragam efek diskriminatif dan kriminalisasi. Mereka dipandang sebagai penjahat kemanapun mereka pergi.”

Masalah kejahatan yang dilakukan oleh migran asal Afrika di Melbourne telah menjadi hal yang sangat politis, menciptakan perdebatan antara pemerintah negara bagian Victoria dengan pemerintah pusat Australia, setelah PM Turnbull mengatakan Premier Daniel Andrews, kepala negara bagian Victoria tidak memiliki kepimpinan dan tekad untuk mengatasinya.

Menteri Kepolisian Lisa Neville menyatakan kekecewaannya karena PM Turnbull berusaha untuk mendapatkan keuntungan politik dari masalah ini.

“Saya sangat menghargai jika Pemerintah Persemakmuran lebih berfokus pada beberapa masalah lain, seperti bagaimana memberikan dukungan bagi para migran untuk masuk ke komunitas kita,” ujar Lisa kpada program ABC 7.30.

“Berhentilah memotong program ketenagakerjaan untuk anak-anak muda yang juga penting, program TAFE, universitas, semua hal yang sangat penting mengatasi akar penyebab masalah ini, daripada bermain politik seperti ini.”

Sementara itu CEO dari organisasi African-Australian Multicultural Employment and Youth Services, Berhan Ahmed mengatakan warga Afrika di Australia muak dengan perseturuan politis.

“Saya setuju dengan Kepolisian Victoria, mereka adalah orang Afrika dan ada orang Afrika yang terlibat kejahatan, tapi tidak seharusnya melakukan stigmatisasi kepada seluruh komunitas Afrika,” kata Dr Ahmed kepada program radio PM milik ABC.

“Penjahat harus dihukum, tapi bukan komunitasnya, ini penting untuk menggarisbawahi [bedanya] para penjahat dan komunitas Afrika secara luas.”

Hari Selasa (2/01), pejabat pelaksana Komisaris Kepolisian Victoria, Shane Patton mengatakan adanya anggapan berlebihan soal jumlah pemuda Afrika yang terlibat dalam kejahatan yang serius dan kekerasan, serta pelanggaran dan kekacauan publik.

“Para preman muda, penjahat muda ini, bukanlah kelompok kejahatan terorganisir seperti kelompok kejahatan terorganisir yang melibatkan migran asal Timur Tengah atau geng motor. Tapi mereka berperilaku seperti geng jalanan, jadi panggil mereka seperti itu”, kata Komisaris Pelaksana Patton.

Pihak oposisi mengusulkan hukuman wajib bagi penjahat yang sudah melakukan kejahatan berulang. Mereka juga meminta pemerintah negara bagian menghapus “Youth Control Orders”, sebuah hukuman alternatif yang mengharuskan para pelanggar hukum untuk terlibat dalam pendidikan atau bekerja, daripada menahannya.

Statistik kriminal menunjukkan anggapan berlebihan soal pelanggar hukum kelahiran asal Sudan dan Kenya dalam beberapa kategori.

Ada peningkatan tajam dari pelaku kelahiran Sudan yang terlibat dalam perampokan, dari jumlah 20 di tahun anggaran 2014-15 menjadi 98 dua tahun kemudian, menurut Crime Statistics Agency di Victoria.

Namun, statistik juga menunjukkan bahwa seorang warga di Victoria 25 kali lebih mungkin diserang oleh seseorang kelahiran Australia atau Selandia Baru, daripada seseorang yang lahir di Sudan atau Kenya.

Artikel ini dirangkum dan disunting dari laporan aslinya dalam bahasa Inggris, bisa Anda baca disini.