ABC

Pengamat Australia Ragukan Larangan Potong Sapi dan Kerbau India

Pengamat industri peternakan Australia Ross Ainsworth meragukan larangan pemotongan sapi dan kerbau yang diberlakukan Pemerintah India akan bertahan lama.

Larangan tersebut memicu protes yang luas di India dengan klaim bahwa jutaan lapangan kerja akan hilang jika pemerintah menghentikan industri ekspor daging sapi senilai $ 4 miliar tersebut.

Masalah ini mendapat perhatian di Australia utara karena daging kerbau asal India kini menjadi pesaing serius perdagangan ternak sapi Australia ke Indonesia.

Ross Ainsworth, yang berbasis di Jakarta, mengatakan bahwa dia meragukan pelarangan tersebut akan berlangsung lama.

Dr Ainsworth mengunjungi India pada Desember tahun lalu. Dia mengaku diberitahu bahwa kerbau tidak dimasukkan dalam larangan tersebut, karena kerbau tidak diperlakukan sama dengan sapi secara keagamaan.

“Saya tentunya akan sangat kaget jika larangan kerbau tersebut diberlakukan saat rincian kebijakan larangan itu diterapkan,” katanya.

“Saya kira perdagangan yang dipertaruhkan terlalu besar akibat larangan menghentikan pemotongan kerbau,” jelasnya.

“Perdagangan sapi sangat kecil di India karena situasi yang selalu terbatas. Namun perdagangan kerbau mereka telah menjadi perdagangan daging terbesar di dunia,” kata Dr Ainsworth.

“Ada sekitar 2 juta ton daging kerbau yang dikonsumsi di India dan sekitar 2 juta ton lainnya dijual secara internasional,” katanya.

“Jika Anda mengeluarkan hal ini dari sistem, akan menjadi gangguan spektakuler bagi perdagangan daging dunia,” jelasnya.

“Hal ini akan menyebabkan gangguan terbesar pada perdagangan daging dunia sejak Perang Dunia Kedua, makanya saya tidak melihat hal itu akan terlaksana,” tambahnya.

Bisa tingkatkan permintaan

Dalam 10 bulan terakhir, daging kerbau asal India telah menjadi pesaing ketat di pasar daging Indonesia, karena negara ini mencari protein yang lebih murah dan memperlambat impor ternak hidup dari Australia.

CEO Northern Territory Livestock Exporters Association, Stuart Kemp, mengatakan bahwa larangan India tersebut dapat meningkatkan permintaan untuk daging sapi Australia.

“Apa yang telah kita lihat dalam enam sampai 10 bulan terakhir adalah terjadi penurunan yang dialami pihak penggemukan ternak dan jumlah pemotongan sapi turun 40 sampai 50 persen, sejak masuknya daging kerbau India (ke Indonesia),” kata Kemp.

“Tapi jika persaingan itu tidak ada, Anda pasti berpikir bahwa perdagangan akan sedikit lebih baik bagi importir dan penggemukan ternak,” katanya.

“Namun ada banyak produk daging kerbau India dalam matarantai pasokan yang akan memakan waktu lama untuk diserap. Jadi jika ada dampaknya pada perdagangan kita, hal itu masih akan lama,” jelasnya.

Kemp menambahkan bahwa detail seputar pelarangan tersebut masih belum jelas.

“Permintaan lebih banyak untuk produk Australia selalu merupakan hal yang baik. Tapi saya tidak akan menyelamati diri sendiri, karena masih banyak hal yang akan terjadi,” katanya.

“Mungkin ini hanya gagasan, mungkin kebijakan yang serius, kita harus menunggu dan melihat,” tambahnya.

Dr Ainsworth memperkirakan Pemerintah India akan mengeluarkan lebih banyak informasi mengenai larangan tersebut lebih cepat, mengingat besarnya industri ini.

Diterbitkan kamis 1 Juni 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari berita ABC News.